BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BPS KABUPATEN MALINAU

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang


PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN SPESIALISASI SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN BLORA TAHUN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KABUPATEN BATU BARA

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PACITAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017


PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MADIUN TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN BLORA TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah


I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan pembangunan itu sendiri tidak jauh berbeda dengan tujuan pembangunan nasional. Akan tetapi, proses pembangunan di daerah jauh lebih spesifik (Tambunan,2001). Pencapaian keberhasilan pembangunan daerah melalui pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah serta diperlukan perencanaan pembangunan yang terkoordinasi antar sektor, perencanaan pembangunan disini bertujuan untuk menganalisis secara menyeluruh tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Keterbatasan sumber daya di suatu daerah baik sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya finansial maupun sumber daya lainnya merupakan masalah umum yang dihadapi oleh sebagian besar daerah untuk dapat menggerakkan seluruh perekonomian yang mampu sebagai penggerak utama untuk memacu laju pembangunan disuatu daerah. Menurut Sjafrizal (2008), sejak dilaksanakannya otonomi daerah sejak tanggal 1 Januari 2001 sesuai dengan Undang-undang No. 22 tentang Pemerintahan daerah dan Undang-undang No. 25 tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, pemerintahan dan pembangunan 1

2 daerah diseluruh nusantara telah memasuki era baru yaitu era otonomi daerahdan desentralisasi fiskal. Sehingga Pemerintah Daerah diberi wewenang dan sumber keuangan baru untuk mendorong proses pembangunan di daerahnya masingmasing yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan nasional Indonesia secara keseluruhan. Namun pada prakteknya, otonomi daerah memunculkan beberapa permasalahan yang disebabkan perencanaan pembangunan di masing-masing daerah yang berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi. Sehingga dibutuhkan suatu kerangka keterpaduan pembangunan dengan penekanan muatan yang berorientasi pada wilayah yang lebih luas, keterpaduan antarsektor, antar wilayah dan antar pelaku pembangunan, keterpaduan antara kepentingan ekonomi dan keberlanjutan, menggunakan prinsip sinergi pembangunan dan kemanfaatan bersama. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya - sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2010). Keberhasilandari suatu pembangunan ekonomi daerah dapat diukur dengan beberapa indikator yang lazim digunakan sebagai alat ukur. Indikator yang lazim digunakan adalah produk domestik regional bruto (PDRB) yang bisa menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu daerah. Indikator lain adalah tingkat pertumbuhan, pendapatanperkapita dan

3 pergeseran atau perubahan struktur ekonomi (Sjafrizal, 2008). Seiring dengan berlakunya otonomi daerah, setiap daerah harus mampu menggali potensi yang dimiliki oleh daerahnya masing-masing. Selain itu, daerah juga harus mampu untuk membuat kebijakan yang sesuai agar sasaran pembangunan daerah bisa tercapai. Kebijakan yang paling utama adalah kebijakan dalam menentukan sektor ekonomi yang akan dibangun untuk meningkatkan produk domestik regional bruto daerah. Sektor-sektor ekonomi tersebut diantaranya yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan dan konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. Pembangunan ekonomi daerah ditekankan pada sektor-sektor yang mempunyai kontribusi besar terhadap produk domestik regional bruto. Pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila peranan sector industry manufaktur senantiasa semakin meningkat dari waktu kewaktu, baik dalam struktur produksi atau dalam produk domestik regional bruto maupun dalam struktur ekspornya. Kabupaten Blora sebagai salah satu bagian dari propinsi Jawa Tengah, pembangunan daerahnya juga ditekankan pada pembangunan sektor yang mempunyai kontribusi besar dalam menyusun perubahan domestik regional bruto. Produk domestik regional bruto kabupaten Blora terdiri tujuh belas sektor ekonomi yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda

4 motor, sektor transportasi dan perdagangan, sektor penyediaan akomodasi dan makanminum, sektor informall dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan wajib social, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan social, sektor jasa lainnya. Masing masing sektor ekonomi mempunyai kontribusi yang signifikan dalam menentukan perubahan produk domestik regional bruto, dan spesialisasi sektor di suatu daerah nantinya akan menjadi cirri khas dari daerah itu sendiri. Tabel 1. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-2015 (%) Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 29,71 29,65 29,93 27,8 28,00 Pertambangan dan Penggalian 15,14 14,12 13,8 14,47 14,08 Industri Pengolahan 9,81 10,15 10,27 11,47 11,01 Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 Konstruksi 3,94 4,16 4,11 4,26 4,4 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 17,69 17,13 16,88 16,44 16,55 Transportasi dan Pergudangan 2,57 2,58 2,6 2,75 2,84 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,47 3,43 3,3 3,41 3,82 Informasi dan Komunikasi 1,17 1,17 1,13 1,1 1,09 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,06 3,21 3,2 3,22 3,33 Real Estate 1,35 1,33 1,32 1,37 1,4 Jasa Perusahaan 0,26 0,27 0,29 0,29 0,31 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,91 3,99 3,9 3,76 3,83 Jasa Pendidikan 4,81 5,8 6,18 6,43 6,37 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,81 0,89 0,9 0,95 0,99 Jasa lainnya 2,17 2,01 2,07 2,15 2,17 PDRB 100 100 100 100 100 Sumber: BPS Blora, 2016 (data diolah)

5 Tabel di atas menunjukkan kontrbusi PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Blora tahun 2011-2015. Dilihat dari table diatas terdapat Kabupaten Blora memliki tiga kontribusi sektor terbesar terhadap PDRB. Sumbangan terbesar adalah sektor pertanian pada tahun 2015 sebesar 28%, sektor penyumbang terbesar kedua adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 16,55% dan penyumbang ketiga terbesar adalah sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 14,08%. Sedangkan penyumbang terkecil terhadap PDRB Kabupaten Blora tahun 2015 adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,04%. Dilihat dari table diatas setiap tahunnya kontribusi atau penyumbang sektor terhadap Kabupaten Blora mengalami fluktuasi atau ketidakstabilan, sehingga diperlukan analisis untuk menentukan sektor unggulan yang dapat meningkatkan perekonomian daerah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, hal yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sektor unggulan apa saja yang ada di kabupaten Blora dari tahun 2011-2015? 2. Sektor unggulan apa yang di jadikan sebagai spesialisasi sektor ekonomi di kabupaten Blora tahun 2011-2015?

6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, makapenelitian ini bertujuan untuk: 1. Menentukan Sektor unggulan apa saja yang ada di kabupaten Blora dari tahun 2011-2015. 2. Menentukan Sektor unggulan apa yang di jadikan sebagai spesialisasi sektor ekonomi di kabupaten Blora tahun 2011-2015. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranyasebagai berikut: 1. Bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait (BAPPEDA), diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam menyusun perencanaan pembangunan ekonomi. 2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pembanding bagi peneliti yang tertarik dalam penelitian yang sejenis. E. Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2011-2015 yang berasal dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blora dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) BPS Propinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis shift share Esteban- Marquillas. Esteban Marquillas melakukan modifikasi terhadap teknik analisis Shift share klasik dengan mendefinisikan kembali kedudukan keunggulan

7 kompetitif sebagai komponen ketiga dari teknik shift share klasik dan menciptakan komponen shift share yang keempat yaitu pengaruh alokasi ( ). Hasil modifikasi Esteban Marquillas terhadap analisis shift share klasik dapat dirumuskan sebagai berikut. 3 Keterangan : : perubahan variable penyerapan tenaga kerja sektor i di wilayah j pada kurun waktu tertentu. : komponen pertumbuhan nasional sektor i di wilayah j : bauran industri sektor i di wilayah j : keunggulan kompetitif sektor i di wilayah j : efekalokasisektor i di wilayah j Adapun formula shift share esteban marquillas dapat ditulis secara detail (Marquillas, 1972). Dij = Eijrn + Eij (rin-rn) +E ij (rij-rin) + (Eij-E ij) (rij-rin)... 4 Model di atas direplikasi dari jurnal JM. Esteban Marquillas (1972) dengan judul Shift-and Share Analysis Revisted yang dipublikasikan oleh Regional and Urban Economic. Selain menggunakanan analisis Shift-share Esteban Marquillas,untuk melengkapinya saya juga menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Rumusan Location Quotient menurut Bendavid Val (Tarigan 2007), yang

8 kemudian digunakan dalam penentuan sektor basis dan non basis di Kabupaten Blora, yang dinyatakan dalam persamaan berikut: atau. (8) Model diatas replikasi dari jurnal Harry W. Richardson (1985) dengan judul Input-Output And Economic Base Multiplier : Looking Backward And Forward yang dipublikasikan oleh Journal Of Regional Science. Dimana: LQ = Koefisien Location Quotient (LQ) KabupatenBlora Xr = PDRB sektor i di KabupatenBlora (dalam jutaan rupiah) RVr = Total PDRB KabupatenBlora (dalam milyar rupiah) Xn = PDRB sektor i Jawa Tengah (dalam milyar rupiah) RVn = Total PDRB Jawa Tengah (dalam milyar rupiah) Selanjutnya Bendavid Val memberikan pengukuran terhadap derajat spesialisasi dengan criteria sebagai berikut: 1. LQ > 1 Jika LQ lebih besar dari 1, berarti tingkat spesialisasi sector tertentu pada Kabupaten Blora lebih besar dari sektor yang sama pada tingkat nasional. 2. LQ < 1 Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada Kabupaten Blora lebih kecil dari sektor yang sama pada tingkat nasional. 3. LQ = 1 Jika LQ sama dengan 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada Kabupaten Blora sama dengan sektor yang sama pada tingkat nasional.

9 F. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode analisis data, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : LANDASAN TEORI Berisi tentangpenjabaran landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis. BAB III : METODE PENELITIAN Berisi tentang obyek penelitian, jenis data dan sumber data, penurunan model shift share esteban marquillas dan location quotient, metode dan analisis data. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi tentang deskripsi daerah penelitian, analisis data, hasil analisis data dan pembahasanya BAB V : PENUTUP Berisi kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan atau kendala dalam penelitian, serta saran-saran yang perlu untuk disampaikan baik untuk obyek penelitian ataupun penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN