BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama (Darwowidjojo, 2003: 16). Semua anak yang normal atau mengalami pertumbuhan yang wajar akan memperoleh suatu bahasa dalam proses perkembangannya yaitu bahasa pertama atau bahasa ibu, dalam tahun-tahun pertama kehidupannya. Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila seorang anak yang semula tanpa bahasa kini memperoleh satu bahasa. Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Pemerolehan bahasa adalah proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya, sedangkan pembelajaran bahasa adalah proses formal yang dilalui seseorang dalam memahami bahasa seperti belajar bahasa di kelas (Darwowidjojo, 2003: 225). Pada umumnya anak-anak di Indonesia mendapat pendidikan formal setelah berumur enam tahun dan pada saat itu pula proses pembelajaran bahasa dimulai. Rentang waktu antara umur 0 sampai 5 tahun anak-anak lebih banyak berhubungan dengan keluarga dan lingkungannya serta proses pemerolehan bahasa terjadi pada rentang waktu itu. Pada proses pembelajaran bahasa si anak telah mengenal bahasa kedua setelah mengenal bahasa pertamanya. Pengkajian tentang pemerolehan makna kata pada anak-anak usia 4 sampai 5 tahun tentu tidak terlepas dari defenisi semantik atau makna itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan pengertian atau penjelasan tentang makna. Menutur KUBI (2006: 737) makna: arti atau maksud;
mengetahui lafal dan maknanya. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Larson (dalam Chaer, 2003: 195) mengemukakan bahwa sebuah kata merupakan gabungan dari fitur-fitur semantik. Dengan kata lain, makna dapat dijelaskan berdasarkan apa yang disebut dengan fitur-fitur atau penanda-penanda semantik. Penelitian tentang pemerolehan makna kata pada anak-anak khususnya di usia 4 sampai 5 tahun adalah kajian yang sangat menarik bagi penulis. Hal ini disebakan oleh ketertarikan penulis terhadap ilmu psikolinguistik dan perkembangan bahasa anak-anak sejak lahir hingga dewasa. Walaupun seorang anak tidak pernah diajarkan secara formal untuk memaknai suatu kata tetapi dalam proses perkembangannya pengetahuan itu didapatkan secara empiris. Prosesproses yang terjadi dalam pemerolehan makna secara empiris tersebut merupakan hal yang ingin penulis deskripsiskan dalam penelitian ini. Ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya yaitu, proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara alami dan proses performansi adalah proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat (Chaer, 2003: 167). Proses ini adalah proses alami yang telah terjadi ketika anak-anak mulai mengoceh, mengucapkan dua kata atau satu kata, hingga akhirnya dapat mengucapkan satu kalimat yang sempurna walaupun anakanak dalam proses pemerolehan bahasanya tidak pernah diajarkan secara formal bagaimana membuat suatu kalimat yang sempurna. Chomsky (dalam Chaer, 2003: 168) menyatakan bahwa kompetensi mencakup tiga buah komponen tata bahasa yaitu, komponen sintaksis, kompenen semantik, dan komponen fonologi. Komponen di atas lazim disebut dengan pemerolehan sintaksis, pemerolehan semantik, dan
pemerolehan fonologi. Ketiga pemerolehan ini tidak dapat secara sendiri-sendiri melainkan saling berhubungan satu sama lain. Pemerolehan semantik pada anak-anak usia 4 sampai 5 tahun merupakan kajian dalam penelitian ini. Anak-anak mempunyai cara tersendiri dalam memahami makna kata. Pada tahun pertama dalam kehidupan seorang bayi menghabiskan waktunya untuk mengamati dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi yang ada di sekitar kehidupannya. Pengamatan ini dilakukan melalui seluruh panca inderanya. Apa yang diamati dan dikumpulkan itu menjadi pengetahuan dunianya. Berdasarkan pengetahuan dunianya inilah si bayi memperoleh semantik bahasa dunianya dengan cara meletakkan makna yang tetap kepada urutan bunyi bahasa tertentu (Chaer, 2003: 194). Selain itu, manusia mempunyai semacam kapling-kapling intelektual di dalam otaknya yang dibawa sejak lahir. Salah satu dari kapling itu adalah untuk bahasa yang disebut LAD (Language Acquisition Device) atau Piranti Pemerolehan Bahasa (Darwowidjojo, 2003: 232). Pemerolehan bahasa itu sendiri berada di bawah ilmu psikolinguistik. Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam mereka berbahasa (Darwowidjojo, 2003: 7). Menurut Samsunuwiyati (2005: 1) psikolinguistik adalah studi mengenai bagaimana pengamatan bahasa dan pemerolehan bahasa oleh manusia. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah bidang ilmu yang mengkaji tentang proses-proses yang mempengaruhi pemerolehan bahasa manusia dari kecil sampai dewasa. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang pertama kali diperoleh atau sering disebut dengan bahasa ibu. Dariyo (2007: 38) menyatakan secara kronologis usia anak-anak yang berada pada usia 4 sampai 5 tahun tergolong ke dalam anak-anak dalam awal pemerolehan bahasa (early childhood). Masa ini ditandai dengan kemandirian, kemampuan kontrol diri walaupun masih
terikat dan memfokuskan diri pada hubungan dengan orang tua dan keluarga. Masa anak-anak awal, masih ditandai dengan kegiatan bermain, baik bermain sendiri maupun bermain dengan kelompok teman sebaya lainnya. Bahkan tidak dipungkiri, kegiatan bermain tetap dibawa sampai remaja maupun dewasa. Hal yang penting permainan pada masa anak-anak awal ialah selain berguna bagi perkembangan kepribadian, bermain juga berguna untuk pengembangan psikomotorik halus dan kasar. Anak-anak yang tinggal di daerah Pesisir Sibolga memperoleh bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Bahasa Indonesia digunakan dalam percakapan antara anak dan orang tua dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tinggal di daerah pesisir yang mempunyai bahasa daerah sendiri, sebagian besar atau pada umumnya orang tua telah lebih dahulu mengenalkan bahasa Indonesia kepada anak-anaknya. 1.2 Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok masalah yang akan dibicarakan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimankah deskripsi makna kata bahasa Indonesia anak usia 4 sampai 5 tahun di daerah Pesisir Sibolga? 2. Bagaimanakah fitur semantik atau fitur makna kata bahasa Indonesia anak usia 4 sampai 5 tahun di daerah Pesisir Sibolga?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan makna kata bahasa Indonesia anak usia 4 sampai 5 tahun. 2. Mendeskripsikan fitur semantik atau fitur makna kata bahasa Indonesia anak usia 4 sampai 5 tahun. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini memiliki manfaat baik untuk diri peneliti sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan masukan tentang pemerolehan makna kata anak yang berusia 4 sampai 5 tahun. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang bagaimana pemerolehan makna kata pada anak usia 4 sampai 5 tahun. 3. Memberikan sumbangan untuk perkembangan teori-teori psikolinguistik. 4. Membantu penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pemerolehan makna kata pada anak usia 4 sampai 5 tahun.
1.3.3.2 Manfaat Praktis Selain manfaat teoretis, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis yaitu: 1. Sebagai bahan masukan yang bersifat teoretis bagi masyarakat Pesisir Sibolga pada umumnya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Memperkaya khasanah penemuan tentang perkembangan pemerolehan semantik bahasa Indonesia di daerah Pesisir Sibolga.