PENGARUH PERLAKUAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH JAGUNG (Zea mays L.) DAN PADI GOGO (Oryza sativa L.).

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERLAKUAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG. Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENINGKATAN PERFORMANSI BENIH KACANGAN DENGAN PERLAKUAN INVIGORASI. Agus Ruliyansyah 1

PERLAKUAN MATRICONDITIONING BENIH SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN VIGOR DAN VIABILITAS BENIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

Yudhi Arie Priyanto 1, 1 Institut Pertanian Bogor. *

Dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Jl. SiliwangiNo 24 Kotak Pos164 KodePos Tasikmalaya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

I. PENDAHULUAN. baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia,

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

BAB I PENDAHULUAN. Tembakau termasuk dalam family Solanaceae yang banyak di. budidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Perbanyakan tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MUTU BENIH JAGUNG DI TINGKAT PETANI DAN PENANGKAR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

PENGARUH HIDRASI DEHIDRASI DAN DOSIS NPK PADA VIABILTAS BENIH KEDELAI

PENGARUH PERLAKUAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max. L. Merril)

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

STUDI METODE INVIGORASI PADA VIABILITAS DUA LOT BENIH KEDELAI YANG TELAH DISIMPAN SELAMA SEMBILAN BULAN

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MUTU BENIH JAGUNG HASIL TANGKARAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DAN WAJO, SULAWESI SELATAN. Rahmawati dan I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

Halimursyadah et al. (2013) J. Floratek 8: 73-79

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

MUTU FISIOLOGI BENIH JAGUNG (Zea mayzs L.) PADA BEBERAPA PERIODE SIMPAN

PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

INVIGORASI UNTUK MENINGKATKAN VIABILITAS, VIGOR, PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr. ) SKRIPSI

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI LOKAL BANGKA AKSESI MAYANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%

PENDAHULUAN. Latar Belakang

MAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG

PEMBERIAN KNO 3 DAN AIR KELAPA PADA UJI VIABILITAS BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) SKRIPSI OLEH :

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI KALIUM NITRAT TERHADAP VIABILITAS BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DAN ROBUSTA (Coffea robusta L) SKRIPSI OLEH :

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.) memiliki nilai ekonomi yang cukup

Agros Vol.16 No.1 Januari 2014: ISSN

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE YANG BERBEDA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI SECARA KIMIA TERHADAP VIABILITAS BENIH DELIMA (Punica granatum L.) SKRIPSI. Oleh :

MUTU BENIH JAGUNG PADA BERBAGAI CARA PENGERINGAN. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT)

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

Seed Coating untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Kakao. Sulistyani Pancaningtyas 1)

PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr)

PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA TUMBUH BENIH 3 VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea)

Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami

KER~NG PANEN DALAM KONDISI SUHU SUB OPTIMUM TERHADAP VlABILlTASNYA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

Pengaruh Campuran Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kubis Bunga (Brassica oleracea L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

Cut Nur Ichsan (2006) J. Floratek 2 : 37 42

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

1. Kecambah Normal. adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

Transkripsi:

PENGARUH PERLAKUAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH JAGUNG (Zea mays L.) DAN PADI GOGO (Oryza sativa L.). The Influence of Invigoration Treatment Into Corn Seed Viabilitation (Zea mays L.) and Gogo Rice Seed Viabilitation (Oryza sativa L.). Darul Zumani 1), Rakhmat Iskandar 2), Maman Suryaman. 3), 1) 2) 3) Dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Jl. SiliwangiNo 24 Kotak Pos164 KodePos 46115 Tasikmalaya. Korespondensi: HP081320797855,e-mail:zumanidarul@yahoo.co.id ABSTRACT This research goals is to look for the best invigoration treatment in upgrading corn seed viabilitation andgogo rice seed viabilitation. The experiment was carried out in The Production Laboratory of Agriculture Faculty of Siliwangi University In Tasikmalaya. Started in May 2016 until June 2016. This research used Group Random Project with eight treatment and repeated four times which consisted of : A (no treatment), B (soaked control ), C (Matriconditioning chaff ash), D (Matriconditioning sawdust), E (Matriconditioning vermiculite), F (Osmosconditioning PEG), G (Osmoconditioning MgSO 4 ), H (Osmoconditioning ). To know the research result, data tested by F test which was followed by contrast ortogonal test. The research result showed that invigoration treatment influential to corn viabilitation and gogo rice which had experienced deterioration which was shown by getting more bud percentage, growth sudden, budding speed, root lenght, bud height, bud dry weight and electrical laying down capacity. Matriconditioninginvigoration treatment was better thanosmoconditioningtreatment and the best among matriconditioninginvigoration treatment enhancing viability of corn was sawdust and enhancing viability of gogo rice was chaff ash. Keyword : Invigoration, Viabilitation, Matriconditioning, Osmoconditioning. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mencari perlakuan invigorasi yang paling baik dalam meningkatkan viabilitas benih jagung dan padi gogo. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya pada bulan Mei Juni 2016. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan delapan perlakuan dan diulang empat kali yang terdiri dari : A (tanpa perlakuan), B (Kontrol yang direndam ), C (Matriconditioning abu sekam), D (Matriconditioning serbuk gergaji), E (Matriconditioning vermikulit), F (Osmoconditioning PEG), G (Osmoconditioning MgSO 4 ), H (Osmoconditioning ). Untuk mengetahui hasil penelitian, data diuji dengan uji F yang dilanjutkan dengan uji ortogonal kontras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan invigorasi berpengaruh baik terhadap viabilitas benih jagung dan padi gogo yang sudah mengalami deteriorasi, yang ditunjukan oleh meningkatnya persentase kecambah, keserempakan tumbuh, panjang akar, tinggi kecambah, bobot kering kecambah dan menurunnya daya hantar listrik Perlakuan invigorasi matriconditioning menujukkan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan viabilitas benih jagung dan padi gogo dibandingkan dengan perlakuan osmoconditioning. dalam kelompok perlakuan invigorasi matriconditioning,serbuk gergaji memberikan hasil yang paling baik dalam meningkatkan viabilitas benih jagung, dan abu sekam memberikan hasil yang paling baik dalam meningkatkan viabilitas benih padi gogo. Kata kunci : Invigorasi, Viabilitas, Matriconditioning, Osmoconditioning

I. PENDAHULUAN Benih akan mengalami deteriorasi yaitu proses penurunan mutu benih secara berangsur angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih (kemampuan benih berkecambah pada keadaan yang optimum atau penurunan daya kecambah (Ana Hedjo, 2012). Sedangkan menurut Syamsoe oed Sadjad (1993) kemunduran benih adalah berkurangnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik, fisiologi maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih. Menurut Setijo Pitojo (2003) laju kemunduran benih dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan, deterorasi karena faktor genetik biasa disebut proses deteriorasi yang kronologis, artinya walaupun benih ditangani dengan baik dan faktor lingkungannya pun mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung, detereorasi karena faktor lingkungan biasa disebut proses deteriorasi fisiologis, proses ini terjadi karena adanya faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan persyaratan penyimpanan benih, atau terjadi proses penyimpangan selama pembentukan dan prosesing benih. Penyebab kemunduran benih diantaranya autooxidasi lipid hal ini dapat terjadi pada benih jika kadar air benih kurang dari 6 persen, konsentrasi O 2 tinggi dan suhu tinggi, degradasi struktur fungsional yang ditandai dengan hilangnya permeabilitas membran sel dan rusaknya membran mitokondria serta ribosom sehingga tidak mampu berisolasi dan menyebabkan sintesis protein terhambat, serta terjadinya degradasi dan inaktivasi Enzim. Invigorasi adalah perlakuan benih yang banyak digunakan dalam upaya meningkatkan vibilitas benih, perlakuan invigorasi dapat berupa osmoconditioning dan matriconditioning. Osmoconditioningmerupakan perbaikan fisiologis dan biokimia benih selama penundaan perkecambahan oleh potensial osmotik rendah dan potensial matrik yang diabaikan dari media imbibisi. Perbaikan ini berhubungan dengan kecepatan dan keserempakan perkecambahan serta perbaikan dan peningkatan potensial perkecambahan, Larutan yang biasa digunakan dalam osmoconditioning adalah PEG, KNO 3, K 3 PO 4, MgSO 4,, gliserol dan manitol. Matriconditioning adalah penggunaan media padat yang dilembabkan. Media yang digunakan untuk matriconditioning harus mempunyai potensial matrik rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan, daya larut rendah, tetapi utuh selama perlakuan, tidak beracun, dan daya pegang air tinggi. Selain itu matrik mampu mengalirkan air yang tinggi, memiliki luas permukaan yang besar, berat jenis rendah, dan mampu melekat pada kulit benih (Khan et al., 1992). Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk matriconditioning diantaranya adalah serbuk gergaji, abu gosok, vermikulit, vermikulit dan micro-cell E. Perlakuan osmoconditioning bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan potensial air antara benih dan media osmotik, senyawa yang dipergunakan diharapka dapat menurunkan potensial osmotik larutan dan mampu mengikat air. Benihyang direndam dalam larutan osmotikum akan cepat berkecambah yang dimulai dengan proses imbibisi yang lebih cepat,selanjutnya akan mengakibatkan proses berikutnyapun seperti pecahnya kulit benih, aktivasi enzim dan hormon, perombakan cadangan makanan, translokasi nutrisi dan keluarnya radikel akan terjadi lebih awal (Rusmin dan Devi, 2004). Matriconditioning adalah perlakuan hidrasi terkontrol yang dikendalikan oleh media padat lembab dengan potensial matriks rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan.. Matriconditioningberbeda dengan

osmoconditioning Matriconditioning adalah istilah yang sesuai untuk conditioning yang menggunakan media yang memiliki potensial matriks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invigorasi terhadap viabilitas benih jagung dan padi gogo yang telah mengalami deterorasi. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi Tasikmalaya pada bulan September sampai dengan Oktober 2016. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Benih Jagung dan Padi Gogo yang telah mengangalami deteriorasi. Bahan invigorasi osmoconditioning yaitu Larutan, KNO 3,Mg SO4 dan,.bahan invigorasimatriconditioningyaitu : serbuk gergaji, abu gosok dan.alat alat yang digunakan adalah : Baki perkecambahan, Germinator, Termometer max-min, Oven, Neraca digital. Conductivity meter Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang diulang 4 kali, dengan perlakuan sebagai berikut: A = Tanpa perlakuan B = Kontrol: benih yang direndam selama 6 jam dengan C = Matriconditioning : (benih direndam selama 6 jam dalam campuran abu sekam : air dengan perbandingan 1 : 3) D = Matriconditioning (benih direndam selama 6 jam dalam campuran serbuk gergaji : air dengan perbandingan 1 : 3) E = Matriconditioning (benih direndam selama 6 jam dalam campuran vermikulit : air dengan perbandingan 1 : 3) F = Osmoconditioning (benih direndam selama 6 jam dengan larutan pada konsentrasi 5 %,) G = Osmoconditioning (benih direndam selama 6 jam dengan larutan MgSO4 pada konsentrasi 5%) H = Osmoconditioning (benih direndam selama 6 jam dengan larutan Na Cl pada konsentrasi 5%) Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan pengamatan terhadapparameter-parameter berikut : sebagai (a) PersentaseDaya Berkecambah. Persentase perkecambahan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : (b) KeserempakanTumbuh Keserempakan tumbuh dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: (c) KecepatanTumbuh Kecepatan tumbuh dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan : ni : Σ benih yang berkecambah pada hari ke-i hi : Σ hari yang diperlukan untuk mencapai jumlah kecambah ke-i

Tanpa Perl. Mg SO4 (d) Panjang Akar Panjang akar diukur pada akhir pengamatan yaitu dengan cara mencabut kecambah yang tumbuh, selanjutnya diukur panjang akarnya. (e) Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur dimulai dari atas permukaan media sampai titik tumbuh, pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada akhirpercobaan. (f) Bobot Kering Tanaman Penimbangan bobot kering tanaman dilakukan setelah dikeringkan dalam oven yang bersuhu 105 0 C sampai mencapai bobot konstan. (g) Daya Hantar Listrik. Sampel benih yang telah diberi perlakuan invigorasi direndam pada air bebas ion selama 24 jam kemudian diukurmenggunakan alat conducivity meter Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis sidik ragam, Jika perlakuan memberi perbedaan yang nyata atau memiliki ragam yang berbeda, maka pengujian dilanjutkan dengan uji ortogonal kontras. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas Benih Jagung Data pengaruh perlakuan invigorasi terhadap daya kecambah, keserempakan tumbuh, daya hantar listrik, kecepatan tumbuh, panjang akar, tinggi tanaman, dan bobot kering tanaman benih jagung yang telah mengalami deterorasi dapat dilihat pada gambar 1, 2, 3, 4 dan 5.sebagai berikut :. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Gambar 1. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap daya berkecambah dan keserempakan tumbuh benih jagung. Daya Berkecambah Keserempakan Tumbuh

Tanpa Perl. Mg SO4 Tanpa Perl. MgSO4 Tanpa Perl. Mg SO4 60 50 40 30 20 10 0 Gambar 2. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap daya hantar listrik benih jagung. Daya Hantar Listrik 7,8 7,6 7,4 7,2 7 6,8 Gambar 3. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap kecepatan berkecambah benih jagung. Kecepatan Berkecambah Gambar 4. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap panjang akar dan tinggi tanaman jagung (11 HST). 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Panjang Akar Tinggi Tanaman

