BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EMOSI NEGATIF SISWA KELAS XI SMAN 1 SUNGAI LIMAU

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan pesat dalam setiap aspek kehidupan. Salah satu aspek yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan suatu masa dalam kehidupan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

A. Pengertian dan Ciri-Ciri Masalah. B. Jenis-Jenis Masalah Siswa Sekolah Lanjutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan salah satunya perubahan emosi. Menurut Goleman

2015 LAYANAN KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS EMOSI PESERTA DIDIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan tahap perkembangan yang harus dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB V PENUTUP. hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

IDENTITAS RESPONDEN. Umur :.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi sekarang ini melakukan tindakan kekerasan merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

Dalam sebuah siklus kehidupan, masa puber merupakan salah satu masa. yang tidak mudah untuk dilalui oleh individu. Masa puber dianggap sebagai masa

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik sumber daya manusia menjadi lebih baik, memiliki pengetahuan yang berguna bagi semua pihak dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu struktur organisasi yang ada di sekolah yang memiliki pengaruh besar dalam pertumbuhan psikologis siswa. Bimbingan dan konseling di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini dikemukakan oleh Prayitno (2004), di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bidang pelayanan pokok disamping dua bidang pelayanan lainnya yaitu bidang pelayanan kurikulum dan pengajaran serta bidang administrasi dan pengelolaan. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah memberikan perhatian utama dan menyelenggarakan pelayanan yang secukup-cukupnya untuk para siswa agar mereka mampu berkembang dan belajar secara optimal. Konselor sekolah merupakan tenaga utama dan inti serta ahli dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah itu. Dalam menjalankan tugasnya itu konselor sekolah memiliki dan mewujudkan tanggung jawabnya kepada siswa, orang tua, sejawat, masyarakat, diri sendiri, dan profesi. 1

2 Dalam Husairi (2008), bimbingan dan konseling perlembaga di sekolah memberikan bantuan kepada peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Dengan demikian mereka dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umum. Bimbingan membantu mereka mencapai tugas-tugas perkembangan remaja awal secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Permasalahan yang ditimbulkan siswa di sekolah sudah pasti akan disoroti banyak pihak di sekolah seperti guru bidang studi, wali kelas, wakil kepala sekolah (WKS), guru bimbingan dan konseling (BK) bahkan sampai kepada kepala sekolah. Namun, untuk mengatasi permasalahan di atas guru BK-lah yang akan bertindak karena guru BK memiliki kompetensi atau cara-cara untuk mengatasi dan menghadapi berbagai permasalahan yang mereka hadapi serta memiliki wewenang/tugas dibidang pelayanan siswa seperti masalah emosi yang termasuk didalam bidang bimbingan pribadi-sosial walaupun pada kenyataannya ada sebagian staf pengajar yang ikut dalam mengatasi permasalahan siswa. Terkadang siswa suka mengadu/bercerita kepada guru BK sebagai tempat curhatan siswa, namun ada juga yang terkadang sungkan untuk menceritakan masalahnya kepada guru BK.

