BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengeluaran negara untuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan dibiayai oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan undang-undang. Instansi pemerintah yang berperan penting dalam menghimpun pajak yaitu Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Salah satu misi Direktorat Jenderal Pajak adalah misi fiskal, yaitu untuk mengumpulkan penerimaan dalam negeri yang berasal dari sektor pajak yang dapat menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undangundang perpajakan. Dalam pelaksanaan tugasnya, DJP masih menemui kendala internal dan eksternal. Target pendapatan dalam negeri tahun 2015 yang bersumber dari penerimaan perpajakan sebesar 77%. Penerimaan perpajakan dalam APBN 2015 diperkirakan mencapai Rp 1.379.991,6 miliar, atau meningkat 10,7% bila dibandingkan dengan target dalam APBNP 2014. Total target pendapatan pajak dalam negeri pada tahun 2015 adalah sebesar Rp 1.328.487,8 miliar, atau meningkat 11,7% bila dibandingkan dengan target pada APBNP 2014. Beberapa faktor utama yang berpengaruh terhadap pendapatan pajak dalam negeri adalah pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (Nota Keuangan APBN, 2015). Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat terjadi peningkatan jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya, namun masih terdapat masalah dalam 1
2 penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilakukan oleh Wajib Pajak tersebut. Pada tahun pelaporan 2012, wajib SPT berjumlah 55.678 dengan rincian Wajib Pajak yang tepat waktu dalam menyampaikan SPT berjumlah 35.407 atau sebesar 63,59%, Wajib Pajak yang terlambat menyampaikan SPT berjumlah 977 atau sebesar 1,75% dan untuk Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT berjumlah 19.294 atau sebesar 34,65%. Pada tahun pelaporan 2013, jumlah wajib SPT sebanyak 56.435 dengan rincian Wajib Pajak yang tepat waktu menyampaikan SPT berjumlah 37.262 atau sebesar 66,03%, Wajib Pajak yang terlambat menyampaikan SPT berjumlah 1.055 atau sebesar 1,87% serta Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT berjumlah 18.118 atau sebesar 32,10%. Pada tahun pelaporan 2014, jumlah wajib SPT sebanyak 56.974 dengan rincian Wajib Pajak yang tepat waktu menyampaikan SPT berjumlah 37.760 atau sebesar 66,28%, Wajib Pajak yang terlambat menyampaikan SPT berjumlah 2.217 atau sebesar 3,89% dan untuk Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT berjumlah 16.997 atau sebesar 29,83%. Dapat dilihat bahwa masih banyak Wajib Pajak yang terlambat dan tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Dengan tidak menyampaikan Surat pemberitahuan (SPT) menandakan bahwa Wajib Pajak tersebut tidak memenuhi kewajibannya untuk menghitung dan membayar pajak terutangnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat dapat dikatakan belum maksimal. Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang,
3 dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement. Perbaikan administrasi perpajakan sendiri diharapkan dapat mendorong kepatuhan Wajib Pajak (Rapina, dkk, 2011). Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak, perlu diingat beberapa sasaran administrasi perpajakan, seperti: (1) meningkatkan kepatuhan para pembayar pajak, dan (2) melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam untuk mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Rahayu dan Lingga, 2009). Tingkat kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh bagaimana administrasi perpajakan dilakukan. Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2002 telah menggulirkan Reformasi Administrasi Perpajakan atau biasa disebut dengan modernisasi. Pelaksanaan modernisasi sistem administrasi perpajakan dilandasi berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Setelah peraturan tersebut dinyatakan tidak berlaku kemudian dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, dan mengalami perubahan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012. Kemudian peraturan tersebut diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
4 Peraturan tersebut membahas penyempurnaan organisasi dan tata kerja instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka meningkatkan tata tertib administrasi, efektivitas dan kinerja organisasinya. Program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan bagi setiap wajib pajak melalui pembentukan account representative dan complaint center untuk menampung keberatan Wajib Pajak. Selain itu, sistem administrasi perpajakan modern juga merangkul kemajuan teknologi terbaru di antaranya melalui pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) yang semula berdasarkan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case management system dalam workflow system dengan berbagai modul otomasi kantor serta berbagai pelayanan berbasis e-system seperti e-spt, e- Filing, e-payment, Taxpayer s Account, e-registration, dan e-counceling. Melalui reformasi ini diharapkan mekanisme kontrol menjadi lebih efektif ditunjang oleh adanya penerapan kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam melaksanakan tugasnya (Rahayu dan Lingga, 2009). Penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern telah banyak dilakukan, antara lain penelitian Rahayu dan Lingga (2009), yang menunjukkan hasil bahwa sistem administrasi perpajakan modern yang meliputi perubahan struktur organisasi, perubahan implementasi pelayanan, fasilitas pelayanan yang memanfaatkan teknologi
5 informasi, dan kode etik pegawai tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Menurut penelitian Rapina, dkk (2011), menunjukkan hasil bahwa keempat variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dan tingkat penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada KPP Pratama Bandung Cibeunying dalam kategori baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Triwigati (2013), menunjukkan hasil bahwa variabel penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang meliputi perubahan struktur organisasi dan sistem kerja KPP, perubahan implementasi pelayanan kepada wajib pajak, fasilitas layanan yang memanfaatkan teknologi informasi, dan kode etik pegawai berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Sementara penelitian Candra, dkk (2013), menunjukkan hasil bahwa variabel struktur organisasi dan kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel fasilitas layanan dengan teknologi informasi dan kode etik tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dan keempat variabel tersebut secara simultan memiliki kontribusi terhadap kepatuhan wajib pajak. Serupa dengan penelitian Sofiyana, dkk (2014), yang menunjukkan hasil bahwa secara parsial, perubahan struktur organisasi dan implementasi pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dan berdasarkan hasil uji F menunjukkan hasil bahwa variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
6 berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat yaitu kepatuhan wajib pajak. Hasil-hasil penelitian di atas tidak konsisten satu sama lain, masih ditemukan hasil yang berbeda-beda. Hal ini yang memotivasi penelitian ini untuk menguji kembali, apakah kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh sistem administrasi perpajakan modern. Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Candra, dkk (2013) yang berjudul Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak. Persamaan penelitian terletak pada variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen antara lain: struktur organisasi, kualitas layanan, fasilitas layanan dengan teknologi informasi dan kode etik, serta variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak. Selain itu peneliti juga menggunakan sampel yang sama, yaitu petugas pajak. Perbedaan penelitian terletak pada objek penelitian, penelitian Candra dkk (2013) dilaksanakan di KPP Pratama Kota Madiun, sedangkan penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat karena jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Semarang Barat cukup banyak, yang tersebar dalam 5 kecamatan yang terdiri dari 63 kelurahan, atau kurang lebih setara dengan 54% dari luas wilayah Kota Semarang. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (SURVEY
7 TERHADAP KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG BARAT) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1) Apakah struktur organisasi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? 2) Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? 3) Apakah fasilitas layanan dengan teknologi informasi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? 4) Apakah kode etik berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk menguji secara empiris pengaruh struktur organisasi terhadap kepatuhan wajib pajak. 2) Untuk menguji secara empiris pengaruh kualitas layanan terhadap kepatuhan wajib pajak. 3) Untuk menguji secara empiris pengaruh fasilitas layanan dengan teknologi informasi terhadap kepatuhan wajib pajak. 4) Untuk menguji secara empiris pengaruh kode etik terhadap kepatuhan wajib pajak. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:
8 1) Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang meliputi struktur organisasi, kualitas layanan, fasilitas layanan dengan teknologi informasi, dan kode etik; khususnya terhadap kepatuhan wajib pajak. Untuk melihat perkembangan layanan pemerintah kepada masyarakat. 2) Bagi Akademis/Peneliti Lain Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur dan referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai pelaksanaan modernisasi sistem perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. 3) Bagi Masyarakat Dapat dijadikan sebagai media informasi yang berguna bagi masyarakat, mengenai perpajakan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban wajib pajak guna terciptanya wajib pajak yang patuh pajak. 4) Bagi Direktorat Jenderal Pajak Sebagai masukan yang berguna untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan kebijakan selanjutnya yang berkaitan langsung dengan pelayanan pajak kepada para wajib pajak. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disusun dalam 5 bab yang terdiri dari: BAB I : PENDAHULUAN
9 Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menguraikan mengenai landasan teori dalam menunjang penelitian, tinjauan atas penelitian terdahulu, kerangka konseptual, dan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data yang digunakan dalam penelitian. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran yang diberikan berkaitan dengan penelitian.