NURUL FATIMAH A

dokumen-dokumen yang mirip
KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK GANYONG (Canna edulis Kerr.) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima,pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

PEMBUATAN BIOETANOL DARI FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Manihot glaziovii Muell) DENGAN MENGGUNAKAN RAGI

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR GLUKOSA DAN KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima pohl) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR ETANOL DAN KADAR GLUKOSA HASIL FERMENTASI KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus)

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Ketela pohon banyak dikenal masyarakat sebagai bahan pangan

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

KADAR BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA (DIENDAPKAN 5 HARI) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini

VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan Costa Rica yang umumnya digemari sebagai konsumsi buah segar. Buah segar

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI VOLUME BURNER CHAMBER 50 cm 3, 54 cm 3, 60 cm 3, 70 cm 3

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan (BBM) Bahan Bakar Minyak untuk keperluan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. fosil (Meivina et al., 2004). Ditinjau secara global, total kebutuhan energi dunia

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. karena potensi produksinya yang cukup besar. Pisang sejak lama telah dikenal

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

I. PENDAHULUAN. itu, diperlukan upaya peningkatan produksi etanol secara besar-besaran

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. Umbi-umbian adalah bahan nabati yang dapat diperoleh dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

PERBANDINGAN KADAR ALKOHOL DAN ASAM ASETAT PADA CUKA AIR CUCIAN BERAS

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA JERAMI-BATUBARA DENGAN VARIASI KOMPOSISI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH BIJI JAGUNG DARI INDUSTRI PEMBIBITAN BENIH JAGUNG MENJADI BIOETHANOL

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pembangunan pertanian tidak lagi berorientasi semata - mata

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. produk komersial termasuk makanan, kosmetik, dan obat -obatan (Priyadi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negeri yang sangat dikagumi akan kekayaan alamnya.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

BAB I. PENDAHULUAN. bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi sekitar 51,66%,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia di bumi ini masih membutuhkan sandang, pangan dan perumahan dalam

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

Transkripsi:

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG GANYONG (Canna edulis Kerr) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S - 1 Program Studi Pendidikan Biologi Diajukan oleh: NURUL FATIMAH A 420 040 055 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat realitas lingkungan global dengan dampak global warming, kita dapat memetik beberapa hal yang harus dilakukan selain mengusahakan adaptasi untuk memperkecil resiko atas potensi bencana yang mungkin akan terjadi. Pertama, mencari alternatif bahan bakar yang lebih bersih (cleaner fuels). Kedua, mencari solusi disversifikasi bahan bakar sehingga kedepan negara kita tidak tergantung pada bahan bakar fosil yang ketersediaannya semakin menipis. Ketiga, mengembangkan bahan bakar baru dan terbarukan (new and renewable fuels) yang potensial dapat dikembangkan dan dapat menjadi competitive adventage bagi Indonesia di pasar internasional. Berlakunya Protokol Kyoto Rabu (16/2), mendatang untuk mereduksi gas rumah kaca ke atmosfer memberi angin segar bagi pengembangan teknologi dan penggunaan bahan bakar energi ramah lingkungan. Salah satu alternatif energi nonfosil yang mulai diintroduksikan di Indonesia untuk kendaraan bermotor adalah bioetanol. Pengenalan energi alternatif juga merupakan upaya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Kebutuhan BBM di Indoensia saat ini mencapai 215 juta liter perhari. Sedangkan yang diproduksi didalam negeri hanya 178 juta liter perhari. Karena itu kekurangan 40 juta liter per hari harus di impor. Indonesia yang dikenal sebagai anggota Organisasi Negara Negara Pengekspor Minyak 1

2 (OPEC) sekarang telah menjadi net-importir minyak bumi (Arif Yudianto, 2007). Menurut Luthfi (2008), bioetanol terdiri dari dua kata yaitu bio : hidup dan etanol: termasuk golongan alkohol. Secara mudahnya, bioetanol adalah etanol (alkohol) yang diproduksi dari makhluk hidup dengan bantuan makhluk hidup. Bahan-bahan yang mungkin digunakan sebagai penghasil bioetanol biasanya mengandung karbohidrat, seperti pati sagu, jagung dan bongkolnya, singkong, rumput laut dan limbahnya. Ada beberapa riset yang berkaitan dengan bioetanol. Ada yang membuat bioetanol dari pati sagu dan jagung, ada yang juga membuat dari bongkol jagung, dan ada yang membuat dari limbah rumput laut. Data penelitian Wagino dkk (2006), menunjukkan bahwa bioetanol dapat digunakan sebagai bahan campuran premium hingga kandungan 20% dengan kadar oktan 20% lebih tinggi dibandingkan premium murni dan tidak mempengaruhi kinerja mesin kendaraan. Dari beberapa sumber bioetanol, ubi kayu potensial dikembangkan sebagai bahan baku karena dapat diproduksi dalam jumlah yang besar pada berbagai agroekosistem. Dalam Blue Print pengelolaan Energi Nasional 2005 dijelaskan bahwa kandungan bioetanol sebagai bahan campuran premium adalah 10% (BE-10) yang terdiri atas 8% bioetanol ubi kayu, 1% bioetanol sayuran, dan 1% bioetanol tebu. Implemenatasi Blue Print ini secara nasional akan berdampak terhadap penghematan penggunaan premium sebesar 1,47 juta kl pada tahun 2025, masing masing setara dengan Rp. 6,62 triliun dan Rp. 22,37 trilliun pada

3 tingkat harga premium yang berlaku saat ini, Rp. 4.500 per liter. Jika penggunaan premium untuk transportasi meningkat dengan laju 7% per tahun, maka kebutuhan bioetanol pada tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025 masing masing 1,47 juta kl, 253 juta kl, 354 juta kl, dan 4,97 juta kl. Di sisi lain, produksi nasional ubi kayu dewasa ini baru mencapai sekitar 20 juta ton, sementara permintaan untuk pangan, pakan dan bahan baku industri telah menembus angka sekitar 20 juta ton, hal ini merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi upaya pengembangan ubi kayu dan industri bioetanol yang akan berdampak perluasan kerja (Inovasi, 2006). Ganyong merupakan sumber karbohidrat yang penting, tetapi sesuai dengan kemajuan teknologi pengolahan ganyong tidak hanya terbatas pada produksi pangan, tapi merambah sebagai bahan baku industri pellet atau pakan ternak, tepung tapioka, pembuatan alkohol, etanol, tepung ganyong, obat lambung dan lain-lain. Adapun produk-produk hasil olahan ganyong yang utama adalah tepung tapioka, dan ampas tapioka yang digunakan dalam industri kue, roti, kerupuk dan lain-lain. Tepung tapioka juga dibutuhkan dalam industri lem dan tekstil serta industri kimia (Rahmad Rukmana, 1997). Ganyong dapat digunakan sebagai bahan baku energi alternative memiliki kadar karbohidrat sekitar 32-35% dan kadar pati sekitar 83,8% setelah diproses menjadi tepung. Ganyong termasuk dalam kelas umbi umbian yang mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi. Semua bahan yang mengandung karbohidrat dapat digunakan sebagai bahan baku penghasil

4 alkohol. Karbohidrat diubah menjadi gula dengan bantuan ragi, kemudian gula diubah oleh organisme menjadi alkohol (Rukmana dan Yuniarsih, 2001). Dalam penelitian Sriyanti (2003), dari tiga varietas singkong yakni varietas randu, mentega dan menthik ternyata kadar gula dan alkohol tertinggi terdapat pada varietas mentega yakni sebesar 11,8% mg untuk kadar gula dan 2,94% mg untuk kadar alkohol. Menurut Sugiarti (2007), bahwa kandungan alkohol ubi kayu varietas randu yakni sebesar 51%. Menurut hasil pra penelitian tentang pengaruh waktu fermentasi selama 21 hari dan dengan dosis ragi 3,2% terhadap kadar glukosa dan alkohol hasil fermentasi tepung tapioka dan tepung gaplek diperoleh kadar glukosa pada tepung tapioka yaitu 20,7 % dan pada tepung gaplek yaitu 59,8%, sedangkan kadar alkohol pada tepung tapioka yaitu 1,64% dan pada tepung gaplek yaitu 4,13%. Tinggi rendahnya alkohol dipengaruhi oleh waktu fermentasi dan dosis ragi yang digunakan. Tetapi pada hasil pra penelitian tersebut menunjukkan hasil kadar alkohol rendah, hal ini disebabkan karena kualitas dari tepung tapioka dan tepung gaplek itu sendiri, dan bahan tersebut sudah termakan atau terkontaminasi oleh bakteri yang ada. Berdasarkan latar belakang dan pra penelitian tersebut, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul : KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG GANYONG (Canna edulis Kerr) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA.

5 B. Pembatasan Masalah Agar dalam penelitian terarah dan menghindari meluasnya permasalahan maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Subyek penelitian adalah waktu fermentasi (5, 7, 10 hari) dan dosis ragi (10%, 20% dari berat bahan) pada tepung umbi ganyong. 2. Obyek penelitian adalah kadar glukosa dan bioetanol pada fermentasi tepung umbi ganyong dengan penambahan ragi. 3. Parameter penelitian adalah pengukuran kadar glukosa dan bioetanol pada fermentasi tepung umbi ganyong. C. Perumusan Masalah Dari latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan tersebut diatas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu : Apakah pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar glukosa dan bioetanol pada fermentasi tepung umbi ganyong, dan pada waktu fermentasi dan dosis ragi berapa akan dihasilkan kadar glukosa dan bioetanol optimum pada fermentasi tepung umbi ganyong. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar glukosa dan bioetanol, dan untuk mengetahui perbandingan waktu fermentasi dan dosis

6 ragi yang paling efektif untuk memperoleh kadar glukosa dan bioetanol yang optimum. E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah bagi peneliti yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan, memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengadaan bahan baku alternatif glukosa dan bioetanol, memberikan sumbangan informasi kepada industri alkohol, dan memberikan nilai lebih terhadap ganyong.