BAB I PENDAHULUAN. untuk berbuat inherent dalam kehidupan manusia, disisi lain manusia ingin hidup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

KEDUDUKAN PERKARA KONEKSITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. sabang sampai merauke. Dalam kehidupan masyarakat selalu mengalami

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DASAR HUKUM DAN PROSEDUR PINJAM PAKAI BARANG BUKTI PENCURIAN DI POLSEK KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB III PROSES PENGAJUAN DAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP DAN KENDALANYA

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

Kabupaten Mojokerto, bahkan seluruh masyarakat Indoneisa. Karena selama ini, masyarakat Mojokerto selalu memilih calon legislatif yang dikenal, serta

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

POLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN RUU KUHP. Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H.,M.Hum. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional

TINDAK PIDANA PENCULIKAN DAN MODUSNYA (Paper ini untuk melengkapi kriteria penilaian mata kuliah Hukum Pidana)

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN

PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN KEADILAN DAN KEDAMAIAN

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah tersebut dapat berkonotasi dengan bidang-bidang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

PENDAHULUAN. dalam penjelasan UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS II PENGANTAR ILMU HUKUM PENGARUH PUTUSAN PENGADILAN DALAM HUKUM

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan di dunia ini timbul bersama dengan adanya manusia, kehendak untuk berbuat inherent dalam kehidupan manusia, disisi lain manusia ingin hidup secara tentram aman, tertib, damai, dan berkeadilan. Artinya tidak diganggu oleh perbuatan jahat, yang mana upaya-upaya manusia untuk menyedikitkan kejahatan telah dilakukan baik yang bersifat preventif maupun represif Di era globalisasi saat ini, banyak sekali perkembangan serta kemajuan yang dapat kita lihat dan kita rasakan. Perkembangan dan kemajuan tersebut terjadi diberbagai bidang kehidupan manusia. Bidang ekonomi, politik, pendidikan, teknologi, dan bahkan hukum. Kemajuan yang telah kita rasakan saat ini tentunya tidak lepas dari pengaruh sumber daya manusia kita yang telah dapat berinovasi, kreatif serta telah banyak mengalami kemajuan yang dapat memacu semangat kita semua untuk menjadi bangsa yang lebih maju dan dapat disegani oleh Negara lain Perkembangan yang begitu besar tentunya tidak lepas dari dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya dibidang teknologi kita dapat dengan mudah mengakses informasi yang kita inginkan yakni dengan adanya layanan internet, dan berbagai media canggih lainnya yang dapat memudahkan pekerjaan kita. Dibalik dampak positif tentu akan ada dampak negatifnya, diantaranya

2 semakin maraknya kejahatan ekonomi, kejahatan dunia maya, yang serta merta mempengaruhi manusia untuk bergaya hidup instan sebagai akibat dari banyaknya tenaga manusia yang telah diganti dengan tenaga mesin. Dalam bidang hukum tentunya banyak kejahatan-kejahatan baru yang belum mempunyai aturan sehingga harus ada peraturan yang mengaturnya. Dibidang hukum tentunya akan ada juga dampak negatif yang timbul dari kemajuan zaman yang dihadapi. Dampak negatif inilah yang perlu kita kaji, terutama dalam bidang hukum yang akan menjadi kajian penulis. Bagaimana hukum menyikapi kemajuan zaman, karena dengan perkembangan yang ada akan mempengaruhi paradigma berpikir tiap orang dan akan mempengaruhi tingkah lakunya. Pengaruh dari segi perilaku inilah yang akan mengganggu kestabilan bersama, sehingga perlu adanya perhatian lebih dari pihak terkait. Tindak pidana atau kejahatan yang dilakukan seseorang pastinya memiliki banyak alasan tertentu. Menurut para filosof ide tentang kebaikan dan keburukan di dalam perbuatan adalah sesuatu yang berlaku pada manusia karena suara hati etika manusia membentuknya atas dasar hal tersebut, sehingga ia merupakan ide relatif bukan ide sejati. Nilai pemikiran relatif pada dasarnya merupakan nilai praktis, bukan nilai ilmiah. Karena pelaku dengan potensi merasa perlu mencapai tujuan dalam perbuatan-perbuatan yang bersifat kehendak, untuk menjadikan baginya suatu perantara bagi perbuatan. 1 Akan tetapi sebesar apapun alasan itu h 51 1 Murtadla Muthahari, Terjemah Agus Efendi, Keadilan Illahi Asas Pandangan Dunia Islam,

3 tentu tidak dibenarkan adanya suatu tindak pidana atau kejahatan. Oleh karena itu dalam kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diperlukan tatanan yang dapat mengatur dan mengikat, sehingga dalam bertindak dan berbuat kita memiliki batas dan norma-norma serta ketentuan-ketentuan. Hal ini sesuai dengan asas Negara kita yakni Negara hukum. Hukum adalah kumpulan peraturanperaturan yang harus ditaati oleh semua orang di dalam suatu masyarakat. Dengan konsekwensi ancaman harus mengganti kerugian atau mendapat pidana penjara, Jika melanggar atau mengabaikan peraturan-peraturan yang telah ditentukan. 2 Dalam hal kejahatan atau tindak pidana setiap negara telah mengatur dalam kitab undang-undang tertentu. Segala perbuatan atau perilaku yang tergolong dalam tindak pidana, akibat hukumnya serta bilangan hukuman yang harus dibebankan pada setiap orang yang melakukan tindak pidana. Suatu tindak pidana adalah sesuatu perbuatan yang dilarang atau diwajibkan oleh undangundang yang apabila dilakukan atau diabaikan maka yang melakukan atau yang mengabaikan akan diancam dengan pidana. 3 Hal ini tentunya berlaku bagi siapapun yang termasuk warga Negara Indonesia tanpa terkecuali membedakan status, pangkat dan jabatan. Walaupun dalam realitanya pangkat dan jabatan seseorang akan dapat mempengaruhi perilaku Hukum. Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan adalah dimana tempat bagi mereka yang melakukan kejahatan sebagai konsekuensi atas perbuatan yang telah 2 R.Soesilo, Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Dan Delik-Delik Khusus, h 1 3 ibid h 6

4 dilakukan. Dari segi filsafat terdapat dua arti yang mendasar dan mendalam tentang asal usul hukumnya, yakni: sebagai sumber untuk isi hukum dan sebagai sumber untuk kekuatan mengikat dari hukum. 4 Hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak kejahatan biasanya berupa pidana perampasan kemerdekaan dan hukuman denda. Pidana perampasan kemerdekaan adalah perampasan kemerdekaan yang ditujukan kepada seorang oknum untuk sementara waktu atau seumur hidup. Bentuk perampasan kemerdekaan ini dapat berupa pidana penjara ataupun pidana kurungan. Adapun fungsi dari pidana penjara adalah: 5 1. Menjamin pengamanan pemidanaan 2. Memberikan kesempatan kepada narapidana untuk direhabilitasi Tindakan terhadap kejahatan dengan penyitaan terhadap milik atau pembayaran atau pembayaran denda telah terdapat di sebagian besar masyarakat. Tetapi sangat banyak ragamnya dalam menitik beratkan soalnya dalam sistem ini. Keragaman tersebut disesuaikan dengan kerugian yang dialami. Beberapa fungsi dari pidana denda diantaranya adalah: 6 1. Pembayaran denda mudah dilaksanakan dan dapat direvisi apabila ada kesalahan 2. Pidana denda adalah hukuman yang menguntungkan pemerintah karena tidak banyak mengeluarkan biaya. 4 Sudarsono, Pengantar Tata Hukum Indonesia, h 19-20 5 Ninik Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana Dan Pemidanaan, h 40 6 ibid h 42

5 3. Pidana denda mudah dilihat dan mudah diatur. 4. Pidana denda akan menjadi penghasilan bagi negara, daerah dan kota. Kaidah-kaidah dalam pranata hukum memang bersifat memaksa karena untuk kelangsungan hidup masyarakat yang berarti guna perlindungan kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat. Paksaan hanya dipergunakan untuk menjamin ditaatinya peraturan-peraturan yang sangat dibutuhkan. Dalam ilmu hukum dikenal (3) tiga kategori perbuatan melawan hukum, yaitu: 7 1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan. 2. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan atau kelalaian). 3. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian. Dari kriteria tersebut di atas jelas, bahwa suatu perbuatan apapun yang dapat merugikan orang lain dan berakibat membahayakan dan memberi rasa takut bagi orang lain, serta baik dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja adalah termasuk perbuatan melawan Hukum yang dapat dikenai sanksi. Bagi pelaku kejahatan atau tindak pidana di dalam persidangan tidak serta merta menerima putusan yang diberikan oleh hakim dalam sidang, Akan tetapi bagi setiap pelaku tindak pidana diberikan hak untuk mengajukan pembelaan. Bahkan setelah mendapatkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, seseorang yang menjadi narapidana berhak mendapat pengurangan masa pidana 7 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum,h 3

6 yang kita kenal dengan sebutan Remisi yaitu pengurangan masa pidana dengan beberapa alasan dan syarat-syarat tertentu. Hakim di dalam memberikan putusan tentunya tidak luput dari adanya fakta persidangan, penyidikan, dan penyelidikan. Putusan yang diberikan hakim kepada terdakwa tidak serta merta dilakukan atas balas dendam, akan tetapi dalam menjatuhkan putusan seorang hakim bersumber pada bukti-bukti dan KUHP yang telah menentukan hukuman maksimal dan minimal. Hal ini tentunya KUHP dalam penerapannya di Indonesia sudah disesuaikan dengan prinsip keadilan bagi masyarakat Indonesia, Tapi mengapa yang terjadi putusan seorang hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap bisa berubah dan berkurang dengan adanya Remisi bagi narapidana, apalagi besarnya Remisi yang diberi sampai berbulan-bulan dan dengan persyaratan yang mudah Setiap hukum yang berlaku secara positif bertujuan melaksanakan dimensi keadilan dan kemanusiaan, dimana dimensi ini tidak mengenal ras, etnik, dan kebudayaan yang pluralistic. 8 Peraturan yang dibuat dan yang telah ditetapkan adalah bertujuan untuk memberikan rasa aman, tertib dan adil bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali. Rasa aman berarti suatu keadaan pribadi dengan perasaan bebas dari ketakutan akan kemungkinan adanya suatu bahaya atau berbagai hal yang tidak diinginkan. 9 Adapun yang dimaksud dengan tertib adalah suatu keadaan antar pribadi yang serba teratur dengan segala hal terjadi atau berlangsung menurut 8 Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, h 319 9 Purnadi Purbacaraka dan A Ridwan Halim, Filsafat Hukum Pidana Dalam Tanya Jawab, h 5

7 ukuran yang seharusnya. 10 sedangkan yang dimaksud adil menurut hukum adalah suatu nilai yang merupakan titik keserasian antara kepastian hukum dan kesebandingan hukum. 11 Maka dari pada itu disini penulis mencoba menganalisis apakah hal pemberian Remisi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana kiranya hal itu memang harus diberikan mengingat bahwa pemberian Remisi kepada pelaku tindak pidana berat dan ringan tidak dibedakan dalam pemberiannya. Keadilan adalah hal yang paling utama, karena dari keadilan akan muncul rasa aman, tertib dan damai. Prinsip keadilan ini mendapat posisi paling utama pada piagam Madinah yang dinyatakan secara tegas sebagai sistem perundangundangan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam piagam Madinah dinyatakan bahwa orang-orang mukmin harus berlaku adil dalam membayar diyat dan menebus tawanan tidak boleh ada pihak-pihak yang dirugikan. Demikian juga bila orang-orang mukmin mengadakan perjanjian damai harus berdasarkan atas persamaan dan keadilan diantara mereka. Dari ketetapan tersebut dapat ditegaskan bahwa prinsip keadilan menjadi salah satu sistem perundang-undangan negara Madinah. Semua warga negara baik Muslim maupun non Muslim diperlakukan secara adil dengan memperoleh hak perlindungan dan hak persamaan dalam kehidupan sosial dan politik, artinya 10 ibid, h 5 11 ibid, h 7

4 3 4 8 sebagai sesama manusia mendapat hak yang sama untuk mendapatkan keadilan. 12 Maka dari sejarah inilah kita harus banyak belajar bahwa keadilan sudah ada dan sudah diterapkan sejak zaman dahulu. Sebagaimana yang telah tercantum dalam Nash Al-Qur an bahwa kita diperintahkan untuk memutuskan suatu Hukum dengan penuh keadilan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat An-Nisa Ayat 58 dan 105. βr& Ä $ Ζ9$# t t/ ΟçFôϑs3ym #sœî)uρ $yγî= δr& # n<î) ÏM uζ tβf{$# (#ρ Šxσè? βr& öνä.ã ãβù'tƒ!$# βî) #Z ÅÁt/ $Jè Ïÿxœ tβ%x.!$# βî) ÿ ϵÎ/ /ä3ýàïètƒ $ ΚÏèÏΡ!$# βî) ÉΑô yèø9$î/ (#θßϑä3øtrb Artinya: Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat 13 ä3s? Ÿωuρ ª!$# y71u r&!$oÿï3 Ä $ Ζ9$# t t/ zνä3óstgï9 Èd,ysø9$Î/ = tgå3ø9$# y7ø s9î)!$uζø9t Ρr&!$ ΡÎ) $Vϑ ÅÁyz t ÏΖÍ!$y ù=ïj9 Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat. 14 Menjunjung tinggi suatu keadilan bukanlah hal yang mudah, karena adil tidak berarti sama. Justru adil adalah menempatkan sesuatu pada bidangnya dan sesuai dengan kapasitas tanggung jawab yang diemban. Begitu juga pemberian 12 Suyuti Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintah Dalam Piagam Madinah Ditinjau Dari Pandangan Islam, h 222-223 13 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an Dan Terjemahnya. h 128 14 ibid. h 139

9 Remisi bagi narapidana, dalam perspektif penulis pemberian Remisi tersebut justru dirasa tidak adil. Ketidakadilan yang dirasa sangat besar dirasakan bagi pihak korban. Karena Remisi atau pengurangan yang diberikan kepada pelaku tindak pidana dirasa tidak dapat mengurangi rasa jera bagi seorang pelaku kejahatan, sehingga di masyarakat menimbulkan rasa takut dan tidak aman, apalagi bagi korban dan keluarganya akan takut terulangnya kembali suatu tindak kejahatan tersebut. Apalagi Remisi atau pengurangan hukuman yang diberikan berkisar 1 minggu bahkan 6 bulan terhitung tiap-tiap tahun seorang narapidana menjalani hukumannya hal ini dirasa sangat besar. Dan juga hal ini dirasa tidak adil bagi masyarakat, karena setiap pelaku pidana mudah dan dengan cepat dapat keluar dari penjara. Pemberian Remisi tersebut dijadikan dalih sebagai pelaksanaan hak asasi manusia. Pengurangan hukuman berdasarkan tanggal hari besar kenegaraan dan hari besar keagamaan dianggap wajar, karena pengurangan tersebut hanya berkisar satu hari pada hari besar yang telah ditentukan Negara. Akan tetapi Remisi atau pengurangan hukuman selama satu minggu hingga beberapa bulan dirasa tidak wajar dan justru hal inilah yang akan penulis kaji apakah hal ini telah sesuai dengan prinsip keadilan, kemaslahatan dan hukum itu sendiri. Islam juga menjunjung tinggi hak asasi manusia. Islam dengan sistem hukumnya menjaga serta melindungi kehormatan manusia sehingga tercipta keseimbangan dan kemaslahatan manusia, disini Islam menjunjung tinggi

10 keadilan dan HAM. 15 Dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu kehidupan yang aman, tertib dan damai dalam masyarakat. B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud Remisi menurut KEPRES No.174 Tahun 1999 tentang Remisi? 2. Bagaimana syarat-syarat dan tata cara mendapatkan Remisi bagi pelaku tindak pidana menurut perundangan di Indonesia? 3. Bagaimana tinjauan filsafat hukum Islam terhadap pelaksanaan Remisi dilihat dari prinsip hukum dan prinsip keadilan? C. Kajian Pustaka Penelitian yang ditulis oleh penulis ini adalah tentang bagaimana tinjauan filsafat hukum Islam terhadap pemberian Remisi oleh pelaku tindak pidana (Narapidana atau Anak Pidana), yakni seseorang yang telah melakukan kejahatan yang berakibat dengan didapatnya hukuman pidana dan telah diputuskan bersalah oleh pengadilan serta telah mendapatkan putusan hukuman tetap. Kajian tentang Remisi sudah ada yang pernah membahasnya yakni tentang Kepres No.5 tahun 1987 tentang Remisi, yang sekarang banyak mengalami banyak perubahan sehingga diubah menjadi Kepres No.174 tahun 1999, dan hanya diteliti oleh satu orang saja tepatnya tahun 1989 oleh Shaichul 15 Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, h 324

11 Ghulam Jurusan Muamalah Jinayah yang membahas tentang tinjauan hukum Islam tentang Remisi. Skripsi yang telah dikaji oleh saudara Shaichul Ghulam hanya sebatas tentang pengertian Remisi itu sendiri, dan lembaga pemasyarakatan dalam hukum Islam dan tidak sedikitpun menyentuh dampak yang ditimbulkan dari adanya Remisi tersebut, serta tidak menjelaskan bagaimana suatu Remisi tersebut jika ditinjau dari prinsip keadilan. Yang telah dikaji oleh saudara Shaichul Ghulam adalah bagaimana cara mendapatkan Remisi serta syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan Remisi. Sedangkan yang akan diteliti oleh penulis ini akan sangat berbeda, Yakni lebih menekankan pada kajian filsafat hukum Islam yang akan membahas tata cara serta syarat-syarat pemberian Remisi bagi narapidana yang harus dipenuhi untuk mendapatkan Remisi dan akan dikaji dalam filsafat hukum Islam apakah pemberian Remisi bagi narapidana telah sesuai dari sudut pandang prinsip hukum dan prinsip keadilan. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Remisi yang dimaksud Kepres No.174 tahun 1999 2. Untuk mengetahui syarat-syarat serta tata cara yang harus dipenuhi oleh seorang narapidana dan anak pidana agar bisa mendapatkan Remisi. 3. Untuk mengetahui bagaimana analisis filsafat hukum Islam terhadap pemberian Remisi bagi narapidana ditinjau dari prinsip hukum, keadilan dan kemanusiaan.

12 E. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Sebagai bahan kajian bagi penelitian-penelitian lainnya yang berhubungan dengan tema skripsi ini. 2. Dari skripsi ini diharapkan dapat menambah ragam khazanah ilmu dalam bidang hukum, khususnya yang berhubungan dengan pemberian Remisi. 3. Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang prinsip keadilan menurut filsafat hukum Islam. F. Definisi Operasional Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan: Kepres No. 174 Tahun 1999 Remisi : Keputusan Presiden tentang Remisi : Pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana yang telah berkelakuan baik selama menjalani pidana 16 Filsafat Hukum Islam : Pengetahuan tentang hakikat hukum Islam, yakni pengkajian mendalam tentang asal muasal hukum Islam, proses pencaharian rahasia-rahasia dan Illat hukum serta tujuan 16 Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI Nomor M.09.HN.02.01 Tahun 1999,pasal 1

13 diberlakukannya hukum Islam sebagai prinsip dan dasar-dasar pijakan untuk berperilaku 17 Pelaku Tindak Pidana : Narapidana dan atau Anak pidana yang telah diputus bersalah oleh pengadilan dan mempunyai keputusan hukum tetap G. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pustaka sebagai bahan dasar penulisannya dan menggunakan literatur untuk melakukan analisis, Dalam metode penelitian ini akan dikemukakan tentang: 1. Sumber Data a. Data Primer 1) Kepres No.174 Tahun 1999 Tentang Remisi 2) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI Nomor M.09.HN.02.01 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Kepres No.174 tahun 1999 3) Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2007 17 Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, h 56

14 b. Data Skunder Sumber data skunder adalah Al-Qur an dan Hadits serta bukubuku yang erat kaitannya dengan judul skripsi ini dan buku-buku sebagai penunjang data 1) Undang-Undang RI No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan 2) Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2006 Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan. 3) Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI No.M.10.HN.02.01 Tahun 1999 tentang pelimpahan wewenang pemberian Remisi khusus 4) Surat Edaran Dirjen Pemasyarakatan No.E.UM.01.10-130 Tahun 2001 Tentang Penjelasan Remisi khusus yang tertunda, bersyarat, serta tambahan 2. Tehnik Pengumpulan Data Dari sumber data yang penulis gunakan di atas bahwa penelitian dalam studi ini merupakan penelitian kepustakaan, dan adapun tehnik pengumpulan datanya yaitu dengan cara menelaah dan menganalisis serta mempelajari sumber-sumber data di atas. 3. Tehnik Analisis Data Tehnik analisa data yang digunakan adalah Deskriptif Verifikatif yaitu Memaparkan keseluruhan data yang didapatkan dan disebutkan di atas secara

15 jelas dan terperinci dan memberikan penilaian terhadap hasil dari data yang dianalisis, Sehingga penulis dapat menuliskan penjelasan-penjelasan yang dihasilkan dari penelitian ini, untuk menjawab permasalahan-permasalahan dari penelitian ini H. Sistematika Pembahasan Untuk mengarah pada pembahasan skripsi ini dipaparkan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan yang memuat pembahasan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode penelitian, dan Sistematika Pembahasan. BAB II : Hukuman Dalam Islam, Prinsip Keadilan dalam Filsafat Hukum Islam yang memuat tentang Prinsip Kemanusiaan serta Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam BAB III : Remisi dalam Kepres No.174 tahun 1999 yang terdiri atas Pengertian, Syarat-syarat, Tata cara, Dasar hukum. BAB IV : Analisis terhadap pemberian Remisi dalam Kepres No.174 tahun 1999 berdasarkan Prinsip keadilan dan kemaslahatan dalam filsafat hukum Islam. BAB V : Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran