BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan makhluk lain yang ada di muka bumi ini. mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam masyarakat itu.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir?

Hukum Poligami. Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang dinamakan adat. Adat ini telah turun-menurun dari generasi. kegerasi yang tetap dipelihara hingga sekarang.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

Mas}laha<t atau kemaslahatan merupakan tujuan inti

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

Hukum Bersumpah Atas Nama Nabi Muhammad shalallahu alihiwasallam

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

Bisakah Kirim Pahala BISAKAH KIRIM PAHALA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

Membuka Kembali Lembaran Sejarah Ghadir Khum

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN ULAMA AMUNTAI SEBAGAI KEWAJIBAN YANG HARUS DITUNAIKAN SEBELUM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

Pluraliitas Hukum Waris

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

Hukum Menanam Saham Di Sebagian Perusahaan

MERAIH KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN MENELADANI RASULULLAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HIBAH DALAM KEADAAN SAKIT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV RELEVANSI KETENTUAN PASAL 209 KHI DENGAN KITAB FIQIH YANG MENJADI REFERENSINYA

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA.

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB V ANALISIS KOMPARATIF PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT PENDAPAT EMPAT MADZHAB DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG-PIUTANG BERSYARAT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

ANALISIS FIQH SIYASAH TENTANG PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MEREALISASIKAN FUNGSI BUDGETING

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA TERHADAP PENDIRIAN BANGUNAN USAHA PEDESAAN DI TANAH ANDIL DI DESA TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

ISBN:

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

Konsisten dalam kebaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat ialah tentang kejahatan. Kejahatan adalah suatu

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan

JABATAN PELAJARAN TERENGGANU SUMATIF 2 SIJIL PELAJARAN MALAYSIA 2013 PENDIDIKAN ISLAM

TAFSIR SURAT AL- ASHR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakag Allah Swt. Telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN A. Analisis Proses Penentuan Tanah Tunggu Bahaulan di Desa Sungai Ulin Proses pelaksanaan penentuan tanah tunggu bahaulan hampir sama dengan proses pembagian harta waris pada umumnya, yang biasa dilakukan oleh masyarakat desa Sungai Ulin atau masyarakat Banjar pada umumnya. 1 Penentuan tunggu bahaulan itu sendiri, kadang-kadang ditentukan sendiri oleh pewaris sebelum pewaris meninggal dunia. Ada kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para ahli waris sebelum melaksanakan penentuan tanah tunggu bahaulan. Kewajibankewajiban tersebut adalah: 1. Kewajiban pelunasan hutang-hutang pewaris Tentang kewajiban ini biasanya diumumkan kepada masyarakat pada saat penyelenggaraan pemakaman atau pada saat mensholatkan Jenazah, yang mana dalam pengumuman tersebut diminta kepada siapa saja yang ada hubungan utang piutang dengan yang meninggal dunia harap menghubungi ahli waris dan diminta pula untuk 1 Haji ruslan, wawancara, sungai ulin, november 2012 55

56 merelakannya kalau yang bersangkutan merelakannya. Dalam hal yang merelakan ini biasanya adalah dalam kondisi baik pewaris maupun ahli waris tergolong orang yang tidak mampu (miskin). 2. Kewajiban penyelenggaraan upacara kematian Dalam penyelenggaraan upacara kematian pewaris ini dilakukan sejumlah kegiatan yang memerlukan biaya, yaitu : a. Memandikan, mangkafani dan menshalatkan jenazah b. Upacara penebus dosa yang meninggal karena semasa hidupnya melalaikan shalat dan puasa, upacara ini dipimpin oleh tuan guru (tokoh agama) c. Upacara Baaruhan. Yaitu upacara selamatan atau kenduri, yang meliputi saat menurun tanah, maniaga hari (selama tiga hari berturut-turut sejak pewaris meninggal dunia), mamitung hari (kenduri pada hari ke-tujuh), menyelawi (kenduri pada hari kedua puluh lima), mematang puluh (kenduri pada hari ke-empat puluh) dan terakhir menyaratus (kenduri pada hari ke-seratus). d. Upacara haul, yaitu upacara rutin pada setiap tahun sekali yang dilaksanakan tepat pada hari meninggalnya pewaris. Untuk

57 keperluan haul ini biasanya ada harta peninggalan yang dipersiapkan untuk menutupi biayanya. 3. Kewajiban memenuhi wasiat atau amanat pewaris Dalam hal-hal tertentu pewaris sebelum meninggal dunia ada berpesan untuk memberikan hartanya kepada pihak-pihak tertentu, baik itu kepada individu di lingkungan keluarga dan masyarakat, maupun untuk kepentingan sosial seperti untuk Mesjid dan Pesantren. Amanat pewaris ini sangat dihormati oleh ahli waris, sehingga ia termasuk hal yang diutamakan dalam penylesaian atau pemenuhannya. Dengan adanya kewajiban-kewajiban yang harus dikeluarkan atau dipatuhi terhadap harta peninggalan pewaris tersebut itulah, ditemukan sejumlah harta peninggalan pewaris yang tidak dibagi waris, seperti harta peninggalan untuk keperluan bahaul atau haulan setiap tahun, yang biasanya berupa tanah, sehingga tanah tersebut disebut tanah tunggu haul. Di samping tanah juga terdapat barang lain seperti perahu, dimana hasil dari perahu ini sebagian disisihkan untuk keperluan haulan dan juga memenuhi wasiat lain seperti untuk pembangunan mesjid atau membantu anak yatim.

58 B. Analisis Hukum Islam Terhadap Tanah Tunggu Bahaulan Ada dua langkah yang harus kita lakukan untuk mendudukkan posisi tunggu haul. Pertama apakah kebiasaan itu dibenarkan dalam Islam (termasuk urf as shalih). Kedua kalau tunggu haul masuk dalam urf as shalih berarti masuk dalam hukum Islam, pertanyaan selanjutnya adalah apakah ia masuk dalam lembaga waris, hibah, wasiat atau lembaga hukum Islam lainnya. Kalangan ahli ushul fiqh dengan berlandaskan pada hadits Rasulullah SAW : (juga) baik. Artinya : Apa yang dinilai kaum muslimin itu baik, maka disisi Allah Menempatkan urf (adat/adat kebiasaan) sebagai salah satu sumber hukum Islam. 2 Disadari bahwa tidak semua urf itu baik dan sejalan dengan ajaran Islam. Karenanya perlu seleksi dan penilaian terhadap urf tersebut, sehingga akan dihasilkan penilaian berupa urf shahih dan urf fasid/gairu shahih. Urf shahih adalah urf yang dapat diterima karena tidak bertentangan dengan syara. Sementara urf fasid tidak dapat diterima karena bertentangan dengan syara. 2 Kamal Mukhtar, Ushul Fiqh (jilid I), (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), 146

59 Dalam kaitan ini Imam Suyuthi (Syafi iyah) merumuskan : al aadah muhakkamah 10 adat/kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum.11 Pengertian dapat bukan berarti semua kebiasaan otomatis ditetapkan sebagai hukum, karenanya ia harus di tahkim yaitu dinilai dengan ketentuan hukum Islam yang sudah melembaga. Hasil dari proses penilaian (tahkim) itulah yang menentukan apakah ia masuk kategori hukum (Islam) atau bukan. Hal ini sejalan dengan teori Receptio A Contrario (gagasan Sayuti Talib) yang memandang hukum adat baru bisa berlaku apabila tidak bertentangan dengan hukum Islam. Haulan sebagaimana didefinisikan Alfani Daud, termasuk wilayah mubah, karena tidak ada larangan dan tidak ada pula suruhan untuk melakukannya. Walau hukum asalnya mahaul itu mubah tetapi tidak tertutup kemungkinan dalam keadaan tertentu bisa bergeser dari ketentuan umum tersebut, sesuai kasusnya. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pelaksanaan haul itu adalah urf shahih, sementara transaksi tunggu haul sebagai kegiatan yang mengiringinya (asisor) tentu masuk urf shahih juga. Dalam kasus tunggu haul oleh orang tua kepada salah seorang anaknya yang berlaku setelah orang tua meninggal dunia, dilihat dari waktu berlakunya pemberian tersebut termasuk wasiat. Namun karena tunggu haul diberikan kepada ahli waris maka tidak dapat disebut wasiat, karena syarat

60 wasiat harus diberikan kepada orang yang tidak berhak mendapatkan warisan dari orang yang berwasiat, kecuali apabila ahli waris lainnya membolehkannya. Pada sisi lain adanya pengganti dari pemberian berupa jasa menyelenggarakan mahaul, merupakan syarat dalam wasiat pada kasus tunggu haul. Ketika tunggu haul diberikan atas kesepakatan para ahli waris kepada salah seorang diantara mereka yang berlaku sejak kesepakatan itu diperoleh, tidak dapat dikatakan hibah, karena hibah adalah pemberian secara suka rela dan tanpa imbalan. Dalam kasus tunggu haul ini penerima diwajibkan memberi imbalan berupa mahaul. Dengan demikian hubungan hukum yang terjadi adalah aqad wakalah (pemberian kuasa) bukan hibah. Kalau terjadi sengketa maka yang menjadi pihak adalah pemberi kuasa dengan pemerima kuasa. Dalam kasus dimana hanya objek dan kewajiban subjek yang disebutkan (Tanah naini gasan tunggu haulku laki bini/ Lahan ini untuk biaya haulan aku suami isteri), sementara subjeknya tidak ditentukan, maka ikatan terjadi manakala ada pihak yang bersedia menjadi subjek. Kesediaan menerima tunggu haul sekaligus merupakan kesediaan menyelenggarakan haulan.

61 Selain pemaparan diatas ada tujuan yang melandasi diadakannya tunggu bahaulan, yaitu birul walidain (berbuat baik kepada orang tua) untuk menjalankan ajaran islam. Karena dengan diadakannya acara tunggu bahaulan, doa kepada orang tua yang telah meninggal akan sangat membantu dari siksaan di alam kubur. Adakalanya berbuat baik kepada orang tua dilakukan semasa orang tua masih hidup, dan juga setelah orang tua meninggal. Kemudian dari segi lain, dengan diadakannya acara tunggu bahaulan tersebut maka secara otomatis hubungan silaturrahim antara ahli waris atau saudara akan terjaga sehingga tidak akan terputus. Selain antara ahli waris, silaturrahim juga terjalin antara kerabat, masyarakat dan siapa saja yang terlibat dalam acara tersebut, Sebagaimana firman allah dalam surat albaqarah beruikut ini: ت ع ب د و ن ا لا االله لا و ذى ا ل ق ر بى سا نا ح و با ل و ل د ي ن ا ك ين س وا ل م وا ل ي ت مى janganlah kamu menyembah kepada selain allah dan berbuat baiklah kepada orang tua, kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

62 Dari ayat diatas jelas bahwa perintah untuk berbuat baik harus dilakukan. Dan memperingati hari meninggalnya seseorang atau pewaris dengan cara penentuan tanah tunggu bahaulan juga berbuat baik karena tidak memberatkan ahli waris dalam pembiayaan syukurannya. Meskipun hakikatnya harta tersebut adalah hak dari ahli waris yang diambil dari harta waris peninggalan.