BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku seksual di kalangan remaja cukup menjadi sorotan akhir-akhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN HIV/AIDS TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA KELAS II DI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks pranikah

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam era modern semakin tergantung pada Sumber Daya Manusia (SDM), kualitas pendidikan perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi guru agar mampu dalam meningkatkan kualitas dengan menggunakan berbagai sumber yang tersedia, mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa untuk mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerjasama siswa dalam mata pelajaran yang diajarkan agar menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini berkaitan dengan pendidikan di sekolah. Agar pendidikan berhasil dengan baik, sangat didukung oleh keberhasilan dari proses pembelajaran yang tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru. Menurut Azhar A (2010:1) Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Sedangkan menurut Asep & Abdul (2008:1) Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat frundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini karena keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar pada siswa disekolah dan lingkungan sekitarnya. Peran guru sebagai pengajar sangat penting dalam membantu peserta didik (siswa) dalam belajar. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen pada pasal 4 yang menyatakan bahwa Peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Secara kodrati manusia 1

2 tidak luput dari permasalahan baik dalam institusi pendidikan maupun non pendidikan, kita sering mendengar, melihat atau mencoba pemberitaan tentang kenakalan siswa yang ada disekolah masa kini, misalnya berpacaran diluar batas kewajaran, melanggar norma agama dan perbuatan asusila yang lain. Menurut Zakiah Daradjat (dalam Imam M, 2010:102) mengatakan bahwa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju kedewasa atau perpanjangan masa kanak-kanak sebelum masa dewasa. Sedangkan menurut Mappiare bahwa batas usia remaja berada dalam usia 12 sampai 21 tahun bagi wanita sedangkan untuk laki-laki berusia 13 sampai 22 tahun. Perkembangan aspek fisik yang ditandai adanya perubahan fisik serta bertambahnya tinggi badan dan berat badan. Perubahan otot serta munculnya tanda-tanda seksual sekunder, perkembangan aspek psikis meliputi keadaan emosi, kognisi, dan pemahaman terhadap dirinya. Perkembangan aspek sosial dalam melakukan interaksi. Ketiga aspek berkembang saling berkaitan dan saling mempengaruhi menurut Imam Musbikin (2013:2). Berbicara mengenai kenakalan remaja (siswa) merupakan masalah yang sangatlah penting dan menarik untuk dibahas karena siswa merupakan bagian dari generasi muda yang merupakan asset nasional dan tumpuan harapan bagi masa depan Bangsa dan Negara serta agama kita ini, maka sudah tentu menjadi kewajiban dan tugas kita semua baik orang

3 tua, guru dan pemerintah untuk mempersiapkan generasi muda menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan yang luas dengan jalan membimbing dan mengarahkan mereka semua ke arah yang lebih baik agar tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas menurut Imam Musbikin (2013:2). Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, dalam mempersiapkannya juga sangat tergantung kepada kebudayaan masyarakat. Termasuk tentang pentingnya memberikan filter terhadap hal hal negatif pada remaja, salah satu diantaranya adalah seks bebas. Pengetahuan remaja Indonesia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi masih sangat sedikit. Masyarakat masih menganggap tabu segala sesuatu yang berhubungan dengan seks dan penyuluhan dari pemerintah masih kurang. Sedangkan lingkungan pergaulan remaja semakin sulit dikontrol. Siswa-siswi pada usia remaja merupakan masa pencarian jati diri yang mendorongnya mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol, dan diakui eksistensinya. Diusia remaja, akibat pengaruh hormonal, juga mengalami perubahan fisik yang cepat dan mendadak. Hal ini menjadikan siswa-siswi pada usia remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual menurut Apri Sulistianingsih (2010:5). Permasalahan pergaulan bebas sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini, belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat dianggap lagi sebagai suatu

4 persoalan sederhana, karena tindakan tersebut merupakan tindakan yang melanggar norma dan merugikan generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru, hal ini disebabkan karena pelaku dan korbannya sebagian besar adalah kaum muda (remaja). Akibat rasa ingin tahu remaja yang sangat kuat dan keinginan untuk memenuhi dorongan seksual dapat mengalahkan pemahaman terhadap norma, kontrol diri, dan pemikiran rasional, sehingga muncullah perilaku coba-coba berhubungan seksual yang akhirnya ketagihan. Dapat diduga bahwa terjadi pergaulan bebas di kalangan remaja karena ketidaktahuan remaja tentang gejolak perkembangan remaja dan resiko pergaulan bebas menurut Tropical, E. (2012:3). Maraknya pergaulan bebas saat ini dapat berpengaruh serta membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari, remaja harus diselamatkan dari pergaulan bebas yang sudah seperti tidak asing lagi di lingkungan para remaja (siswa). Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk, sementara kebudayaan tersebut tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan asing yang telah marak terjadi di indonesia seperti free sex, narkoba,dan masih banyak lagi pergaulan yang lain. Penyalahgunaan teknologi dan pergaulan jugalah yang mengawali adanya pergaulan bebas di kalangan remaja, saat ini media yang sering digunakan untuk mendapatkan semua hal tentang pergaulan bebas adalah

5 internet. Karena, internet itu memudahkan setiap orang untuk mengakses berbagai informasi dari dalam dan luar negeri, gambar-gambar porno dan artikel-artikel yang menyesatkan tentang seks dengan mudah dapat diakses oleh para remaja kita. Pergaulan bebas menjadi kambing hitam bagi tingginya angka kehamilan remaja. Gaya hidup remaja kota terutama sangat rentan terhadap pergaulan bebas ini. Untuk mencegah pengaruh pergaulan bebas di kalangan siswa remaja, peran guru pembimbing sangatlah penting didalam memberikan bimbingan moral, menumbuhkan penalaran moral siswa. Bimbingan merupakan bagian integral dari program pendidikan di sekolah yang sasarannya adalah memberikan bantuan psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah. Diharapkan sekolah dapat mencegah maraknya pergaulan bebas yang mudah mempengaruhi siswa remaja saat ini. Namun pada kenyataannya masih ada beberapa siswa yang terjerumus kedalam pergaulan bebas, yang berdampak pada masa depannya. Natawidjaya (Eco Tropical,2012:8) mengatakan, bimbingan adalah suatu pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya, dan bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Siswa-siswi pada usia remaja menjadi sosok yang sangat menarik untuk diperbincangkan tentang kaitannya dengan perilaku seks bebas. Siswa-siswi pada usia remaja merupakan masa pencarian jati diri yang

6 mendorongnya mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol, dan diakui eksistensinya. Namun disisi lain mengalami ketidakstabilan emosi sehingga mudah dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas kelompok. Diusia remaja, akibat pengaruh hormonal, juga mengalami perubahan fisik yang cepat dan mendadak. Perubahan ini ditunjukkan dari perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ genetalia sekunder. Hal ini menjadikan siswa-siswi pada usia remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual. Namun terbatasnya bekal dan pengetahuan yang dimiliki menjadikan remaja memang masih memerlukan perhatian dan pengarahan Menurut Okanegara (dalam Wati S.E, 2014). Dampak dari pergaulan bebas sangat berbahaya bagi kaum remaja yang akhirnya berujung kepada HIV/AIDS, dan penyakit lainnya. Dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari segala segi. Menurut seorang ahli, Dr. Raditya (Dwi Okta Pristiwanti:2013) ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks di kalangan remaja, yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual. Kehamilan di usia remaja bahkan sudah terbukti dapat memberikan resiko terhadap ibu dan janinnya. Resiko tersebut adalah disproporsi (ketidak sesuaian ukuran) janin, pendarahan, cacat bawaan janin, dan lain-lain. Menurut hasil pra-observaasi yang telah dilakukan, didapat inforrmasi dari guru Bimbingan dan Konseling bahwa fenomena yang terjadi di SMK Negeri 6 Pontianak, ada beberapa siswa yang berperilaku

7 mengarah pada perilaku pergaulan bebas yang terindikasikan pacaran dalam konteks layaknya orang dewasa. Hal-hal seperti inilah yang dikategorikan perilaku pergaulan bebas dimana perilaku tersebut menjadi catatan kasus di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Pontianak. Hasil informasi yang telah didapat tersebutlah peneliti memutuskan untuk menganalisis tentang pergaulan bebas pada siswa/siswi yang ada pada sekolah tersebut, khususnya pada siswa kelas X Multimedia di SMK Negeri 6 Pontianak. Dengan judul penelitian Analisis Peranan Guru Terhadap Pergaulan Bebas Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara. B. Masalah Penelitian Masalah umum dari penelitian ini adalah Bagaimanakah analisis peranan guru tentang pergaulan bebas di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara? Dari masalah tersebut dibuatlah lebih rinci kedalam sub masalah, sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran umum pergaulan bebas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara? 2. Bagaimanakah peranan guru bidang studi terhadap pergaulan bebas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara?

8 3. Bagaimanakah peranan kepala sekolah terhadap pergaulan bebas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara? 4. Bagaimanakah peranan guru BK terhadap pergaulan bebas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mendapatkan informasi yang jelas tentang peranan guru terhadap pergaulan bebas di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara Tujuan penelitian ini secara rinci adalah : 1. Gambaran umum pergaulan bebas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara 2. Peranan guru bidang studi terhadap pergaulan bebas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara 3. Peranan kepala sekolah terhadap pergaulan bebas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara 4. Peranan guru BK Terhadap pergaulan bebas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Pontianak Utara D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini berupa manfaat teoritis dan praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

9 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis adalah manfaat yang terkait dengan konstribusi tertentu dari penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan serta dunia akademis. Dalam penelitian ini manfaat teoritis adalah sebagai berikut : a. Memperkaya konsep untuk menambah pengetahuan teori tentang mengatasi pergaulan bebas. b. Untuk menambah pengetahuan siswa dalam memahami teori yang telah disampaikan tentang pergaulan bebas. c. Dapat memberikan pemahaman secara tuntas kepada siswa mengenai teori yang telah disampaikan. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis adalah manfaat yang berkaitan dengan konstribusi tertentu yang diberikan dari penyelenggaraan penelitian terhadap objek penelitian, baik individu, kelompok maupun organisasi. Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan pembelajaran sebagai berikut : a. Siswa :Mereka mendapatkan pemahaman serta dapat membedakan bagaimana cara bergaul tentang hal yang baik atau buruk. b. Guru BK :Sebagai studi bagi guru BK terkait kasus kenakalan remaja / pergaulan bebas

10 c. Peneliti :Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti dalam membangun dunia pendidikan yang lebih baik. E. Ruang Lingkup Penelitian Dalam ruang lingkup penelitian ini meliputi variable penelitian dan definisi operasional, sebagai berikut : 1. Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2011:38) Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Hal ini juga ditambahkan oleh Zuldafrial (2012:13) Variabel adalah sebagai atribut dari seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang lain atau antara satu objek dengan objek lainnya. Berdasarkan pendapat beberapa para ahli, dapat disimpulkan bahwa variable penelitian ialah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi dan menarik kesimpulan dari hal tersebut. Adapun variabel dalam penelitian pergaulan bebas, dengan aspek-aspek :

11 a. Perzinaan b. Kumpul kebo c. Hamil luar nikah (Sarwono,2007:244-245) 2. Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan untuk memberikan gambaran yang sama antara peneliti dan pembaca untuk memahami istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun yang perlu diberikan definisi adalah : a. Pergaulan bebas Pergaulan bebas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran (norma hukum dan norma agama). b. Perzinaan Perzinaan adalah aktivitas hubungan seksual yang dilakukan sepasang kekasih tanpa ada ikatan pernikahan yang sah. Perzinaan rentan dilakukan oleh pasangan muda bahkan remaja. c. Kumpul kebo Kumpul kebo adalah berkumpulnya pasangan kekasih dalam satu tempat tinggal tanpa ikatan pernikahan yang sah. Banyak pasangan

12 kekasih tidak ingin tidak ingin melangsungkan pernikahan, namun memutuskan untuk tinggal bersama. d. Hamil luar nikah Hamil diluar nikah merupakan akibat perzinaan, sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Melakukan hubungan dengan pasangan dan tinggal dengan pasangan tanpa adanya ikatan yang sah.