BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Orang tua pun tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR ANTARA SISWA LAKI-LAKI BOARDING DENGAN NONBOARDING DI SMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME MASA DEPAN DAN KONFORMITAS TEMAN SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekstrakurikuler seperti yang ada di sekolah-sekolah umum, tapi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

Oleh :Wahdah, S. Ag., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mencapai tujuan pembangunan, karena sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

MOTIVASI BELAJAR. Belajar Pembelajaran Tahun 2013

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR SANTRI DI PESANTREN MADINATUL ILMI ISLAMIYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada peserta didik, seperti kesulitan dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati kedudukan yang sangat penting. Guru sebagai subjek pendidik. sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Garungan, yang menyatakan bahwa motif adalah merupakan suatu

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan modal utama pembangunan bangsa karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kewajiban utama yang harus dilakukan oleh

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, bahwa Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, motivasi belajar adalah proses untuk mendorong siswa supaya dapat belajar untuk meraih prestasi yang lebih

PERBEDAAN KOMPETENSI HUBUNGAN INTERPERSONAL DAN RELIGIUSITAS ANTARA SISWA BOARDING DENGAN SISWA NON BOARDING

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari media massa. Pada perkembangannya film dianggap sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. tindakan, sedangkan motivasi secara utuh merupakan proses pengerahan dan

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan masalah

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Hambatan Pendidikan Pesantren di Masa Depan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm 25.

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Siswa. yang belum dapat dikatakan dewasa, ia memerlukan seseorang untuk

segitiga di kelas VIIF SMP Negeri 2 kecamatan Balong.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Identitas manusia jejak langkah hidup manusia selalu membutuhkan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tulus Tu u (2004:81) faktor yang mempengaruhi motivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara yang maju dan berkembang. fungsi pendidikan. Adapun fungsi pendidikan pada undang-undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. oleh tuhan dikarenakan telah dibekali akal dan pikiran. Melalui akal dan

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana

BAB II KERANGKA TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgen, karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan masa depan setiap anak. Orang tua pun tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan melihat anaknya menjadi pribadi yang sukses, sukses yang bukan hanya dalam hal materi namun juga suskses dalam mengendalikan dan memberdayakan potensi baiknya. Dengan demikian, diperlukan suatu pendidikan yang mana di dalamnya tidak hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan pada anak yang hanya bersifat umum, tetapi juga pengetahuan keagamaan yang dapat memperbaiki akhlak dan dapat dijadikan panduan untuk menjalani kehidupan yang lebih terarah dan tidak menyimpang dari ajaran sang Khaliq. Ini berarti ada keseimbangan antara pengetahuan umum dan agama. Sekolah sebagai institusi pendidikan formal memang ikut memberi pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak (Arifin, 2008), kemudian Jalaluddin (2003) menegaskan bahwa para orang tua yang sulit mengendalikan tingkah laku anaknya (dalam belajar) akan memasukkan anak-anak mereka ke sekolah agama seperti pondok pesantren/ boarding dengan harapan secara kelembagaan, sekolah tersebut dapat memberi pengaruh dalam membentuk kepribadian anak-anak tersebut. Selain itu siswa yang tinggal diasrama cenderung 1

2 lebih banyak mendapatkan motivasi-motivasi, terutama motivasi belajar dibandingkan siswa yang tidak tinggal diasrama.untuk itu, boarding schoolmerupakan salah satu solusi baik untuk mengatasi tantangan perkembangan zaman sekarang dan untuk mencapai keunggulan, baik pada aspek akademik, non akademik, motivasi belajar, maupun pribadi yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri anak. Sesungguhnya term Boarding School bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan di Indonesia. Karena sudah sejak lama lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep pendidikan Boarding School yang diberi nama Pondok Pesantren. Pondok Pesantren ini adalah cikal bakal Boarding School di Indonesia. Dalam lembaga ini diajarkan secara intensif ilmuilmu keagamaan dengan tingkat tertentu sehingga produknya bisa menjadi Kiyai atau Ustadz yang nantinya akan bergerak dalam bidang dakwah keagamaan dalam masyarakat. Di Indonesia terdapat ribuan pondok pesantren dari yang tradisional sampai yang memberikan nama pondok pesantren modern. Untuk mewujudkan sistem pendidikanislam dengan memiliki motivasi belajar yang tinggi di SMA Al-Islam 1 Surakarta,Yayasan Perguruan Al-Islam Surakarta menyediakan system pendidikan keagamaan yang menerapkan ke dalamsistem boarding school. Sekolah SMA Al Islam 1 Surakarta dijadikansebagai objek kajian dalam penelitianini dikarenakan lembaga/ yayasan inimerupakan salah satu yayasan Islam yang menerapkan pendidikan dengan system pendidikan boarding maupun non boarding.

3 Motivasi belajar pada santri menurut Nafi (2007) sebagai hamba Allah Swt. Warga Pesantren menekuni jalan pembebasan dirinya dengan belenggu masalahnya yakni kebodohan, keterbelakangan, ketidakberdayaan, dan kemelaratan; hingga tiba saatnya kepandaian, kemajuan, keberdayaan, dan kemakmuran tercapai (Nafi, 2007).Motivasi belajar pada santri menurut PROF. dr. H.M. Ridlwan Nasir, MA. (2005), Adanya hubungan baik yang saling menghormati antara guru-murid, rasa hormat santri/murid kepada kyai/guru, berkeyakinan bahwa dirinya tidak akan menjadi orang yang baik dan pandai tanpa perantara kyai/guru, dan demikian juga santri/murid berkeyakinan bahwa ilmunya tidak akan bermanfaat bila tidak hormat kepada kyai/guru, serta kyai/guru melaksanakan tugas sebagai realisasi diri mengemban amanah dari Allah SWT. Di setiap aktivitas manusia motivasi merupakan hal yang sangat penting, karena motivasi adalah dorongan terhadap suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2002).Begitu juga pada saat belajar, motivasi sangat diperlukan bagi tiap siswa guna mencapai tujuan, salah satunya untuk meraih semangat dalam belajar. Menurut (Wlodkowski, 2004) motivasi belajar merupakan suatu proses internal yang ada dalam diri seseorang guna memberikan gairah atau semangat dalam belajar, didalamnya terdapat unsur usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian Baret & Morgan (Kartamuda, 2008) mengisaratkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam meningkatkan belajarnya. Kertamuda (2008)

4 juga menjelaskan bahwa motivasi merupakan salah satu dorongan yang dapat membantu seseorang melakukan dan mencapai sesuatu aktivitas (belajar) yang diinginkannya, dengan demikian motivasi belajar dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Motivasi sangat diperlukan, dalam proses belajar, karena seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar (Djamarah, 2002). Ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar akan tampak (Sardiman, 2001) seperti : tekun dalam menghadapi tugas, dalam menghadapi kesulitan akan ulet (tidak lekas putus asa), tidak takut dengan berbagai masalah, lebih senang bekerja mandiri, akan cepat bosan pada tugas tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, senang mencari dan memecahkan permasalahan soal-soal. Sedangkan menurutasrori, bahwasannya seorang siswa dapat dikatakan memiliki motivasi rendah apabila perhatian terhadap pelajaran kurang, semangat juang kurang, mengerjakan sesuatu seperti diminta membawa beban berat, sulit untuk bisa jalan sendiri ketika diberikan tugas, memiliki ketergantungan kepada orang lain, mereka bisa jalan kalau sudah dipaksa, daya konsentrasi rendah, mereka cenderung menjadi pembuat kegaduhan, dan mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan (Asrori, 2009). Motivasi belajar yang baik menurut Abdul Hadis (2006) akan melahirkan proses dan hasil belajar yang baik pula. Semakin tinggi atau intensitas motivasi belajar peserta, maka akan semakin tinggi kualitas proses dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

5 olehkurotul&ida (2009) terhadap siswa SMA Negeri 1 Kepanjen rata-rata memiliki motivasi belajar tinggi yang tampak pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, semua siswa berusaha untuk memperhatikan dan mengikuti semua kegiatan dengan baik, kemudian adanya rasa bersaing dalam mengerjakan tugas maupun mencapai nilai yang baik. Sehingga hasil belajar siswa baik dari ulangan harian,ulangan semester, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional menunjukkan hasil yang memuaskan. Motivasi belajar tiap-tiap siswa belum tentu sama. Factor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut, salah satunya merupakan sekolah (Wlodkowski dan Jaynes (dalam Priyatna Hadinata, 2009). Sekolah merupakan lingkungan tempat dimana siswa belajar. Lingkungan yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dan belajar dengan baik dan produktif (Kartamuda, 2008). Kondisi sosial dalam lingkungan sekolah seperti hubungan antara guru dengan murid, guru dengan guru dan murid satu dengan murid lainnya. Menurut Uno (2007) motivasi belajar dapat tumbuh karena faktor intrinsik, yakni berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, hambatan akan cita-cita, sedangkan faktor ekstrinsiknya yakni karena adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Marjohan (2010) bahwa pada siswa non boarding yang terjadi perubahan perilaku seperti suka pulang terlambat kerumah, itu bisa terjadi karena sang anak

6 kurang memiliki kesadaran motivasi belajar. Walaupun siswa non boardingkurang memiliki motivator karena kurangnya pengontrolan, bimbingan, dan motivasi belajar yang hanya didapat sebatas di sekolah, namun mereka juga memiliki motivaror di rumah yakni orangtua. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Yuliani (2014), dalam jurnal yang berjudul hubungan antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar santri di pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah. Hasil penelitian kuantitatif jenis korelasional dengan konstrak (alat pengukur) yang terdiri atas data mengenai lingkungan sosial pesantren dan motivasi belajar santri di pesantren diperoleh hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara lingkungan sosial pesantren dengan motivasi belajar santri di Pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah, diperoleh kesimpulan lingkungan sosial pesantren masih kurang baik. Motivasi belajar santri di Pesantren ini juga masih rendah.hal ini terbukti dari hasil penelitian yang mengungkapkan masih rendahnya keinginan, hasrat, kebutuhan santri untuk belajar dan rendahnya harapan akan cita-cita yang mereka inginkan. Hasil wawancara dengan Syahrul Munir dan Ilyas Al-Ma mun sebagai salah satu staf pengajar di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien bahwasannya santri yang berada di pondok atau boardinglebih memiliki motivasi belajar yang tinggi dibanding siswanon boarding, dikarenakan santri boarding mendapatkan motivasi setiap saat oleh teman, ustad, maupun pengasuh pondok. Selain itu siswaboarding tidak diperkenankan menonton TV selain hari libur, bawa hp, serta keluar dari lingkungan pondok jika tidak ada keperluan yang mendesak. Sedangkan siswanon

7 boarding tidak memiliki peraturan seperti itu, hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar santri antara yang boarding dan nonboarding. Berdasarkan uraian diatas terdapat perbedaan motivasi antara siswa boarding maupun siswanon boarding, Setiap siswa memiliki motivasi belajar yang sama baik boarding maupun non boarding.. Mengacu pada uraian sebelumnya maka peneliti mengajukan rumusan masalah apakah ada perbedaan motivasi belajar antara siswaboarding dengan siswa non boarding di SMA Al Islam 1 Surakarta. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahu Mengetahui perbedaan motivasi belajar antara siswa Boardingdengan siswanon Boarding di SMA Al Islam 1 Surakarta. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk membarikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Psikologi Pendidikan. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk : 1. Siswa boarding dengan siswa non boarding diharapkan untuk selalu memiliki motivasi belajar yang tinggi. 2. Guru pengajar, mendampingi para siswa dalam motivasi belajar.

8 Bagi orang tua siswa, diharapkan dapat selalu meningkatkan motivasi belajar anaknya.