DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

dokumen-dokumen yang mirip
Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

Lindiana 1*), Nyimas Sa diyah 1, Maimun Barmawi 1 ABSTRACT

Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 5 Hasil Persilangan WILIS X B 3570

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

KERAGAAN, KERAGAMAN, DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KACANG PANJANG (Vigna Unguiculata) GENERASI F 1 HASIL PERSILANGAN TIGA GENOTIPE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

Keragaman Fenotipe dan Heritabilitas Kedelai (Glycine Merril) Generasi F 6 Hasil Persilangan Wilis X Mlg 2521

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

PENDUGAAN HERITABILITAS KARAKTER HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HASIL PEMULIAAN BATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

Seleksi Individu Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Persilangan Kedelai (Glycine Max L. Merr.) pada Generasi F 3

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

Kemajuan Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomi Padi Beras Hitam pada Populasi F2

STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS GROBOGAN DENGAN ANJAMORO, UB, AP DAN ARGOPURO

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

I. PENDAHULUAN. digunakan untuk pangan pokok saja, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas

SELEKSI FAMILI F3 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) POLONG KUNING DAN BERDAYA HASIL TINGGI

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

KEMAJUAN GENETIK, HERITABILITAS DAN KORELASI BEBERAPA KARAKTER AGRONOMIS PROGENI KEDELAI F3 PERSILANGAN ANJASMORO DENGAN GENOTIPE TAHAN SALIN

PENDAHULUAN Latar Belakang

VI. PENGGUNAAN METODE STATISTIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN. Ir. Wayan Sudarka, M.P.

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK KARAKTER KETAHANAN KEDELAI GENERASI F 2 PERSILANGAN TANGGAMUS x B 3570 TERHADAP SOYBEAN MOSAIC VIRUS

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

HERITABILITAS, NISBAH POTENSI, DAN HETEROSIS KETAHANAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) TERHADAP SOYBEAN MOSAIC VIRUS

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja,

PEWARISAN SIFAT PANJANG POLONG PADA PERSILANGAN BUNCIS TEGAK (Phaseolus vulgaris L.) KULTIVAR FLO DAN KULTIVAR RICH GREEN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

POLA PEWARISAN SIFAT-SIFAT AGRONOMIS DAN MUTU BIJI PADA POPULASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

Candra Kusuma Wardana* ), Anna Satyana Karyawati dan Syukur Makmur Sitompul

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun seleksi tidak langsung melalui karakter sekunder. Salah satu syarat

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

KERAGAMAN KARAKTER AGRONOMI KLON-KLON F1 UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) KETURUNAN TETUA BETINA UJ-3, CMM 25-27, DAN MENTIK URANG

Agrivet (2015) 19: 30-35

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

Transkripsi:

