BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. makmur maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional karena melalui pembangunan dapat dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Indonesia saat ini telah memporak porandakan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH KHASANAH, SIDOHARJO WONOGIRI

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERPUTARAN KREDIT DAN MODAL KERJA DENGAN RENTABILITAS PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM KPRI SMPN 7 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan koperasi di Indonesia dalam Perekonomian Nasional berperan

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

LEMBAGA KEUANGAN JASA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan lembaga perkreditan desa (LPD).

PERAN KOPERASI UNIT DESA DALAM MEMBERIKAN KREDIT DI KALANGAN MASYARAKAT KLATEN (Studi Di KUD JUJUR Karangnongko)

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, maka akan diikuti

BAB II LANDASAN TEORI

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) KC SOLO KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat menuntut koperasi / perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mengelola kekuatan potensi ekonomi menjadi kekuatan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS SEBAGAI ALAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN (Studi Kasus KPRI SMP N 7 Skh )

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar kepada pihak swasta untuk terbentuknya koperasi-koperasi baru.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menunjang keberhasilan

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. cocok untuk perekonomian Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. negara kita. Latar belakang pendirian koperasi tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. oleh perbankan dari masyarakat berupa Giro, Tabungan dan Deposito. Dana yang. kredit, surat berharga lainnya dan aktiva tetap.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1824 dengan nama Nederlandsche

BAB I PENDAHULUAN. mengalami banyak kendala dalam mempertahankan kelangsungan usahanya yang. disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia mau tidak mau harus

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha yang beranggotakan oleh seseorang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI MAHASISWA UMS DI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim. pengembangan dan pemberdayaan Koperasi yang memiliki peran strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran masyarakat yang diutamakan bukan kemakmuran orangperorang. dan perusahaan yang sesuai dengan itu ialah perusahaan,

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan. Ketiga sektor kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk mencapai kedudukan ekonomi yang kuat dan mencapai masyarakat yang adil dan makmur maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan dan bekerjasama dengan baik dan teratur. Lebih lanjut dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dijelaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebeesar-besar kemakmuran rakyat. Kemakmuran rakyatlah yang diutamakan bukan kemakmuran perseorangan, Oleh karena itu perekonomian disusun atas asas kekeluargaan, badan usaha yang sesuai adalah koperasi. Badan usaha koperasi merupakan wadah kesatuan tindakan ekonomi dalam rangka mempertinggi efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan ekonomi individu anggotanya. Menurut UU No. 25 tahun 1992 Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum sekaligus sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan. 1

2 Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang berbadan hukum; dengan keanggotaan yang terbuka dan sukarela. Menjalankan usaha bersama berdasarkan UU, mempunyai ciri khas dalam keanggotaan. Anggota koperasi jumlahnya relatif besar dan mempunyai kebebasan dalam keluar masuk. Sebagai badan usaha koperasi juga berarti merupakan kombinasi dari manusia, aset-aset fisik dan non fisik, informasi, dan teknologi. Dewasa ini Koperasi terus mengembangkan sayap dibidang usahanya untuk mengikuti perkembangkan kebutuhan manusia yang tak terbatas. Salah satu bidang usaha koperasi yang dirasakan kian hari semakin dibutuhkan masyarakat adalah masalah simpan pinjam. Koperasi memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian, karena Koperasi dinilai mampu memberikan berbagai kelebihan kepada para anggota atau masyarakat yang memanfaatkan keberadaannya, Koperasi sebagai wadah perekonomian rakyat mempunyai peran seperti yang tertuang dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 sebagai berikut: 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan ekonomi dan sosialnya. 2. Berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

3 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. 1 Sebagaimana diketahui koperasi memiliki ciri khas yang berbeda dengan badan usaha lain, yaitu dimilikinya identitas ganda (dual identity), dimana para anggota koperasi disamping sebagai pemilik (owner) juga sebagai pelanggan (user) dari produk atau jasa yang dihasilkan koperasi. Selain partisipasi anggota, koperasi dapat tumbuh dan berkembang melalui manajemen aktiva yang baik, pinjaman dari kreditur, pengelolaan dana yang baik dan pengalokasian dana yang tepat. Dalam kehidupan ekonomi seperti itu Koperasi memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Tetapi dalam perkembangan ekonomi yang berjalan demikian cepat, pertumbuhan Koperasi selama ini belum sepenuhnya menampakan wujud dan perannya sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar 1945. 2 Demikian pula peraturan perundang-undangan yang ada masih belum sepenuhnya menampung hal yang diperlukan untuk menunjang terlaksananya Koperasi baik sebagai badan usaha maupun gerakan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan dengan perkembangan lingkungan yang dinamis perlu adanya landasan hukum baru yang mampu mendorong Koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang 1 Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian 2 Undang-Undang Dasar 1945

4 menjadi lebih kuat dan mandiri. Pembangunan Koperasi perlu diarahkan sehingga semakin berperan dalam perekonomian Indonesia. Koperasi sebagai organisasi ekonomi adalah organisasi yang mengandalkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dananya pada koperasi semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali pada waktunya dan disertai dengan imbalan. 3 Maka dengan demikian guna tetap mengekalkan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi, pemerintah harus berusaha melindungi masyarakat dari tindakantindakan lembaga ataupun oknomnya yang tidak bertanggung jawab dan merusak sendi-sendi kepercayaan masyarakat, karena bila terjadi suatu kelenturan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi maka hal ini merupakan suatu bencana perekonomian Negara yang sangat sulit untuk dipulihkan kembali, sehingga dalam hal ini masyarakat sangat membutuhkan adanya suatu perlindungan hukum yang dapat menjamin dan melindungi uang anggota yang ada pada koperasi. 4 Demikian juga pemerintah memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada Koperasi. Koperasi sebagai salah satu pelaku ekonomi yang dalam menjalankan usaha pemberian kredit, dimana koperasi menghimpun dana dari para anggota, calon anggota dan anggota koperasi lain untuk disalurkan kembali oleh koperasi melalui pemberian kredit kepada para anggota, calon 3 Dra. Ninik Widiyanti & Y.W Sunindhia, S.H., Koperasi dan Perekonomian Indonesia, 2003, PT Rineka Cipta & PT Bina Adiaksara, Jakarta, 4 Djazh, Dahlan Pengetahuan Perkoprasian (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1977

5 anggota dan anggota koperasi lain, sehingga pemberian kredit tersebut bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5 Selanjutnya pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 44 ayat (2) menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya dapat diusahakan oleh Koperasi yaitu kegiatan usaha simpan pinjam. 6 Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh Koperasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995. Yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini dengan: 1. Kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya 2. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatannya hanya simpan pinjam.. 3. Unit Simpan Pinjam adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam, sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang bersangkutan. 4. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dalam bentuk tabungan, dan simpanan koperasi berjangka 5 Widiyanti & Sunindhia. 1992. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 44 ayat (2)

6 5. Simpanan Berjangka adalah simpanan di koperasi yang penyetorannya dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan koperasi yang bersangkut 6. Tabungan Koperasi adalah simpanan di koperasi yang penyetorannya dilakukan berangsur-angsur dan penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati antara penabung dengan koperasi yang bersangkutan dengan menggunakan Buku Tabungan Koperasi 7. Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan. 7 Selain itu Pemerintah juga dapat menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu yang telah berhasil diusahakan oleh Koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan kepentingan ekonomi nasional dan perwujudan pemerataan kesempatan berusaha. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pada pasal 42 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa pemerintah juga memberikan kesempatan bagi Koperasi untuk memperkuat permodalan melalui pengerahan modal penyertaan. 8 7 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh Koperasi 8 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pada pasal 42 ayat (1) dan (2)

7 Dengan kemungkinan ini, Koperasi dapat lebih menghimpun dana untuk pengembangan usahanya. Rentabilitas adalah menunjukkan kemampuan suatu badan usaha menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam Koperasi. Bagi koperasi rentabilitas adalah penting sebagai ukuran koperasi itu telah dapat bekerja dengan efisisen atau tidak. Efisien baru diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal koperasi. 9 Dengan kata lain, menghitung rentabilitasnya. Koperasi Simpan Pinjam memerlukan pengelolaan yang baik tentang modal kerjanya yang meliputi kas dan piutangnya serta perlu mengetahui rentabilitasnya. Agar koperasi dapat mencapai rentabilitas seperti yang dikehendaki, maka sebaiknya pihak koperasi dapat mengelola harta (Asset) yang dimiliki dengan baik diantaranya adalah likuiditasnya, melalui rasio likuiditas dan rasio aktivitas. Pemberian kredit merupakan salah satu bidang usaha produk koperasi yang merupakan sumber pendapatan utama, karena dari kegiatan tersebut koperasi memperoleh penghasilan berupa bunga, sehingga semakin besar kredit akan semakin besar pula pendapatan. 10 Bentuk pinjaman yang ditawarkan oleh koperasi dewasa ini sangat beragam, berdasarkan kebutuhan pihak yang membutuhkan. Hal ini juga menyebabkan banyaknya 9 Sagimun. 1990. Perkoperasian Indonesia. Bandung: Pionir Jaya 10 M. Tohar, Permodalan dan Perkreditan Koperasi (Yogyakarta: Kanisius, 2000),

8 kebijaksanaan yang dikeluarkan dalam pemberian kredit. Sebab apabila sedikit saja kelonggaran ataupun kesalahan yang tidak disengaja, akan menyebabkan masalah bagi pihak koperasi. Kredit Tanpa Agunan atau Pinjaman Tanpa Jaminan merupakan salah satu produk Koperasi dalam bentuk pemberian fasilitas pinjaman tanpa adanya suatu aset yang dijadikan jaminan atas pinjaman tersebut. Oleh karena tidak adanya jaminan yang menjamin pinjaman tersebut maka keputusan pemberian kredit semata adalah berdasarkan pada riwayat kredit dari pemohon kredit secara pribadi, atau dalam arti kata lain bahwa kemampuan melaksanakan kewajiban pembayaran kembali pinjaman adalah merupakan pengganti jaminan. Jadi Kredit Tanpa Agunan itu pinjaman yang diberikan tanpa perlu adanya jaminan (sertifikat rumah, bpkb, dll) atas pinjamannya. Dengan adanya kredit tanpa agunan (KTA) ini tentunya akan memudahkan peminjam yang ingin mendapatkan kredit tapi tidak ada atau tidak memiliki agunan untuk dijaminkan. Karena pinjaman diberikan berdasarkan kemampuan dia untuk membayar nantinya. Perjanjian Kredit sama halnya dengan perjanjian secara umum yang diatur dalam Buku III KUHPerdata. 11 Namun, tidak ada satupun peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang Perjanjian Kredit, bahkan dalam Undangundang Perbankan sekalipun. 11 Buku III kitab undang-undang hukum perda KUHPerdata

9 Untuk memperoleh pinjaman uang dari Koperasi diperlukan perjanjian simpan pinjam dalam pemberian kredit. Aspek hukum dalam hal ini biasanya memerlukan jaminan yang sesuai dengan pemberian kredit dari pihak Koperasi kepada anggota. Pinjaman uang atau kredit dari Koperasi dapat diperoleh masyarakat dengan cara mudah dan cepat, karena Koperasi juga dituntut untuk turut serta untuk mensejahterakan anggotanya melalui penyalurkan kredit untuk kegiatan-kegiatan yang produktif, sehingga dapat menunjang keberhasilan pembangunan. Jadi, keberadaan Koperasi sangat penting dalam menunjang keberhasilan usaha dan membantu keberhasilan program pembangunan nasional, maka seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang khususnya terutama dalam operasional Koperasi. Dengan begitu pemerintah telah membantu masyarakat pengguna jasa Koperasi dalam hal memperoleh pinjaman yang berupa uang, dengan proses yang mudah, dan cepat. Dengan demikian, pelaksanaan ketentuan peraturan Koperasi yang dilaksanakan di koperasi simpan pinjam (KSP) tidak lepas dari observasi, mengenai pelaksanaan dan sistem memperoleh Kredit Tanpa Agunan (KTA) pada koperasi simpan pinjam (KSP), dan bentuk penyelamatan dan penyelesaian kredit yang bermasalah, dalam perjanjian simpan pinjam pada Koperasi. Dalam rangka membantu suatu perencanaan dalam pemberian kredit matang maka kriteria tertentu dalam penilaian yang layak atau tidaknya seseorang atau perusahaan diberikan pinjaman yang biasanya dilihat dari aspek hukum pemberian kredit. Penentuan pemberian kredit

10 dipengaruhi beberapa faktor antara lain tingkat suku bunga, dan dana pihak ketiga, dimana hal-hal tersebut penting dalam penentuan besarnya pinjaman ataupun kredit yang dibutuhkan dalam membangun maupun mengembangkan usahanya. Mengetahui kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban yang harus segera terpenuhi serta untuk memperoleh gambaran tentang seberapa efektif koperasi mengelola aktivanya perlu dilakukan analisis aspek hukum pada koperasi khususnya mengenai pemberian kredit dalam perjanjian simpan pinjam pada koperasi simpan pinjam. Analisis digunakan untuk memberikan petunjuk dan gejala-gejala serta informasi hukum lainnya mengenai keadaan keuangan koperasi simpan pinjam. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil judul dalam penelitian ini yaitu ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT DALAM PERJANJIAN SIMPAN PINJAM DI KOPERASI SIMPAN PINJAM ARTHA BAHANA DI KABUPATEN MAGELANG. B. Pembatasan Masalah Dengan bermacam-macam bentuk lembaga keuangan di Indonesia dan peraturan yang mengaturnya pun berbeda-beda, serta luasnya ruang lingkup lembaga keuangan penyalur kredit dan karena keterbatasan pengetahuan, maka untuk memberikan gambaran yang jelas serta memudahkan masalah pemberian kredit dalam perjanjian simpan pinjam. Mengingat masalah simpan pinjam demikian luas dan beraneka ragam bentuknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga semakin

11 luas dan beraneka ragam pula masalah simpan pinjam yang dikelola Koperasi. Juga mengingat terbatasnya kemampuan penulis baik kemampuan akal, biaya, dan tenaga maka sesuai dengan judul yang dipilih, maka penulis hanya membatasi penulisan pada masalah pelaksanaan sistem memperoleh kredit tanpa agunan (KTA) dan langkah penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan melalui perjanjian simpan pinjam berdasarkan Undangundang Nomor 25 Tahun 1992 pada koperasi simpan pinjam (KSP). C. Perumusan Masalah Koperasi merupakan salah satu dari beberapa lembaga keuangan pemerintah dibidang keuangan yang mempunyai program ikut mengentaskan kemiskinan, mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan ikut mensukseskan pembangunan nasional. Dengan jalan memberikan kredit berupa pinjaman uang dengan melihat aspek hukum yang ada. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan Kredit Tanpa Agunan (KTA) pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) ARTHA BAHANA MAGELANG? 2. Bagaimanakah bentuk penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan melalui perjanjian simpan pinjam pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) ARTHA BAHANA MAGELANG?

12 D. Tujuan Penelitian Pada dasarnya segala kegiatan penelitian tidak lepas dari tujuan yang hendak dicapai. Dalam penelitian ini, penulis mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui secara langsung penyelesaian kredit bermasalah dalam perjanjian simpan pinjam pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) ARTHA BAHANA di Kabupaten Magelang. 2. Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pelaksanaan sistem pemberian kredit pada koperasi simpan pinjam (KSP) ARTHA BAHANA di Kabupaten Magelang. E. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang hukum terutama mengenai penerapan aspek hukum dalam perkoperasian. Dapat mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian kredit dalam perjanjian simpan pinjam pada koperasi serta memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian lanjutan dengan topik dan pembahasan yang berkaitan dengan penelitian ini.

13 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Koperasi Sebagai bahan pertimbangan untuk menganalisis dari segi hukum tentang aktivitas pemberian kredit yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan yang optimal. b. Bagi Penulis Untuk mengetahui secara langsung prosedur pemberian kredit pada umumnya dan manfaat dari penyelesaiannya pada Koperasi tersebut. Dapat digunakan untuk menilai kinerja koperasi dilihat dari segi hukum yang menyangkut aspek- aspek hukum yang ada. c. Bagi Pihak Lain Diharapkan dapat bermanfaat bagi referensi penulisan karyakarya ilmiah selanjutnya ataupun sebagai perbandingan penelitian lanjutan, sehingga dapat melengkapi atau menutupi kekurangan yang ada dalam hasil penelitian tersebut. Penelitian ini diharapkan mampu menciptakan kemampuan dalam menganalisis penyelesaian hukumnya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan para akademika khususnya dalam hal yang berkaitan dengan pemberian kredit dalam perjanjian simpan pinjam pada Koperasi.

14 F. Metode Penelitian Suatu metode penelitian bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala-gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta-fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahkan masalah yang ditimbulkan oleh fakta-fakta tersebut. Menurut Winarno Surachman, metodologi penelitian adalah suatu cara atau jalan yang digunakan dalam penyelidikan untuk mencapai suatu tujuan. Juga dapat digunakan untuk menganalisa, mempelajari, dan memahami, keadaan-keadaan yang dihadapi, sehingga Metode Penelitian itu sendiri merupakan faktor yang sangat penting dalam penelitian. 12 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan yuridis empiris, yaitu suatu penelitian dimana yang diteliti adalah data sekunder yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data-data primer di lapangan yang dengan berpegang teguh segi-segi yuridis. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan subyek dan atau obyek penelitian sebagaimana adanya. Dan membicarakan 12 Surachmad,Winarno.1974.Pengantar Metodologi dan Teknik Research.Bandung:Tarsit

15 beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah - masalah yang aktual, dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikan dan menginterprestasikan. Sehingga tujuannya untuk memberikan data seteliti mungkin secara sistematis dan menyeluruh mengenai perjanjian simpan pinjam dalam pemberian kredit oleh kredit simpan pinjam (KSP) ARTHA BAHANA di Kabupaten Magelang. 3. Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data guna penulisan tugas akhir, penulis melakukan penelitian pada Koperasi Simpan Pinjam ARTHA BAHANA di KabupatenMagalang yang beralamat di Jl Raya Secang No 8 Secang Magelang. 4. Sumber dan Jenis Data Penelitian ilmiah memerlukan data dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Data harus diperoleh dari sumber yang tepat, karena sumber data yang tidak akurat dapat mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diselidiki sehingga dapat menimbulkan kesalahan, dalam menyusun interprestasi dan kesimpulan. Sumber data penelitian ini berasal dari: 1. Data Primer Cara memperoleh data primer yaitu data yang langsung didapatkan dari sumber pertama berdasarkan penelitian lapangan.

16 Dalam penelitian data primer ini diperoleh melalui keterangan dan informasi dari pihak Koperasi. Data primer diperoleh peneliti dari koperasi simpan pinjam (KSP) ARTHA BAHANA di Kabupaten Magelang. 2. Data Sekunder Bahan hukum sekunder yng meliputi literature - literatur yang terkait dengan pemberian kredit dalam perjanjian simpan pinjam, sehingga menunjang penelitian yang dilakukan. 5. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Studi Kepustakaan Yaitu dengan jalan mencari, mengumpulkan, mencatat, menginventarisasi, menganilisis, dan mempelajari data-data sekunder yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang dibahas. b) Penelitian Lapangan Yaitu mengumpulkan data dari para pihak yang berada diobyek penelitian secara lisan atau tertulis. Untuk memperoleh data dari responden maka ditempuh dengan metode: 1) Observasi, yaitu mengamati langsung terhadap jalannya operasional dan konstruksi hukum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

17 2) Wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya langsung dari pihak yang memahami benar konstruksi hukum, sehingga penulis dapat lebih mudah untuk menganalisis dan mengembangkan data yang diteliti. 6. Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan menggunakan metode kualitatif adalah suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian dilapangan serta menafsirkan data-data primer yang telah diperoleh dan diolah secara utuh. Pendekatan Kualitatif ini merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu responden secara tertulis. Selanjutnya menjawab serta memecahkan persoalan yang ada, maka kesimpulannya responden ditentukan secara sepihak dan kesimpulannya tidak dapat diberlakukan secara generalisasi bagi populasinya. Hasil ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara utuh dan mendalam tentang aspek hukum pemberian kredit dalam penyelesaian perjanjian simpan pinjam pada koperasi Simpan Pinjam (KSP).

18 G. Sistematika Skripsi Di dalam skripsi ini terdiri atas 4 (empat) bab yang disusun secara sistematis mengenai apa yang akan penulis uraikan dalam skripsi ini. Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Masalah C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Koperasi 1. Pengertian Koperasi 2. Dasar Hukum Koperasi 3. Prinsip-prinsip Koperasi 4. Macam-Macam Koperasi 5. Hak dan Kewajiban Koperasi 6. Permodalan Koperasi B. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian 2. Jenis-jenis Perjanjian

19 3. Asas-asas Perjanjian 4. Subyek dan Obyek Perjanjian 5. Syarat sahnya Perjanjian 6. Penggolongan Perjanjian C. Tinjauan Umum Tentang Kredit 1. Pengertian Kredit 2. Dasar Hukum Perkreditan di Indonesia 3. Tujuan dan Fungsi Kredit 4. Jenis-jenis Kredit 5. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit 6. Perjanjian Kredit D. Tinjauan Umum tentang Simpan Pinjam 1. Pengertian Simpan Pinjam 2. Macam-macam Simpanan 3. Hak dan Kewajiban Peminjam 4. Hak dan Kewajiban Pihak yang Meminjamkan BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Kredit Tanpa Agunan (KTA) pada koperasi simpan pinjam (KSP) ARTHA BAHANA MAGELANG. B. Bentuk penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan melalui perjanjian simpan pinjam pada koperasi simpan pinjam (KSP) ARTHA BAHANA MAGELANG.

20 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA