BAB I PENDAHULUAN. psikologis adalah ginjal kronik. Dimana berdasarkan data dari World Health

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang


BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kegagalan fungsi ginjal

NOVIANI SABTINING KUSUMA PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. kasus seperti keluarga yang telah bercerai. Latar belakang keluarga yang bercerai

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gagal ginjal kronis atau yang biasa dikenal sebagai Chronic Kidney

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Hemodialisis, Penyakit Ginjal Kronis

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian. meninges, dantulang (Brewis, 1983 Smeltzer & Bare, 2002).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu sebenarnya menginginkan bahwa dirinya selalu sehat secara jasmani dan rohani, agar dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik, salah satu aktivitas adalah kegiatan beribadah dan bersyukur. Namun tidak bisa dipungkiri lagi bahwa dalam roda kehidupan akan selalu ada berbagai persoalan yang muncul pada kesehatan individu seperti mengalami suatu penyakit. Jenis penyakit yang diderita pun berbagai macam, dimulai dari yang ringan hingga berat atau berbahaya. Penyakit yang tergolong ringan biasanya tidak membutuhkan jangka waktu yang lama dan tidak menimbulkan gangguan psikologis. Sedangkan untuk penyakit yang berat membutuhkan waktu yang lama bahkan seumur hidup dan menimbulkan berbagai permasalahan psikologis. Salah satu penyakit berbahaya yang menimbulkan permasalahan psikologis adalah ginjal kronik. Dimana berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagagl ginjal kronis dan menyebabkan 163.275 kematian setiap tahunnya dan sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (WHO,2007). Ginjal kronik merupakan suatu kondisi penurunan progresif fungsi ginjal selama periode bulan atau tahun. Tahap akhir dari gagal ginjal kronik sering disebut dengan End Stage Renal Disease (ESRD) (Anonim, 2011). Smeltzer & Bare, 2002 (Pratiwi,2013) mengatakan bahwa dalam penyakit ginjal stadium 1

2 akhir ini, ginjal kehilangan fungsinya secara irreversibel untuk mempertahankan metabolisme dan homeostasis tubuh. Menurut Endang Susalit, Kepala Divisi Ginjal Hipertensi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Koran Jakarta, 2012) saat ini jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia terbilang tinggi, mencapai 300.000 orang dan jumlahnya terus bertambah. Populasi penyakit ginjal kronis di Indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah, hal ini disebabkan karena terdapat populasi pasien diabetes dan hipertensi sebagai penyumbang terbanyak pasien gagal ginjal kronis di Indonesia. Untuk di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap terdapat 104 pasien ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Penyakit gagal ginjal banyak diderita oleh orang- orang yang mempunyai pola hidup yang tidak sehat, seperti : merokok, terlalu banyak minum alkohol, serta memiliki riwayat penyakit kronis sebelumnya. Menurut Alam & Hadibroto (dalam Jauhari,2014) mengatakan bahwa pasien ginjal kronik yang melakukan hemodialisa akan sulit untuk menerima kenyataan bahwa ia harus menjalani hemodialisa seumur hidup, karena selain biayanya mahal, dan dampak dari proses cuci darah itu pun membuat hidup tidak nyaman. Jika tidak melakukan cuci darah maka dipastikan akan terjadi keracunan pada tubuhnya yang membuat tubuhnya menjadi lemah. Hemodialisa adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya Price & Wilson (dalam Jauhari, 2014).

3 Ada beberapa permasalahan yang diderita pasien ginjal kronik. Menurut Smeltzer & Bare (dalam Jauhari, 2014) Efek hemodialisa mempengaruhi perubahan fisik dan psikologis. Perubahan fisik yaitu kelemahan, malnutrisi, anemia,uremia. Sedangkan permasalahan psikologis yang dialami pasien gagal ginjal kronik antara lain frustasi, rasa bersalah, rasa putus asa, depresi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan fisk dan psikologis pada pasien ginjal kronik diantaranya yaitu menjaga pola makan, olahraga ringan, melakukan dzikir, mengikuti pengajian- pengajian. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Farida (2010) mengatakan bahwa pasien yang melakukan hemodialisa mengalami reaksi tidak berdaya, sedih, marah, takut, merasa bersalah bahkan ketika pertama kali klien dinyatakan mengidap ginjal kronik, klien merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan, sering menangis dan terisolasi, selain masalah fisik dan psikologis, pasien hemodialisa juga mengalami gangguan sosial berupa disfungsi seksual. Sosrokartono (dalam Mukhlis,2015) menyatakan bahwa reaksi emosi negatif hanya akan menyebabkan ketegangan dan kegelisahan dalam hidup. Sedangkan menurut Rusdi, Ahmad (2016) mengatakan bahwa salah satu alat ukur syukur, yaitu Appreciation Scale (AS) memasukan ritual ke dalam salah satu dimensi alat ukurnya. Hal ini membuktikan bahwa dimensi vertikal cukup diperlukan untuk mengenali variabel syukur dalam diri manusia.

4 Watkins(dalam Rusdi, Ahmad, 2016) mengutip pendapat Chesterton dan McCollough kemudian menyimpulkan bahwa individu yang banyak terlibat dalam praktik agama cenderung lebih bersyukur. Mc Cullough et al (2002) menunjukan bahwa, dibandingkan dengan orang-orang yang kurang bersyukur, orang yang bersyukur melaporkan kebahagiaan yang lebih besar, harapan, kebanggaan, suasana hati positif, optimisme, kepuasan hidup, vitalitas, religiusitas dan spiritualitas, dan mereka juga cenderung melaporkan lebih sedikit depresi dan iri hati. Selain itu menurut Liyan & xiaohua (dalam Rusdi, Ahmad. 2016)mengatakan bahwa bersyukur juga menjadi fungsi psikologis yang positif untuk meningkatkan kebahagiaan. Kebersyukuran menurut Al-Fauzan (2007) adalah mengakui nikmat Allah dan mengakui Allah sebagai pemberinya, tuduk kepada-nya, cinta kepada-nya, ridha kepada-nya, serta mempergunakan nikmat itu dalam hal yang disukai Allah dalam rangka taat kepada-nya. Berdasarkan penelitian yang menggunakan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di lapangan. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tanggal 17 Oktober 2016 di Rumah Sakit Fatimah Cilacap. Wawancara dilakukan kepada subjek D yang berusia 30 tahun, subjek mengaku merasa sedih karena hal itu mengingatkan subjek pada almarhum ayahnya yang dulu terkena gagal ginjal. Selain itu kesedihan subjek juga karena dirinya lah tulang punggung keluarga pada saat itu, subjek harus membiayai keluarganya dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah

5 menengah. Perasaan ini lah yang muncul pada diri subjek dimana subjek juga harus membiayai perawatannya. Subjek mengaku sempat mengalami frustasi yang berlebih karena kejadian ini. Selain itu subjek juga menyesali karena semasa hidupnya subjek tidak menjaga pola hidupnya dengan baik. Subjek mengatakan bahwa dirinya sakit gagal ginjal kurang lebih sudah sembilan tahun, dimana pada saat itu subjek masih berusia 21 tahun dan harus menderita penyakit gagal ginjal. Subjek mengaku kalau suasana hati subjek tidak baik, seperti berpikiran negatif mengenai hidupnya, kurang mempunyai harapan dan kebahagiaan karena sakit yang dideritanya. Subjek menjalani hemodialisa secara rutin yaitu 2 kali dalam seminggu, dan hemodialisa tersebut membutuhkan waktu yang tidak sedikit bahkan bisa mencapai 5 jam lebih. Subjek mengaku bahwa subjek terkadang telat untuk menjalankan ibadahnya seperti shalat, bahkan pada saat puasa ramadhan subjek juga mengaku sering tidak berpuasa karena memang kondisinya yang mengharuskan untuk minum obat dan menjalani hemodialisa. Setelah subjek selesai menjalani proses hemodialisa subjek merasa lemas, sesak nafas, terkadang merasa sedih dengan kondisinya. Untuk menjalani kehidupan sehari-haripun subjek terkadang merasa iri dengan orang lain, ketika orang lain bisa berlibur ke sebuah tempat ataupun ke kampung halaman tetapi subjek hanya bisa bolak-balik ke rumah sakit untuk hemodialisa disitu subjek benar-benar stres dengan kondisinya selain itu subjek juga merasakan emosi negatif pada dirinya.

6 Wawancara dengan subjek kedua yaitu berinisial NI, seorang wirausaha yang berusia 36 tahun. Subjek mengaku bahwa dirinya mengetahui terkena penyakit gagal ginjal baru dua bulan terakhir, akan tetapi subjek setelah mencari di internet seputar ciri dan gejala sakit ginjal ternyata itu sudah berlangsung setahun yang lalu. Subjek menyebutkan bahwa ciri- cirinya itu bahwa subjek sering mengalami pusing, mual, muntah yang berpikir bahwa itu hanya masuk angin biasa. Akan tetapi setelah subjek memeriksakan dirinya di rumah sakit ternyata subjek didiagnosis terkena gagal ginjal, dimana pada saat itu subjek merasa stres, depresi seakan tak percaya pada kondisinya saat ini. Pada awal subjek mengetahui terkena ginjal kronik subjek menjadi kurang bersyukur karena sakit yang dideritanya hal itu disebabkan oleh subjek tidak menjalankan ibadahnya dengan baik, kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan yang ada, selain itu subjek juga merasa ketidakpuasan dihidupnya karena subjek yang harus menjalani hemodialisa secara rutin. Wawancara dengan subjek ketiga yaitu MJ, seorang mantan pegawai bank swasta di Cilacap yang berusia 52 tahun. Subjek menceritakan dirinya saat pertama kali terkena gagal ginjal, awalnya subjek tidak menyangka sama sekali karena hal itu terjadi ketika subjek mengalami kecelakaan yaitu jatuh dari motor, dari situ subjek merasa bahwa dirinya mengalami sulit tidur, gatal, mual yang membuatnya merasa depresi. Kemudian subjek menjalani pemeriksaan pada bagian kejiwaan namun tidak ada perubahan dan sampai akhirnya subjek melakukan tes lab di sebuah rumah sakit di Cilacap dan saat itu pula subjek mengetahui bahwa dirinya terkena gagal ginjal. Saat terkena

7 sakit itu subjek merasa begitu sedih dan tidak menyangka, dan saat subjek harus menjalani hemodialisa yang pertama subjek merasa takut karena menurutnya semua itu tidak mudah dijalaninya. Subjek juga mengatakan kalau dirinya merasa gelisah, tidak memiliki optimisme dan itu membuat subjek menjadi kurang dalam melakukan emosi yang positif. Akan tetapi seiring berjalannya waktu subjek dapat menjalani kehidupannya dengan baik seperti mengikuti pengajian rutin yang di sediakan oleh pihak rumah sakit, semua itu karena dorongan dan motivasi dari istri, anak, keluarga, dan juga temantemannya. Subjek mengaku semenjak mengikuti pengajian yang di fasilitasi oleh pihak rumah sakit, dan itu membuat subjek merasa lebih tenang. Subjek menjadikan sakit ini sebagai bentuk ujian dari Allah karena semasa hidupnya yang tidak mementingkan kesehatan. Al- Kahwi (dalam Rusdi, 2016) mengatakan bahwa syukur adalah memberikan balasan dengan cara yang baik. Hal ini menunjukkan syukur tidak cukup dengan merasakan rida atau kesenangan. Syukur memerlukan ekspresi dan tindakan positif atas nikmat tersebut Kesejahteraan psikologis menurut Riff (dalam Hadjam & Nassirudin 2003) adalah suatu kondisi seseorang yang bukan hanya bebas dari tekanan atau masalah-masalah mental saja, tetapi lebih dari itu yaitu kondisi seseorang yang mempunyai kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu, pengembangan atau pertumbuhan diri, keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan, memiliki kualitas hubungan positif dengan

8 orang lain, kapasitas untuk mengatur kehidupannya dan lingkungannya secara efektif, dan kemampuan untuk menentukan tidakan sendiri. Menurut Diener, dkk, 2009 (dalam Dewanto & Retnowati,2015) kesejahteraan terdiri dari tiga hal yaitu; pengalaman positif dan negatif, pikiran positif dan negatif, serta kesejahteraan psikologis. Kesejahteraan psikologis mewakili fungsi manusia yang optimal yaitu makna dan tujuan hidup, hubungan yang saling mendukung dan menguntungkan, keter-libatan dan ketertarikan, berkontribusi terhadap kesejahteraan orang lain, kompe-tensi, penerimaan diri, optimis, dan respek terhadap diri dan orang lain. Kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui pengungkapan rasa syukur karena keber-syukuran memiliki hubungan yang besar dengan komponen kesejahteraan psikologis yaitu penguasaan lingkungan, pertum-buhan pribadi, hubungan positif, tujuan hidup, dan penerimaan diri Selain itu menurut Watkin (dalam Dewanto & Retnowati,2015) mengungkapkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara kebersyukuran dengan komponen kesejahteraan. Bersyukur merupakan pengalaman positif yang akan menambah memori positif pada kognitif. Frekuensi bersyukur yang semakin sering akan memberikan pengalaman dan emosi positif yang semakin banyak sehingga akan lebih baik dalam menghadapi kondisi depresif. Penelitian yang membukitkan rasa syukur dengan emosi positif yaitu Penelitian Froh, Yurkewicz, dan Kashdan, 2009 (dalam Dewanto & Retnowati,2015) membuktikan bahwa rasa syukur memiliki hubungan yang kuat dengan penghargaan terhadap diri, pandangan hidup positif, dan inisiatif.

9 Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas, penelitian mengenai kesejahteraan psikologis pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa menjadi penting untuk diteliti, dimana peneliti menduga apakah kebersyukuran merupakan prediktor yang berhubungan Kesejahteraan Psikologis itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kesejahteraan psikologis dan kebersyukuran dengan mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul Hubungan Kesejahteraan Psikologis terhadap Kebersyukuran pada Penderita Ginjal kronik di RSI Fatimah Cilacap. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut, rumusan masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada Hubungan Kesejahteraan Psikologis terhadap Kebersyukuran pada Pasien Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap?. C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris Hubungan Kesejahteraan Psikologis terhadap Kebersyukuran pada pasien ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSI Fatimah Cilacap.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis yaitu menambah khasanah ilmu pengetahuan baru dalam ilmu psikologi klinis khususnya mengenai religiusitas maupun kebersyukuran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penderita gagal ginjal, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sehingga penderita gagal ginjal senantiasa meningkatkan kesejahteraan psikologis maupun kebersyukuran. b. Bagi Rumah Sakit, dapat mengetahui bagaimana kebersyukuran dan kesejahteraan pasien. c. Akademisi, penelitian ini dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang terkait dengan Kesejahteraan Psikologis maupun kebersyukuran. d. Peneliti, melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama pendidikan serta dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.