J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 20 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):20-24, 2013 Vol. 1, No. 1: 20 24, Januari 2013 DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN ANTARA YELLOW BEAN DAN TAICHUNG Maimun Barmawi, Andika Yushardi & Nyimas Sa diyah Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl.Prof. Soemantri Brodjonegoro, No.1 Bandar Lampung 35145 E-mail: nyimas_diyah@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai duga daya waris (heritabilitas) dalam arti luas dan kemajuan seleksi pada hasil persilangan kedelai antara Yellow Bean dan Taichung. Daya waris dan kemajuan seleksi merupakan parameter genetik dalam proses seleksi. Penelitian ini telah dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung dari November 2011 sampai dengan Februari 2012 dan dilanjutkan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan tanpa ulangan. Parameter genetik yang diduga adalah heritabilitas dalam arti luas dan kemajuan seleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mempunyai nilai duga heritabilitas dalam arti luas yang tinggi terdapat pada karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan bobot biji per tanaman, sedangkan pada karakter jumlah cabang produktif dan bobot 100 butir mempunyai nilai duga heritabilitas dalam arti luas yang sedang. Nilai duga heritabilitas dalam arti luas yang tinggi menunjukkan bahwa suatu karakter lebih dikendalikan oleh faktor genetik daripada faktor lingkungan. Nilai duga kemajuan seleksi yang termasuk kategori rendah pada penelitian ini adalah umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, dan bobot 100 butir per tanaman, sedangkan nilai kemajuan seleksi yang tinggi terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Nilai duga kemajuan genetik yang termasuk kategori rendah pada penelitian ini adalah umur panen, nilai kemajuan genetik yang termasuk kategori sedang terdapat pada umur berbunga dan bobot 100 butir, sedangkan nilai kemajuan genetik yang tinggi terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Tingginya nilai kemajuan genetik dalam suatu karakter mengindikasikan bahwa penampilan karakter tersebut didukung oleh faktor genetik, sehingga dapat melengkapi kemajuan seleksi. Kata kunci : Daya waris, karakter agronomi, kemajuan seleksi, dan. PENDAHULUAN Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Produksi kedelai di Indonesia tidak sebanding dengan konsumsi kedelai. Diperkirakan tiap tahun ratarata kebutuhan kedelai sebanyak 2,3 juta ton/tahun, sedangkan produksi kedelai dalam negeri hanya sekitar 800 ribu-900 ribu ton (Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-Umbian, 2011). Produksi kedelai di Indonesia masih rendah sehingga harus ditutupi dengan impor. Harga kedelai lokal Indonesia terus meningkat sedangkan harga kedelai impor lebih murah. Pasar kedelai di Indonesia lebih dikuasai kedelai impor. Hal ini terjadi karena, kebijakan pemerintah yang membebaskan bea masuk impor kedelai untuk mengatasi kelangkaan kedelai akan merugikan petani lokal (Gatra, 2012). Persilangan antar tetua yang memiliki perbedaan sifat merupakan salah satu langkah untuk perbaikan karakter suatu tanaman. Karena itu, dilakukan persilangan antara Yellow Bean dan Taichung, sehingga terjadi segregasi pada keturunan F 2 -nya. Akibat segregasi pada generasi F 2 akan menghasilkan keragaman genetik yang luas. Nilai duga heritabilitas arti luas dapat diduga dengan membandingkan besarnya ragam genetik total terhadap ragam fenotipik (Borojevic, 1990). Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan dengan faktor lingkungan (Knight, 1979; Poehlman, 1979). Heritabilitas (daya waris) menentukan kemajuan seleksi, makin besar nilai heritabilitas (daya waris) makin besar kemajuan seleksi yang didapatkan dan sebaliknya. Nilai duga kemajuan seleksi untuk menduga seberapa besar peningkatan yang akan diperoleh dari karakter yang diseleksi. Peningkatan akan dipengaruhi oleh intensitas seleksi yang ditetapkan,

Barmawi et al.: Daya Waris dan Harapan Kemajuan Seleksi Karakter Agronomi Kedelai 21 ragam suatu karakter, dan heritabilitas arti luasnya (Dahlan dan Slamet, 1992). Besaran keragaman genetik dan heritabilitas bermanfaat untuk menduga kemajuan genetik yang didapat dari seleksi. Oleh karena itu, seleksi pada kedelai akan menunjukkan kemajuan genetik yang tinggi jika sifat yang dilibatkan dalam seleksi memiliki keragaman genetik dan nilai heritabilitas yang tinggi. Dengan demikian, diharapkan seleksi akan menghasilkan kemajuan genetik yang tinggi untuk beberapa karakter agronomi yang menjadi perhatian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai duga heritabilitas (daya waris) dalam arti luas dan kemajuan seleksi pada hasil persilangan kedelai antara Yellow Bean dan Taichung. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Universitas Lampung dari bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. Benih yang digunakan adalah benih F 2 Yellow Bean x Taichung. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan percobaan tanpa ulangan karena benih yang digunakan adalah benih F 2 yang masih mengalami segregasi (Baihaki, 2000). Analisis data yang dilakukan meliputi nilai duga heritabilitas arti luas dan kemajuan seleksi. Nilai duga heritabilitas dalam arti luas diduga dengan menggunakan analisis komponen ragam dan dihitung berdasarkan rumus menurut Allard (1995) sebagai berikut: H L = = + keterangan: = Ragam fenotipe = Ragam genetik = Ragam lingkungan Kriteria nilai heritabilitas dalam arti luas mengikuti Mc.Whirter (1979) dalam Masnenah dkk. (1997) dengan ketentuan sebagai berikut: H < 0,20 = Heritablitas rendah 0,20 < H > 0,50 = Heritabilitas sedang H > 0,50 = Heritabilitas tinggi Menurut Suharsono dkk. (2006), nilai duga kemajuan seleksi dapat dihitung berdasarkan rumus: R = i x H L Keterangan: R i H x = Respons terhadap seleksi = Intensitas seleksi yang diterapkan = Pendugaan heritabilitas dalam arti luas suatu karakter = Simpangan baku suatu karakter R KG 100% Nilai tengah Kriteria nilai duga kemajuan genetik berdasarkan Begun dan Sobhan (1991) dikutip Hadiati dkk. (2003) adalah a. Tinggi apabila nilai KG > 14%; b. Sedang apabila nilai 7% < KG > 14% c. Rendah apabila KG < 7% HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai keragaman fenotipe dan genotipe yang luas terdapat pada karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan bobot biji per tanaman, sedangkan pada karakter jumlah cabang produktif dan bobot 100 butir menunjukkan nilai keragaman yang sempit (Tabel 1 dan 2). Untuk kisaran nilai tengah yang paling besar adalah tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan bobot biji per tanaman (Tabel 3). Seleksi akan efektif jika populasi memiliki keragaman genetik yang luas. Luasnya keragaman yang dihasilkan, baik keragaman fenotipe maupun genetik menunjukkan bahwa terdapat peluang besar untuk menyeleksi sifat-sifat yang diinginkan. Keragaman yang luas pada ragam genotipe dan fenotipe disebabkan oleh benih yang digunakan adalah benih F 2 yang tingkat segregasinya tertinggi (Tabel 1 dan 2). Keragaman yang luas juga dapat terjadi karena kedua benih memiliki karakteristik genetik yang berbeda. Yellow Bean merupakan introduksi dari Amerika Serikat, sedangkan Taichung indroduksi dari Taiwan. Kisaran nilai tengah suatu karakter akan menentukan luas tidaknya keragaman karakter tersebut. Semakin luas kisaran nilai tengah suatu karakter maka keragamannya semakin luas. Pada karakter tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan bobot biji per tanaman memiliki kisaran nilai yang paling besar, sehingga keragaman pada karakter tersebut adalah luas (Tabel 3). Nilai duga heritabilitas (daya waris) pada karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman adalah tinggi, sedangkan pada karakter jumlah cabang produktif, dan bobot 100 butir menunjukkan nilai duga heritabilitas yang sedang (Tabel 4).

22 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):20-24, 2013 Tabel 1. Nilai ragam fenotipe Peubah Ragam Fenotipe Simpangan baku σ f 2σ f Kriteria Umur berbunga (hari) 17,94 4,24 8,47 Luas Umur panen (hari) 9,28 3,05 6,09 Luas Tinggi tanaman (cm) 274,96 16,58 33,16 Luas Jumlah cabang produktif (buah) 2,45 1,57 3,13 Sempit Jumlah polong per tanaman (buah) 2753,75 52,48 104,95 Luas Bobot biji per tanaman(g) 165,98 12,88 25,77 Luas Bobot 100 butir(g) 2,09 1,45 2,89 Sempit Keterangan: ² f > 2 f : luas, ² f < 2 f : sempit (Anderson dan Bancroft (1952) yang dikutip dalam Wahdah (1996)). Tabel 2. Nilai ragam genotipe Peubah ² g g g Kriteria Umur berbunga(hari) 14,91 3,86 7,72 Luas Umur panen(hari) 6,08 2,47 4,93 Luas Tinggi tanaman(cm) 266,91 16,34 32,67 Luas Jumlah cabang produktif (buah) 1,21 1,10 2,20 Sempit Jumlah polong per tanaman (buah) 2718,43 52,14 104,28 Luas Bobot biji per tanaman(g) 158,59 12,59 25,19 Luas Bobot 100 butir(g) 0,98 0,99 1,98 Sempit Keterangan: ² f > 2 f : luas, ² f < 2 f : sempit (Anderson dan Bancroft (1952) yang dikutip dalam Wahdah (1996)). Tabel 3. Nilai tengah dan simpangan baku genotipe F 2 Peubah Nilai tengah ± simpangan baku Kisaran Nilai Tengah Umur berbunga (hari) 40,73 ± 4,24 36,49 44,96 Umur panen (hari) 97,34 ± 3,05 94,29 100,38 Tinggi tanaman (cm) 64,14 ± 16,58 47,56 80,72 Jumlah cabang produktif (buah) 3,80 ± 1,56 2,24 5,37 Jumlah polong per tanaman (buah) 104,31 ± 52,48 51,83 156,78 Bobot biji per tanaman (g) 23,69 ± 12,88 10,81 36,58 Bobot 100 butir (g) 12,04 ± 1,45 10,59 13,49 Tabel 4. Heritabilitas arti luas Peubah Heritabilitas (H) Kriteria Umur berbunga (hari) 0,83 Tinggi Umur panen (hari) 0,66 Tinggi Tinggi tanaman(cm) 0,97 Tinggi Jumlah cabang produktif (buah) 0,49 Sedang Jumlah polong per tanaman (buah) 0,99 Tinggi Bobot biji per tanaman(g) 0,96 Tinggi Bobot 100 butir(g) 0,47 Sedang

Barmawi et al.: Daya Waris dan Harapan Kemajuan Seleksi Karakter Agronomi Kedelai 23 Nilai kemajuan genetik yang termasuk kategori tinggi terdapat pada tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Nilai kemajuan genetik yang termasuk kategori sedang terdapat pada umur berbunga dan bobot 100 butir, sedangkan umur panen termasuk kategori rendah (Tabel 5). Heritabilitas menentukan keberhasilan seleksi karena heritabilitas dapat memberikan petunjuk suatu sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan dengan faktor lingkungannya. Jumlah cabang produktif dan bobot 100 butir mempunyai nilai heritabilitas yang termasuk dalam kategori sedang. Untuk karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan jumlah biji per tanaman termasuk kategori tinggi. Oleh sebab itu, karakter tersebut lebih banyak dikendalikan oleh faktor genetik dibandingkan dengan faktor lingkungan. Seleksi terhadap karakter yang heritabilitasnya tinggi dapat dilakukan pada generasi awal. Sharma (1994) mengatakan bahwa suatu karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi dapat diseleksi pada generasi awal (F 2 dan F 3 ). Sebaliknya bila nilai heritabilitasnya rendah, maka karakter tersebut harus diseleksi pada generasi lanjut. Meskipun nilai heritabilitas untuk karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman tinggi, perlu diperhatikan bahwa nilai heritabilitas tersebut dalam arti luas. Nilai heritabilitas dalam arti luas mencakup pengaruh aksi gen aditif, dominasi, dan epistasis. Jika yang lebih berperan dalam mengendalikan karakter yang bersangkutan adalah aksi gen dominans dan epistasis, maka seleksi tidak bisa dilakukan pada generasi awal. Jadi, harus diseleksi pada generasi lanjut. Tingginya nilai kemajuan genetik dalam suatu karakter mengindikasikan bahwa penampilan karakter tersebut didukung oleh faktor genetik, sehingga dapat melengkapi kemajuan seleksi (Satoto dan Suprihatno, 1996). Karakter umur berbunga memiliki nilai kemajuan seleksi yang sedang dan memiliki heritabilitas yang tinggi sedangkan pada karakter bobot 100 butir memiliki nilai kemajuan seleksi dan heritabilitas yang sedang, hal ini diduga faktor genetik dan faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang relatif sama besarnya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakter-karakter tinggi tanaman, bobot biji per tanaman dan jumlah polong per tanaman mempunyai nilai keragaman yang luas, nilai duga heritabilitas yang tinggi, dan nilai kemajuan genetik yang tinggi. Dengan demikian seleksi untuk memperoleh genotipe unggul dapat diterapkan pada karakter-karakter tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan nilai duga heritabilitas (daya waris) tinggi terdapat pada karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan jumlah biji per tanaman. Nilai duga heritabilitas sedang terdapat pada jumlah cabang produktif dan bobot 100 butir per tanaman. Nilai duga kemajuan seleksi yang tinggi terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Kemajuan seleksi sedang pada umur berbunga dan bobot 100 butir. Kemajuan seleksi rendah terdapat pada variabel umur panen. DAFTAR PUSTAKA Allard, R. W. 1995. Pemuliaan tanaman. Diterjemahkan oleh Manna. Diedit oleh Mulyani, M. Rineka Cipta. Jakarta. 366 hlm. Tabel 5. Nilai kemajuan seleksi pada populasi persilangan F 2 Yellow Bean dan Taichung Peubah Nilai tengah R KG (%) Kriteria Umur berbunga (hari) 40,72 4,92 12,08 Sedang Umur panen (hari) 97,33 2,81 2,89 Rendah Tinggi tanaman (cm) 64,14 22,51 35,10 Tinggi Jumlah cabang produktif (buah) 3,80 1,07 28,24 Tinggi Jumlah polong per tanaman (buah) 104,30 72,73 69,72 Tinggi Bobot biji per tanaman (g) 23,69 17,31 73,08 Tinggi Bobot 100 butir (g) 12,04 0,95 7,91 Sedang

24 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):20-24, 2013 Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian (Balitkabi). 2011. Varietas Unggul Kedelai.http://www.litbang.deptan.go.id/varietas/?l=300&k=310&n=&t=&sv= [30 Oktober 2011]. Baihaki, A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Universitas padjajaran. Diktat mata kuliah. Bandung 91 hlm. Borojevic, S. 1990. Principles and Methods of Plant Breeding. Elsevier Sci. Pub. Co. Inc. New York, 368 hlm. Dahlan, M. dan S. Slamet. 1992. Pemuliaan tanaman jagung. Prosiding Simposium Pemuliaan I. Komda Jawa Timur. 17-38 hlm. Gatra, S. 2012. Jaga Harga Kedelai di Kisaran Rp 7.000 Per kilogram. www.kompas.com. [9 September 2012]. Hadiati, S., Murdaningsih H. K., dan Rostini, N. 2003. Parameter Karakter Komponen buah pada Beberapa Aksesi Nanas. Zuriat 14 (2): 53-58. Knight, R, 1979. Practical in Statistics and Quantitative Genetic. In R. Knight, (ed). A course manual in Plant Breeding. Australia. 214-225. Masnenah, E., Murdaningsih, Setiamihardja, R., Astika, W., dan Baihaki, A. 1997. Parameter Genetik Karakter Ketahanan Terhadap Penyakit Karat Kedelai Dan Beberapa Karakter Lainnya. Zuriat 8 (2) : 57-63. Poehlman, J. M. 1979. Breeding Field Crop. AVI publishing Company Inc. Wetsport. Connecticut. 424 hlm. Satoto dan B. Suprihatno. 1996. Keragaman genetik, heritabilitas dan kemajuan genetik beberapa sifat kuantitatif galur-galur padi sawah. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 15(1): 5-9. Sharma, J. R. 1994. Principles and Practice of Plant Breeding. Tata McGr aw-hill Publishing Company Limited. New Delhi. 615 hlm. Suharsono, M. Yusuf, dan A.P. Paserang. 2006. Analisis Ragam, Heritabilitas dan Pendugaan Kemajuan Seleksi Populasi F2 dari Persilangan Kedelai Kultivar Slamet x Nokonsawon. Tanaman Tropika 9 (2): 86-93. Wahdah, R. 1996. Variabilitas dan Pewarisan Laju Akumulasi Bahan Kering Pada Biji Kedelai. Zuriat 7(2): 92 97.