JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

dokumen-dokumen yang mirip
KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

JOURNAL OF MARINE RESEARCH Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di: /ejournal-s1.undip.ac.id/index.

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

KAJIAN PERUBAHAN LUAS LAHAN MANGROVE DI DESA BEDONO KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK MENGGUNAKAN CITRA SATELIT IKONOS TAHUN 2004 DAN 2009

Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

STUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS


BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

PERUBAHAN LUAS DAN KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

EVALUASI KEKRITISAN LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PENENTUAN KERAPATAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI KABUPATEN LANGKAT DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 5 TM DAN 7 ETM. Rita Juliani Rahmatsyah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN DAN ANALISIS INDEX VEGETASI MANGROVE DI PULAU SAPARUA, MALUKU TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

Interpretasi Citra Satelit Landsat 8 Untuk Identifikasi Kerusakan Hutan Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ANWAR SADAT SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Oleh : Eka Anggita Yuliati

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE ALAMI DI AREAL TAMAN NASIONAL SEMBILANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lalu Wima Pratama dan Andik Isdianto (2017) J. Floratek 12 (1): 57-61

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

13 Volume 3. No. 2. Tahun 2009 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

Analisis Vegetasi Mangrove di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan sekitar 5,30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004).

III. METODOLOGI PENELITIAN

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Faktor-faktor Penentu Konversi Hutan Mangrove di Kabupaten Pasuruan Berdasarkan Perkembangan Struktur Ruang. Nuniek Sri Widyanti

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FUNGSI FISIK MANGROVE SEBAGAI PENAHAN ABRASI DI PESISIR KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

DISTRIBUSI SPASIAL DAN LUAS KERUSAKAN HUTAN MANGROVEDI WILAYAH PESISIR KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA PROVINSI GORONTALO

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Mangrove 1, Biommassa 2, Karbon 3, Alos_Avnir_2. 1. Pendahuluan

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN MANGROVE DI PANTAI TIMUR OGAN KOMERING ILIR (OKI) PROVINSI SUMATERA SELATAN MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT TM.

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

1. Pengantar A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

I. PENDAHULUAN. lainnya. Keunikan tersebut terlihat dari keanekaragaman flora yaitu: (Avicennia,

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR. Lili Kasmini 11 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. pantai km serta pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Transkripsi:

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 301-308 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN PERUBAHAN LUAS VEGETASI MANGROVE MENGGUNAKAN METODE NDVI CITRA LANDSAT 7 ETM+ DAN LANDSAT 8 ETM+ TAHUN 1999, 2003 DAN 2015 DI PESISIR DESA TAPAK KEC. TUGU, KOTA SEMARANG Aditya Fajar Perdana *), Petrus Subardjo *), Agus Anugroho DS *) *)Program Studi Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Abstrak Wilayah peisisir Desa Tapak memiliki vegetasi mangrove terluas di Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung perubahan luas vegetasi mangrove dan memetakan kerapatan mangrove secara multitemporal pada perekaman tahun 1999, 2003, dan 2015 di pesisir Desa Tapak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Kelas kerapatan mangrove diperoleh dari NDVI. Penentuan 3 stasiun yang mewakili kelas kerapatan mangrove secara purposive sampling. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa luas vegetasi mangrove pada tahun 1999 adalah 20,37 ha, pada tahun 2003 seluas 19,12 ha, dan pada tahun 2015 seluas 19,27 ha. Kata Kunci: Mangrove, Multitemporal, NDVI Abstract The coastal area of Tapak Village has the largest mangrove vegetation in the city of Semarang. This study aimed to quantify extensive changes mangrove vegetation and mangrove multitemporal mapping the density of the recording in 1999, 2003 and 2015 in the coastal village of Tapak. The method used in this research is descriptive method. Class mangrove density obtained from NDVI. Determination of 3 stations representing class mangrove purposive sampling density. Results from the study showed that the vast mangrove vegetation in 1999 is 20.37 ha in 2003, covering an area of 19.12 ha, and in 2015 an area of 19.27 ha. Keyword : Mangrove, Multitemporal, NDVI

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 302 PENDAHULUAN Mangrove didefinisikan sebagai tumbuhan berkayu maupun semak belukar yang menempati habitat antara darat dan laut yang secara periodik tergenangi air pasang (Hogarth, 1999). Mangrove merupakan ekosistem penting di daerah pesisir dan pantai karena memiliki produktifitas yang tinggi melampaui hutan hujan tropis yang dapat memberikan berbagai jasa lingkungan seperti, pelindung pantai dari angin kencang, tsunami, mencegah abrasi, pemerangkap dan pengendap sedimen, memperluas pantai; mencegah intrusi air laut ke daratan, pendaur ulang nutrien yang efektif, sehingga membuat perairan menjadi subur hingga puluhan mil dari pantai, dan sebagainya, serta produk (kayu, madu, obatobatan, produk perikanan dan lainnya) yang sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya (Rasyid, 1986). Luas area mangrove di wilayah pesisir Kota Semarang sebesar 84,47 ha dengan luas terbesar terdapat di wilayah Kecamatan Tugu yang memiliki luas area mangrove sebesar 52,4 ha. Keadaan ini cenderung mengalami penurunan luas area mangrove akibat terjadinya alih fungsi lahan untuk perindustrian serta terjadinya abrasi pantai karena kenaikan muka air laut (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang, 2010). Seiring dengan perkembangan teknologi remote sensing yang pesat, keberadaan ekosistem ini dapat dideteksi dan dipetakan dengan mudah. Penginderaan jauh vegetasi bakau menggunakan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) didasarkan atas dua sifat penting yaitu bahwa mangrove memiliki klorofil dan tumbuh di daerah pesisir. Dua hal ini menjadi pertimbangan penting di dalam mendeteksi bakau melaui satelit karena klorofil memberikan sifat optik dan lokasinya di daerah pesisir mempermudah untuk membedakannya dengan daratan maupun peraian. Sifat optik klorofil menyerap spektrum sinar merah dan memantulkan dengan kuat pada spektrum infra merah (Green et al., 2000). MATERI DAN METODE Prosedur penelitian ini dibagi dalam 6 tahap yaitu : tahap pra lapangan,pengolahan citra satelit, survei lapangan, analisa data lapangan, analisa data citra, dan uji ketelitian. Lokasi penelitian berada di pesisir Desa Tapak Kec. Tugu, Kota Semarang, lokasi titik sampling mewakili kelas kerapatan mangrove yang berada dalam 3 stasiun penelitian.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 303 Gambar 1. Peta Lokasi Titik Sampling Berdasarkan Analisis NDVI Penentuan lokasi titik sampling menggunakan metode Purposive Sampling, yaitu pengambilan data berdasarkan pertimbangan tertentu (Hadi, 1979). Metode ini digunakan berdasarkan pertimbangan dari penentuan citra, kemudian dilakukan klasifikasi awal yang menggambarkan tingkat kerapatan vegetasi mangrove yang diperoleh dari nilai NDVI, dimana mangrove kerapatan Lebat diwakili oleh warna hijau, mangrove kerapatan Sedang diwakili oleh warna kuning, dan mangrove kerapatan Jarang diwakili oleh warna merah. Pada sampling telah ditentukan, dilakukan pengambilan data vegetasi mangrove (spesies, diameter, jumlah batang) menggunakan transek kuadrat, mengambil data suhu, salinitas, dan nilai ph. Hasil yang diperoleh dari data lapangan selanjutnya dikorelasikan dengan analisa data citra dan dibuktikan keakuratannya dengan melakukan uji ketelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Luas vegetasi mangrove berdasarkan analisa NDVI menunjukkan perbedaan yang terjadi pada tahun 1999, 2003, dan 2015 di pesisir Desa Tapak. Untuk total luas vegetasi mangrove di pesisir Desa Tapak yang terjadi pada tahun 1999 adalah seluas 20,37 ha, yang terdiri dari mangrove kerapatan jarang (6,34 ha), mangrove kerapatan sedang (2,59 ha), dan mangrove kerapatan lebat (11,42 ha).pada tahun 2003, total luas vegatasi mangrove sebesar 19,12 ha, dengan rincian mangrove kerapatan jarang seluas 19,24 ha, mangrove kerapatan sedang seluas 2,05 ha, dan mangrove kerapatan lebat seluas 4,13 ha. Kemudian pada tahun 2015, terdapat mangrove kerapatan jarang seluas 6,27 ha, mangrove kerapatan sedang seluas 1,22 ha, dan mangrove kerapatan lebat seluas 11,78 ha.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 304 Tabel 1. Luas Area Mangrove dan Perubahan Luas Mangrove Berdasarkan Tingkat Kerapatan di Pesisir Desa Tapak Kecamatan Tugu, Kota Semarang Tahun 1999 2015 Kisaran Nilai NDVI Tingkat Kerapat an Luas (Ha) 1999 2003 2015 1999-2003 Perubahan (Ha) 2003-2015 1999-2015 0,10 0,15 0,16 0,20 > 0,20 Jarang Sedang Lebat Jumlah 6,34 2,59 11,42 20,37 12,9 4 2,05 4,13 19,1 2 6,27 1,22 11,7 8 19,2 7 +6,6-0,54-7,29-6,67-0,83 +7,58-0,07-1,37 +0,36 Hasil dari luas vegetasi mangrove yang terjadi pada tahun 1999, 2003, dan 2015 kemudian dilakukan tahap overlay untuk melihat perubahan kerepatan vegetasi mangrove yang terjadi antara tahun 1999 2003, tahun 2003 2015, dan tahun 1999 2015. Gambar 2. Peta Perubahan Persebaran Mangrove di Pesisir Desa Tapak Kecamatan Tugu Kota Semarang Rentang Waktu Tahun 1999 2003 Perubahan tutupan lahan mangrove di pesisir Desa Tapak Kecamatan Tugu, Kota Semarang pada tahun 1999-2003 (Gambar 2.) menunjukkan terdapat beberapa kategori mangrove yang hilang, seperti mangrove kerapatan jarang hilang seluas 4,508 ha, mangrove kerapatan sedang hilang seluas 0,878 ha, dan mangrove kerapatan lebat hilang seluas 3,076. Kemudian ditemukan juga kerapatan mangrove yang tetap tanpa ada perubahan dari tahun sebelumnya,

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 305 seperti mangrove kerapatan jarang tetap seluas 0,907 ha, mangrove kerapatan sedang tetap seluas 0,179 ha, mangrove kerapatan lebat tetap seluas 3,104 ha. Adapula kegiatan rehabilitasi maupun hasil dari regenerasi alami mangrove yang memunculkan mangrove baru, seperti yang dihasilkan mangrove kerapatan jarang mulai muncul sebesar 6,365 ha, mangrove kerapatan sedang mulai muncul sebesar 0,32 ha, mangrove kerapatan lebat mulai muncul sebesar 1,162 ha, dalam rentang tahun 1999-2003 ini tidak ditemukan kategori kerapatan mangrove yang mengalami kenaikan tingkat kerapatan. Sementara itu, diketahui bahwasanya telah tejadi penyusutan luas kerapatan mangrove seperti mangrove kerapatan lebat menjadi jarang sebesar 4,234 ha, mangrove kerapatan lebat menjadi sedang sebesar 0,811 ha, dan mangrove kerapatan sedang menjadi jarang sebesar 1,243 ha. Gambar 3. Peta Perubahan Persebaran Mangrove di Pesisir Desa Tapak Kecamatan Tugu Kota Semarang Rentang Waktu Tahun 2003 2015 Terdapat beberapa kategori perubahan tutupan vegetasi mangrove yang terjadi dalam rentang waktu tahun 2003 2015 (Gambar 3.) dibandingkan dengan rentang waktu tahun 1999-2003, yaitu ditemukan beberapa kategori kerapatan mangrove yang muncul, seperti mangrove kerapatan jarang muncul seluas 4,595 ha, mangrove kerapatan sedang muncul seluas 0,848 ha, dan mangrove kerapatan lebat muncul seluas 6,624 ha, hal ini dapat terjadi akibat regenerasi alami dari mangrove maupun adanya kegiatan penanaman oleh manusia. Selanjutnya terdapat beberapa kategori kerapatan mangrove yang tidak mengalami perubahan pada rentang waktu antara tahun 2003-2015 diantaranya mangrove kerapatan jarang tetap seluas 1,190 ha dan mangrove kerapatan lebat tetap seluas 0,991 ha. Kategori perubahan mangrove yang mengalami penurunan tingkat kerapatan yaitu mangrove kerapatan lebat menjadi mangrove kerapatan jarang sebesar 0,167 ha, mangrove kerapatan lebat menjadi kerapatan sedang sebesar 0,186 ha, dan mangrove kerapatan sedang menjadi kerapatan jarang sebesar 0,323 ha. Selanjutnya terdapat kategori kerapatan mangrove yang menjadi hilang dengan

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 306 nilai yang cukup besar dibandingkan dengan tahun 1999 2003, yakni mangrove kerapatan lebat hilang sebesar 3,044 ha, mangrove kerapatan sedang manjadi hilang sebesar 0,606 ha, dan mangrove kerapatan jarang menjadi hilang sebesar 7,727 ha. Perubahan tutupan vegetasi mangrove yang terjadi antara tahun 1999 2015 berdasarkan jika dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada rentang tahun 2003 2015 dan rentang tahun 1999-2015 maka terlihat telah terjadi penambahan nilai vegatasi mangrove, diantaranya untuk kerapatan mangrove jarang mulai muncul sebesar 4,932 ha, mangrove kerapatan sedang mulai muncul sebesar 0,739 ha, dan perubahan yang paling mendominasi adalah mangrove kerapatan lebat mulai muncul sebesar 9,264 ha. Dilanjutkan dengan mangrove kerapatan jarang menjadi kerapatan lebat sebesar 0,479 ha, dan mangrove kerapatan sedang menjadi mangrove kerapatan lebat. Keadaan yang tetap tanpa mengalami perubahan terhadap nilai kerapatan mangrove seperti luasan kerapatan mangrove lebat yang tetap sebesar 1,273 ha, mangrove kerapatan sedang yang tetap sebesar 0,206 ha, dan mangrove kerapatan jarang yang tetap adalah sebesar 0,082 ha. Adapula perubahan keratapan vegetasi mangrove menjadi menurun seperti kerapatan mangrove lebat menjadi kerapatan jarang sebesar 0,528 ha, kerapatan mangrove lebat menjadi kerapatan mangrove sedang sebesar 0,290 ha, dan kerapatan mangrove sedang menjadi kerapatan mangrove jarang sebesar 0,180 ha. Selain itu ditemukan juga luas kerapatan vegetasi mangrove yang menjadi hilang yaitu kerapatan mangrove jarang hilang seluas 5,811 ha, kerapatan mangrove sedang hilang seluas 1,580 ha, dan untuk kerapatan mangrove lebat hilang sebesar 8,750 ha. Untuk peta overlay tahun 1999-2015 disajikan pada Gambar 4. Gambar 3. Peta Perubahan Persebaran Mangrove di Pesisir Desa Tapak Kecamatan Tugu Kota Semarang Rentang Waktu Tahun 2003 2015

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 307 Pada lokasi penelitian ditemukan 6 spesies mangrove yaitu Rhizopora apiculata, Rhizopora stylosa, Rhizopora mucronata, Avicennia alba, Avicennia marina, dan Bruguiera cylindrica. Hasil uji ketelitian secara keseluruhan dari penelitian ini menghasilkan nilai 88,88%.Nilai uji ketelitian tidak selalu bernilai 100%, hal ini dikarenakan adanya perbedaan waktu perekaman citra dengan penelitian yang dilakukan di lapangan. Akan tetapi jika berpedoman pada Sutanto (1986) yang menyatakan bahwa hasil nilai uji ketelitian antara 85-100 % merupakan hasil penelitian yang layak uji, maka hasil dari penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian yang layak uji. Kategori Lapangan Kategori Hasil Interpretasi 1 2 3 Total Omisi (%) Komisi (%) Ketelitian Pemetaan 1 9 0 0 9 1/10 = 0,1 0/9 = 0 9: (9+1+0) = 90% 2 1 7 1 9 1/8 = 0,125 2/9 = 0,222 7: (7+1+2) = 70% 3 0 1 8 9 1/9 = 0,111 1/9 = 0,111 8: (8+1+1) = 80% Total 10 8 9 27 Keterangan : 1 = Mangrove Kerapatan Lebat 2 = Mangrove Kerapatan Sedang 3 = Mangrove Kerapatan Jarang Omisi = Titik sampling salah pada baris Komisi = Titik sampling salah pada kolom Ketelitian Keseluruhan Hasil Interpretasi = 9 + 7 + 8 = 88,88% 27 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa : 1. Vegetasi mangrove telah mengalami perubahan luas pada rentang waktu 1999-2003 yaitu pada tahun 1999 seluas 20,37 ha menjadi 19,12 ha pada tahun 2003. Dengan terdapat penambahan luas mangrove kerapatan jarang sebesar 6,6 ha, berkurangnya luas mangrove kerapatan sedang sebesar 0,54 ha, dan berkurangnya luas mangrove kerapatan lebat sebesar 7,29 ha. 2. Pada rentang waktu antara tahun 2003-2015, terjadi perubahan luas vegetasi mangrove yang semula pada tahun 2003 seluas 19,12 ha menjadi 19,27 ha di tahun 2015. Dengan perincian berkurangnya luas mangrove kerapatan jarang sebesar 6,67 ha, berkurangnya luas mangrove kerapatan sedang sebesar 0,83 ha, dan terdapat penambahan luas mangrove kerapatan lebat sebesar 7,58 ha. 3. Luas vegetasi mangrove tahun 1999 dibandingkan dengan luas vegetasi mangrove tahun 2015 mengalami pengurangan dari 20,37 ha pada tahun 1999 menjadi 19,27 ha pada tahun 2015. Luas lahan mangrove yang berkurang yaitu mangrove kerapatan jarang pada tahun 1999 (6,34 ha) dan tahun 2015 (6,27 ha). Mangrove kerapatan sedang dari 2,59 ha menjadi 1,22 ha di tahun

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 308 2015. Kemudian untuk mangrove kerapatan lebat mengalami pertambahan luas sebesar 0,36 ha. 4. Komposisi vegetasi mangrove di kawasan pesisir Desa Tapak Kecamatan Tugu, Kota Semarang memiliki 6 jumlah spesies yaitu Rhizopora apiculata, Rhizopora stylosa, Rhizopora mucronata, Avicennia alba, Avicennia marina, dan Bruguiera cylindrica. Mangrove yang paling mendominasi adalah spesies Rhizopora mucronata, sedangkan mangrove yang paling sedikit ditemukan adalah spesies Avicennia alba. DAFTAR PUSTAKA Dinas Kelautan dan Perikanan. 2010. Pemetaan Potensi, Kerusakan dan Model Rehabilitasi Kawasan Pesisir Kota Semarang. Semarang. Green, E.P., P.J. Mumby, A.J. Edwards, dan C.D. Clark. 2000. Remote Sensing Handbook for Tropical Coastal Management. Coastal Management Sourcebook 3, UNESCO. Paris. Hadi. 1979. Metode Research Penulisan Paper, Skripsi, Tesis dan Desertasi. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hogarth, P. J. 1999. The Biology of Mangroves. Oxford University Press, New York, 228 p. Rasyid, Al. 1986. Pelepasan Unsur Karbon Organik dan Unsur Hara mineral lainnya selama pelapukan seresah daun ditegakan Areal hutan mangrove Sepagat Sepada Kalimantan Barat. Puslitbang Departemen Kehutanan, Bogor.