MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam,

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Alang-alang dan Manusia

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

PENDAHULUAN. Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk meningkatkan. produktivitas lahan yang kurang produktif, meningkatkan kualitas lingkungan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produksi tanaman sangat mungkin dilakukan mengingat luasnya

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN A.

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

I. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

Secara umum, kerusakan tanah atau perubahan sifat fisik dan kimia tanah dapat disajikan dalam hubungan deskriptif berbagai faktor, yaitu: iklim,

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. buruh timah. Dampak positif selalu disertai dampak negatif, hal tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 63/Dik-2/2012. t e n t a n g

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Suaka Margasatwa Paliyan dengan luas total 434,834 Ha berada di wilayah

Cara Menanam Cabe di Polybag

BAB V PENUTUP. (imperata cylindrical). Bukit Batu Agung merupakan area perladangan

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RUMAH PANGAN LESTARI SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LAHAN DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena

BAGIAN KEDUA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

E U C A L Y P T U S A.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

BISNIS BUDIDAYA KARET

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

Konservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

Laporan Program (Periode Juni 2012)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR SK.159/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG RESTORASI EKOSISTEM DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI

BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

I. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Transkripsi:

PKMM-1-6-2 MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA Rahmat Hidayat, M Indriastuti, F Syafrina, SD Arismawati, Babo Sembodo Jurusan Pengelolaan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada,Yogyakarta. ABSTRAK Ketergantungan manusia terhadap sumberdaya tanah terus meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan penduduk terhadap lingkungan meningkat tanpa memperhatikan kemampuan tanah itu sendiri. Yang terjadi di Dusun Ngampon, Desa Sitimulyo Kabupaten Bantul DIY, adalah eksploitasi tanah secara terusmenerus dalam jumlah yang sangat besar. Proses penggalian yang dalam guna pembuatan batubata mendorong kemerosotan sumberdaya tanah baik mutu maupun kualitasnya. Gejala fisik yang tampak jelas di tempat kejadian adalah semakin tipisnya lapisan tanah, sehingga kemampuan tanah tidak stabil. Oleh karena itu, kami berusaha melakukan upaya nyata selain ingin menyadarkan masyarakat setempat akan pentingnya pengelolaan lahan secara lestari namun juga mencarikan alternatif solusi. Berdasarkan pada hal tersebut tim mencoba tiga metode sebagai alternatif solusi, yaitu sistem karung, sistem ppot, dan sistem pembelukaran. Dari ketiga metode tersebut, sistem pembelukaranlah yang cocok diterapkan, karena relatif mudah dan murah dibanding dengan metode pot yang cukup menghabiskan banyak tenaga dan juga sistem karung yang cukup mahal. Walaupun begitu, sistem pembelukaran cukup memakan banyak waktu.. Kata kunci : model reklamasi, lahan kritis, batubata. PENDAHULUAN Ketergantungan manusia terhadap sumberdaya tanah terus meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan penduduk terhadap lingkungan meningkat tanpa memperhatikan kemampuan tanah itu sendiri. Yang terjadi di Dusun Ngampon, Desa Sitimulyo Kabupaten Bantul DIY, adalah eksploitasi tanah secara terusmenerus dalam jumlah yang sangat besar. Proses penggalian yang dalam guna pembuatan bata, sehingga melampaui kemampuan tanah untuk membentuk struktur tanah kembali. Keadaan ini akan mendorong kemerosotan sumberdaya tanah baik mutu maupun kualitasnya. Gejala fisik yang tampak jelas di tempat kejadian adalah semakin tipisnya lapisan tanah, sehingga kemampuan fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman dan media pengatur daur air menjadi terbatas yang pada akhirnya ketidakstabilan ekosistem lingkungan tidak dapat terhindarkan. Kondisi lapangan desa Sitimulyo sudah sangat memperihatinkan, lubang lubang bekas galian guna pemanfaatan pembuatan bata merah sedalam 3 6 meter lebih dapat terlihat dengan jelas. Hal tersebut amat sangat mampu mempengaruhi secara negatif terhadap ekosistem lingkungan. Dapat dipastikan bahwa kondisi tanah disana sangat tidak subur, tanah tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai media tumbuh tanaman dan media pengatur daur air. Dapat dibuktikan tanah yang telah ditinggalkan tidak dapat ditanami oleh tanaman, kecuali rumput, selain itu ketersediaan air tidak terpenuhi secara maksimal.

PKMM-1-6-2 Sebagai mahasiswa yang memiliki keterampilan dan kompetensi pada bidang ini, kami merasa turut bertanggung jawab terhadap kondisi kerusakan lahan tersebut. Atas dasar itulah kami berusaha melakukan upaya nyata selain ingin menyadarkan masyarakat setempat akan pentingnya pengelolaan lahan secara lestari namun juga mencarikan alternatif solusi dalam pemecahan problematika tersebut dengan mengembalikan fungsi tanah sebagaimana mestinya yaitu sebagai media tumbuh tanaman dan media pengatur daur air. Metode yang kami pilih adalah sistem karung, sistem pot, dan sistem pembelukaran. Di sini kami hanya bertindak sebagai motor penggerak awal saja, selebihnya masyarakatlah yang meneruskannya dengan metode yang menurut mereka lebih efisien untuk mengembalikan fungsi tanah. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dirnecanakan kegiatan berupa reklamasi lahan dan proses penyuluhan berupa sosialisasi kepada masyarakat tentang cara pengelolaan lahan yang lestari. Program ini bertujuan untuk mereklamasi lahan bekas galian batu bata, membuat model sistem reklamasi lahan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan sosial masyarakat sehingga nantinya dapat diadopsi oleh masyarakat, memberikan pengertian yang tepat terhadap masyarakat tentang peran serta fungsi dari kelestarian lingkungan, memberikan alternatif pendapatan lain kepada masyarakat, dan membantu upaya pemerintah, khususnya Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian setempat, dalam melakukan sosialisasi terhadap pelestarian lingkungan. METODE PENDEKATAN Langkah yang pertama kali dilakukan adalah peninjauan atau observasi terhadap lahan yang akan digarap atau dilakukan reklamasi. Catatan hasil observasi berupa kekeritisan lahan, sebab dan akibat, serta analisis sosial terhadap masyarakat yang bersangkutan. Dilakukan pada tanggal 21 April 2006 hingga awal Mei, dengan menggunakan alat alat teknis berupa kamera digital, alat tulis, blangko pengamatan dan recorder atau alat perekam. Langkah yang kedua adalah sebelum dilakukan upaya reklamasi dengan sistem-sistem yang telah ditentukan, maka dilakukan pembukaan lahan. Kegiatan pembukaan lahan berupa pengukuran luasan-luasan lahan yang akan dilakukan reklamasi nantinya, menghilangkan tumbuhan-tumbuhan pengganggu, semak, dan benda keras yang menghambat mengalirnya air (jika ada). Hal ini berkaitan dengan pengolahan tanah, tenaga transport, material dan waktu yang diperlukan. Dengan menggunakan alat alat teknis berupa, kamera digital, alat tulis, blangko pengamatan dan cangkul, cetok, meteran. Langkah yang ketiga adalah menentukan kelas kerusakan lahan untuk menentukan model reklamasi yang sesuai, dalamnya penggalian sangat berbanding lurus dengan kerusakan lahan, semakin dalam penggalian, maka lahan tersebut semakin sukar untuk ditanami kembali dan kualitas tanahnya semakin buruk. Dilakukan awal Mei 2006 selama 2 minggu. Dengan menggunakan alat alat teknis berupa, kamera digital, alat tulis, blangko pengamatan dan menggunakan bahan berupa kertas lakmus. Langkah yang keempat adalah aplikasi teori. Model-model reklamasi yang kami tentukan adalah menggunakan sistem karung, model reklamasi sistem pot

PKMM-1-6-3 dan model reklamasi sistem pembelukaran. Alat yang digunakan adalah karung, bibit-bibit tanaman dan bahan yang digunakan berupa pupuk kandang dan NPK. Langkah yang kelima adalah monitoring secara rutin berkala dan evaluasi hasil setiap terjadi perkembangan. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan pemeliharaan. Pemeliharaan yang baik adalah yang teratur sesuai dengan kebutuhan. Dilakukan pada tanggal 21 April 2006 hingga awal Juni, dengan menggunakan alat alat teknis berupa, kamera digital, alat tulis, dan blangko pengamatan. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Model reklamasi sistem karung Tanah bekas galian pembuatan bata yang sudah kehilangan top soil dan hampir tidak mungkin tanaman tumbuh diatasnya, ditutup dengan karung-karung berisi campuran antara top soil dari daerah lain dengan pupuk kandang. Karungkarung tanah tersebut disusun tertata sedemikian rupa hingga menutupi bekas galian tersebut. yang bermanfaat untuk menggantikan fungsi top soil (lapisan tanah atas) sehingga lahan tersebut mampu ditanami kembali. Susunan - susunan karung tersebut dijaga kelembabannya dan masingmasing dilubangi sebagai tempat tumbuh tanaman dengan jarak tertentu. Pada sistem ini membutuhkan waktu serta biaya yang cukup banyak akan tetapi sangat efektif untuk lahan yang kami olah karena tidak terlalu luas, jadi dengan luas yang tidak cukup luas, masih tetap dapat menanam tanaman dengan jumlah yang tak kalah banyaknya dibanding dengan lahan yang luas. Keuntungan penggunaan sistem tersebut : 1. Lahan bisa langsung dimanfaatkan sebagai media tumbuh tanaman. 2. Lahan yang telah menjadi tandus dan kritis tersebut dapat termanfaatkan kembali sebagai media tumbuh tanaman. 3. Kesuburan tanah tetap terjaga oleh mikro organisme yang terdapat pada pupuk kandang. 4. Mampu diterapkan pada lahan bekas galian hingga kedalaman lebih dari 5 meter sekalipun. 5. Dapat dilakukan penanaman secara intensif 6. Efektif untuk lahan miring Kekurangan pada penggunaan metode tersebut : 1. Relatif memerlukan biaya yang mahal untuk pembelian bahan-bahannya. 2. Membutuhkan beberapa tenaga guna pembuatannya 3. Memerlukan waktu yang cukup lama agar tanah yang subur dan kaya akan hara dalam karung tersebut mampu membaur dengan tanah setempat yang kurang subur, karena harus menunggu hingga karung-karung tersebut terurai dengan sendirinya. b. Model reklamasi sistem pot Seperti halnya sistem karung, pada metode ini dipakai campuran top soil dan pupuk kandang untuk membantu tanaman tumbuh guna memulihkan tanah disekitarnya. Dengan bantuan beberapa penduduk, lahan yang akan dimanfaatkan dibersihkan, lalu digali sedalam 60 cm untuk pohon yang tinggi, 30 cm untuk perdu, 20 cm untuk ruput dan ground cover. Lubang-lubang tersebut berukuran lebar 40 cm, panjang 40 cm dengan kedalaman 40 cm untuk semai Jati, Mahoni

PKMM-1-6-4 dan Akasia, sedangkan untuk Mangga digunakan kedalaman 60 cm dengan lebar dan panjangnya 60 cm karena tanaman tersebut sudah besar. Masing masing tanaman berjarak 3 x 1 meter. Sebelumnya setelah pembersihan lahan, tim harus mengukur jarak antar pohon dengan bantuan ajir dan rafia. Dalam pelaksanaannya tim memerlukan waktu dua hari. Kualitas top soil yang buruk dikupas sedalam ukuran-ukuran tersebut diatas dan diganti dengan tanah top soil dari lahan sekitarnya yang masih produktif dicampur dengan pupuk kandang. Kendala yang dihadapi dengan menggunakan pupuk kandang adalah uret, sejenis hama pemakan akar tanaman yang datang karena pengaruh dari bau dan kandungan dari pupuk kandang. Keuntungan dari penggunaan cara tersebut adalah : 1. Tingkat keberhasilan tinggi.. 2. Tidak memerlukan banyak tenaga kerja. 3. Proses pengerjaannya relatif mudah dengan biaya yang diperlukan relatif murah. 4. Rekayasa lahan yang sangat efisien dan cocok diterapkan pada lahan-lahan bekas galian yang sangat miskin hara. Kekurangan dari penggunaan cara tersebut adalah : 1. Memerlukan tambahan atau bahan media tanam lain untuk mengganti dan menutup lubang galian lahan kritis tersebut. 2. Tapak yang ada tidak mendekati keadaan yang sebenarnya. c. Model reklamasi pembelukaran atau pemanfaatan pupuk hijau Pada sistem reklamasi model ini dilakukan dengan cara menggarap tanah bekas galian lalu ditanami dengan menggunakan tanaman pioneer yang mudah dalam perawatannya, contohnya seperti kacang tonggak, karena selain perawatannya mudah dan cepat tumbuh, jenis tanaman ini efektif dalam mengikat Nitrogen yang ada di udara untuk disimpan di dalam tanah, jadi tanah akan lebih cepat untuk merehabilitasi didirinya sendiri. Dalam pemanfaatan metode tersebut yang terpenting adalah bagaimana lahan bisa tertutup oleh vegetasi, mempertahankan kelembaban tanah dan mengembalikan mikro organisme serta unsur-unsur bahan organik sehingga daur hara berjalan lancar dan mengembalikan fungsi kesuburan tanah. Pupuk hijau dapat diartikan sebagai hijauan muda, dan dapat menambah unsur hara pada tanah oleh sisa tanaman yang dikembalikan ke tanah karena tanah sangat memerlukan bahan organik. Pupuk hijau umumnya berupa tanaman Leguminosa dan sering ditanam sebagai tanaman sela atau tanaman rotasi. Tanaman untuk digunakan sebagai pupuk hijau adalah sebagai berikut : a. Cepat tumbuh dan banyak menghasilkan bahan hijauan. b. Sukulen, tidak banyak mengandung kayu. c. Tahan kekeringan. Keuntungan dari penggunaan sistem ini adalah : 1. Tingkat keberhasilan paling tinggi. 2. Proses pengerjaannya relatif mudah dengan biaya yang diperlukan relatif murah. 3. Selain mampu mengembalikan kesuburan tanah sistem tersebut juga mampu meningkatkan produktifitas lahan dengan menghasilkan bahan pangan dan pakan ternak.

PKMM-1-6-5 Kekurangan dari penggunaan cara tersebut adalah : 1 Memerlukan waktu yang sangat lama untuk mengembalikan tanah seperti sediakala karena menunggu daur tanaman awal sebelumnya. Dalam pelaksanaan program ini, kami mengalami beberapa kendala baik itu dari eksternal kelompok maupun internal kelompok. Kendala yang dihadapi oleh internal adalah adanya ketidak sinkronan jadwal kosong pada setiap anggota karena kami dari jurusan dan angkatan yang berbeda - beda, namun kami dapat mengatasinya dengan cukup baik sehingga tidak terlalu menghambat kerja kami. Sedangkan kendala eksternal adalah masalah perizinan tempat, karena pada awalnya kepala desa di sana tidak tertarik dengan program ini dan menawarkan program lain yang tidak sesuai dengan judul yang telah kami buat dan dari masalah dananyapun dapat beberapa kali lipat dari dana yang telah kami terima, kami melakukan proses lobbying sebanyak tiga kali dengan orang yang berbeda dan pendekatan yang berbeda pula dan akhirnya kami memperoleh perizinan, dengan syarat kami harus menanami beberapa petak dengan tanaman cabai. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat pun mulai tertarik dengan program yang kami buat, melalui kepala desa mereka mengajukan permohonan, agar lahan mereka dapat dijangkau oleh kami, bahkan kepala desa turut simpatik dengan kegiatan yang telah kami lakukan. Harapan kami, mereka dapat menyelamatkan ekosistem tanpa harus meninggalkan mata pencaharian mereka satu satunya. KESIMPULAN Model reklamasi sistim pembelukaran adalah sistim yang paling murah, mudah, cepat dan efisien pada lahan kritis bekas galian guna bahan baku bata merah. Diharapkan masyarakat mencontoh model yang ada untuk kemudian diterapkan pada lahan miliknya masing-masing agar lahan dapat produktif kembali. DAFTAR PUSTAKA 1) Bale, Anwar. 1992. Ilmu Tanah Hutan. Universitas Gadjah Mada Press : hlm 48 & 96-97. 2) Cahyono, Agus. 1997. Ilmu Tanah Hutan. Universitas Gadjah Mada Press : hlm 41. 3) Tjitrosoepomo, 1977. Ilmu Tanah Hutan. Universitas Gadjah Mada Press : hlm 11.

PKMM-1-6-6