3 Guru BK dalam kaitan ini adalah seseorang yang membantu menyelesaikan permasalahan siswa di sekolah. Dalam hal ini guru BK mempunyai pandangan atau cara masing-masing untuk mengatasi permasalahan siswa. Namun, berdasarkan pengalaman selama menjadi siswa dan pengalaman sewaktu melakukan penelitian-penelitian untuk menyelesaikan tugas kuliah, guru BK lebih banyak memberi nasehat berupa ceramah dalam menyelesaikan masalah siswa. Di MTs Alwashliyah Kolam masih ditemui siswa yang mengalami hal yang sama seperti yang dihadapi remaja lainnya, yaitu mereka kurang mengenali emosinya ketika emosi itu terjadi. Menurut Rahayu (2010), emosi adalah bagian yang tidak akan pernah hilang dari diri kita dan kehidupan sehari-hari. Emosi itu bisa berupa marah, merasa bersalah, takut dan sedih (karena ditinggalkan). Semua hal itu ada pada diri setiap orang dan sangat natural untuk bisa merasakannya Setiap kali kita melalui hari demi hari bahkan detik demi detik, kita akan selalu berhadapan dengan satu peristiwa keperistiwa lain. Mungkin saja berupa hal-hal kecil sejak kita mulai membuka mata hingga kembali kealam mimpi. Setiap saat kita mengalami perasaan yang selalu berubah dari waktu kewaktu. Apakah itu rasa marah, senang, atau yang lainnya. Banyak hal yang bisa membuat kita menahan emosi tanpa kita sadari, yang mengakibatkan terjebaknya energi tersebut dalam diri kita. Contoh perilaku siswa yang ditunjukkan pada saat emosi tidak dapat dikendalikan diantaranya: marah tanpa sebab yang jelas, meninggalkan kelas ketika jam pelajaran berlangsung, tidak mengerjakan

4 pekerjaan rumah, melawan guru, melawan orang tua, mau menang sendiri, berkelahi, cabut dari sekolah, bergendang-gendang di meja, mencuri barang teman, dan masih banyak hal lainnya. Sesuai contoh perilaku diatas Chaplin (1993), juga menyatakan emosi tidak datang tiba-tiba. Emosi berespon ketika terjadi suatu rangsangan. Artinya, orang tidak mungkin tiba-tiba marah bila tidak ada sebabnya. Emosi sangat tergantung pada situasi merangsang dan arti signifikansi personalnya bagi individu. Pribadi normal tidak akan menyatakan ledakan priodik berupakan kemarahan, kemurkaan, kesedihan, dukacita yang hebat, dan sebagainya tanpa adanya provokasi tertentu. Emosi tidak selalu jelek dan negatif. Emosi bisa menjadi menyenangkan. Emosi dapat membangkitkan dan memobilisasi energi kita. Selain itu, melalui emosi kita dapat mengetahui bagaimana keadaan diri kita terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Menurut pandangan peneliti bahwa dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai emosional manusia itu berupa positif dan negatif. Adakalanya emosi positif seperti rasa senang, bahagia dapat membangkitkan motivasi seseorang dan sebaliknya emosi negatif seperti sedih, marah, takut, jijik, malu dan sebagainya dapat membuat seseorang down dan mudah mengumbar kemarahan. Di sekolah tersebut mengenai masalah emosi, peneliti mengamati kasus ada beberapa anak yang menjelekkan gurunya melalui akun facebook yang akhirnya diketahui oleh guru tersebut dan dilaporkan kasus tersebut kepada guru BK nya kemudian dipanggil oleh guru BK tersebut untuk menanyakan apa permasalahan yang sebenarnya sehingga memaki guru melalui akun facebook.

5 Hal ini dikemukakan oleh Hadis dan Etty (2000), dalam kondisi sehari-hari kita sering melihat bagaimana mudahnya seseorang mengumbar kemarahan. Seseorang menjadi mudah tersinggung dan marah disebabkan oleh persoalan sepele yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Seringkali persoalan tersebut menjadi pemicu konflik yang sering berakhir dengan sebuah tindakan kriminalitas. Begitu mudahnya hal itu terjadi, seolah-olah tidak ada upaya untuk menahan diri. Kemarahan juga memicu tawuran antar siswa sekolah yang sering terjadi dikota-kota seperti Jakarta dan didaerah-daerah lainnya. Konflik diberbagai daerah juga terjadi disebabkan ketidakmampuan warganya menahan rasa marah mereka. Dari uraian diatas memperlihatkan betapa emosi mengendalikan kehidupan manusia. Banyak perbuatan yang disesali disebabkan seseorang terseret emosi untuk melakukan hal-hal diluar nalar yang berakibat negatif bagi dirinya bahkan dapat menghancurkan kehidupan pribadinya. Sebagian lagi memperlihatkan ketidakmampuan mereka keluar dari kemelut emosi yang merongrongnya. Sebagai manusia, kita adalah makhluk yang emosional. Emosi akan selalu mewarnai kehidupan kita. Akan tetapi, terkadang kita mudah terjebak dalam suasana emosi negatif yang membuat perasaan kita tersiksa. Emosi-emosi negatif seperti marah, dendam, sakit hati, kecewa, takut, trauma, cemas, menderita, hampa, bingung, resah, gelisah jika tidak dikelola dengan baik akan menghancurkan hidup kita sendiri (Safaria, 2009).

6 Ketidakseimbangan emosi dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, ataupun latar belakang pendidikan dan keluarga seseorang. Masa remaja dianggap sebagai masa periode badai dan tekanan, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1992). Pada masa ini kepekaan emosi seseorang meningkat, hal ini mengakibatkan seringnya remaja mengalami ketegangan-ketegangan dan luapan-luapan emosi (Syahril dkk, 1987). Seseorang dikatakan remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa kedewasaan. Masa ini ditandai dengan pengalamanpengalaman baru yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, misalnya menstruasi pada wanita dan keluarnya sperma saat mimipi basah pada pria.perubahan-perubahan yang terjadi tersebut mengakibatkan perubahan pada psikisnya artinya ketidakseimbangan kondisi tubuh secara keseluruhan mengakibatkan kondisi emosinya menjadi labil atau goyah (Hariyono, 2000). Walaupun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosionalnya. Dalam hal ini Siswa MTs Alwashliyah Kolam yang lokasinya berada di Jl. Utama II Desa Kolam Kode Pos 20371 adalah termasuk kategori remaja yang berusia sekitar 12-15 tahun yang masih sangat labil dalam emosional. Seperti yang diungkap oleh Gessel dalam Yusuf (2000), remaja 14 tahun seringkali mudah marah, mudah

7 terangsang, emosinya cenderung meledak dan tidak berusaha mengendalikan diri. Selanjutnya oleh Prayitno (2004), permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumbersumber permasalahan siswa banyak yang terletak diluar sekolah. Dengan kaitan itu, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah dirasakan perlunya pelayanan yang luas, bimbingan dan konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka yang meliputi keempat dimensi kemanusiaannya dalam mewujudkan manusia seutuhnya. Salah satu caranya yaitu dengan mencoba menerapkan tehnik konseling individu seperti pendekatan emotional healing therapy. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti wawancarai yaitu Guru Bk dan siswa-siswa di sekolah tersebut bahwasanya masalah yang akan peneliti angkat dalam penelitian ini sangat dikemukakan untuk memberikan suatu pendekatan seperti Emotional Healing Therapy dalam mengurangi emosi negatif kepada siswa MTs Al Washliyah. Dengan demikian, Emotional Healing Therapy ini sangat sesuai sebagai pendekatan dalam mengurangi emosi negatif siswa.

8 Emotional Healing Therapy adalah sarana berbagi pengalaman dan saling mendukung antara orang-orang yang sedang mengalami masalah emosi (Rahayu, 2010). Dalam hal ini pendekatan Emotional Healing Therapy adalah salah satu bentuk therapy digunakan untuk membantu penyelesaian dalam masalah emosi negatif yang sangat berperan penting membantu siswa dalam mengurangi bahkan mengatasi berbagai masalah hidup yang disebabkan oleh emosi negatif seperti marah, sedih, takut, masalah hubungan dengan pasangan dan orang terdekat, benci, malu dan sebagainya. Pentingnya peneliti melakukan penelitian ini karena pada usia siswa/remaja saat ini sering terjadi perselisihan antar siswa. Dan di sekolah tersebut peneliti memperoleh informasi dari Guru BK juga siswa-siswa itu sendiri sering terjadinya masalah-masalah emosi seperti perkelahian, ejekejekan antara siswa baik yang perempuan kepada perempuan, perempuan terhadap laki-laki dan sebaliknya. Tidak hanya perkelahian saja, namun ada juga yang mengalami rasa sedih diputuskan pacarnya hingga berlarutlarut, rasa kecewa, takut, jijik, rasa bersalah bahkan rasa malu. Hal ini menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian. Pada usia ini siswa masih dalam keadaan labil dan kurang terkendali hingga akhirnya membutuhkan cara untuk bagaimana mengurangi bahkan mengatasinya. Selain itu, pada masa remaja dikenal sebagai masa penuh badai dan tekanan, mereka belum mampu mengontrol emosinya dengan baik. Maka pada usia remaja yang paling penting adalah bagaimana mereka mampu mengendalikan emosi, bahkan mampu mengurangi emosi negatif dan bisa

9 seimbang. Berdasarkan masalah diatas kita ketahui bahwa perlunya memberikan pendekatan Emotional Healing Therapy kepada siswa dalam rangka membantu siswa mengurangi masalahnya. Dari uraian latar belakang diatas penulis menjadi tertarik melakukan penelitian tentang pendekatan emotional healing therapy dengan emosi negatif pada siswa MTs Alwashliyah Kolam sehingga penulis membuat judul Pengaruh Pendekatan Emotional Healing Therapy dalam Mengurangi Emosi Negatif di MTs Alwashliyah Kolam Tahun Ajaran 2012/2013. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah 1. Sering terjadi perselisihan antar siswa 2. Perkelahian, 3. Ejek-ejekan antara siswa baik yang perempuan kepada perempuan, perempuan terhadap laki-laki dan sebaliknya 4. Tidak hanya perkelahian saja, namun ada juga yang mengalami rasa sedih diputuskan pacarnya hingga berlarut-larut, rasa kecewa, takut, jijik, rasa bersalah bahkan rasa malu. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis menetapkan pembatasan masalah yang akan dibahas adalah masalah emosi negatif saja seperti marah, malu, muak, jijik/muak, rasa bersalah, takut dan sedih maka

10 penelitian hanya dibatasi tentang pemberian pendekatan Emotional Healing Therapy dan pengaruhnya dalam mengurangi emosi negatif di MTs Alwashliyah Kolam Tahun Ajaran 2012/2013. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah penelitian, maka dirumuskan suatu permasalahan mengenai apakah ada Pengaruh Pendekatan Emotional healing therapy dalam Mengurangi Emosi Negatif di MTs Alwashliyah Kolam Tahun Ajaran 2012/2013. 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan emotional healing therapy dalam mengurangi emosi negatif di MTs Alwashliyah Kolam Tahun Ajaran 2012/2013. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan masukan untuk pengembangan ilmu dalam menambah wawasan dalam bidang konseling khususnya konseling dalam bentuk therapy di Jurusan PPB/BK. b. Therapy ini bisa dilakukan oleh siapa saja dan memperoleh pengetahuan dengan banyak membaca buku panduan juga menerapkan therapy ini dalam kehidupan nyata.

11 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru BK Sebagai bahan masukan dalam membantu siswa dan diri sendiri untuk memberikan pendekatan emotional healing therapy. b. Bagi Siswa Sebagai bahan masukan untuk memperoleh pengetahuan dengan dalam mempelajarinya sendiri mengurangi bahkan mengatasi masalah emosi yang ada pada dirinya melalui emotional healing therapy ini tanpa bantuan dari guru BK ataupun orang yang lebih ahli. c. Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan layanan konseling melalui pendekatan emotional healing therapy ini. d. Bagi Peneliti Sebagai bahan pegangan peneliti dalam melaksanakan tugas sebagai calon Guru BK dimasa yang akan datang. e. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Sebagai bahan referensi dalam menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya mahasiswa jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di UNIMED.