Tanpa Perl. Mg SO4 Gambar 5. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap bobot kering tanaman jagung (11 HST). 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Bobot kering tanaman Berdasarkan hasil uji ortogonal kontras perlakuan invigorasi berpengaruhterhadap daya kecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, panjang akar, tinggi tanaman, bobot kering tanaman dan daya hantar listrik benih jagung yang telah mengalami deterorasi( Tabel 3 dan Tabel 4 ). Tabel 1. Hasil uji ortogonal kontraspengaruh perlakuan invigorasi terhadap daya berkecambah, keserempakan tumbuh dan kecepatan tumbuh benih jagung. Sumber Keragaman Daya Keserempakan Kecepatan F 0,05 F 0,01 Berkecambah Tumbuh Tumbuh Ulangan 0,90 6,41* 2,42 3.07 4.87 Perlakuan 18,11** 20,65** 6,26* 2.49 3.65 A vs (B,C,D,E,F,G,H) 50,06** 54,04** 32,78** 4.32 8.02 B vs (C,D,E,F,G,H) 3,73 3,34 0,05 4.32 8.02 (C,D,E) vs,(f,g,h) 62,28** 77,31** 9,10* 4.32 8.02 C vs (D,E) 2,52* 2,14 0,16 4.32 8.02 D vs E 7,56 7,61* 0,01 4.32 8.02 F vs (G,H) 0,63 0,06 0,11 4.32 8.02 G vs H 0,029 6,41* 1,60 4.32 8.02 Keterangan: * = berbedanyatamenurutujiortogonalkontras. ** = berbeda sangat nyata menurut Uji Ortogonal Kontras F hitung Tabel 2. Hasil uji ortogonal kontras pengaruh perlakuan invigorasi terhadap pajang akar kering tanaman daya hantar listrik. Sumber Keragaman Panjang Akar Tinggi Tanaman primer, tinggi tanaman, bobot F hitung F0,05 F0,01 Bobot Kering Tanaman Daya Hantar Listrik Ulangan 0.56 0.39 0,76 0,13 3.07 4.87 Perlakuan 6.29* 3.81* 4,95* 20,93* 2.49 3.65 A vs (B,C,D,E,F,G,H) 0.68 1.64 1,84 124,16** 4.32 8.02 B vs (C,D,E,F,G,H) 2.61 0.85 0,25 2,98 4.32 8.02 (C,D,E) vs,(f,g,h) 31.73** 11.50** 6,58* 12,88* 4.32 8.02 C vs (D,E) 0.01 0.22 0,97 1,08 4.32 8.02 D vs E 6.63* 10.26** 24,83** 4,94* 4.32 8.02 F vs (G,H) 0.67 0.60 0,18 0,43 4.32 8.02 G vs H 1.72 1.64 0,02 0,06 4.32 8.02 Keterangan: * =berbedanyatamenurutujiortogonalkontras. ** = berbeda sangat nyata menurut Uji Ortogonal Kontras

Perlakuan invigorasi B, C, D, E,F,G dan H (aquadest, abu sekam, serbuk gergaji, vermikulit,, MgSO 4 dan )berbeda nyata dengan perlakuan A ( tanpa invigorasi) pengaruhnya terhadap daya kecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh dan daya hantar listrik. Kelompok perlakuan invigorasi matriconditioningberbeda nyata dengan kelompok perlakuan osmoconditioning dalam daya kecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, daya hantar listrik, panjang akar primer, tinggi tanaman dan bobot kering tanaman. Kelompok perlakuan invigorasi matriconditioning berpengaruh lebih baik dibandingkan dengankelompok perlakuan osmoconditioning, dalam kelompok perlakuan matriconditioning perlakuan invigorasi menggunakan serbuk gergaji memberikan hasil rata-rata paling baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya dalamdaya berkecambah yaitu 82,5 persen, keserempakan tumbuh yaitu 65,00 persen (Gambar 1.),waktu berkecambah yaitu 7,15 hari (Gambar 3.),panjang akar yaitu 33,07 cm, tinggi tanamanyaitu28,07 cm (Gambar 4),rata-ratabobot kering tanamanyaitu16,63 g (Gambar 5.),dan daya hantar listrik paling rendah yaitu16,850 μs/cm/g (Gambar 2.) Perlakuan matriconditioning menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan osmoconditioning` hal ini disebabkan karena perlakuan invigorasi matriconditioning memiliki daya pegang air yang tinggi dan mampu melepaskan air untuk proses imbibisi secara perlahan sesuai kebutuhan benih, sehingga proses imbibisi berjalan lebih terkontrol,airakan masuk ke dalam benih secara perlahan sampai terjadi keseimbangan. Imbibisi yang terkontrol ini. memungkinkan benih mengoptimalkan faktor internalnya untuk memulai perkecambahan seperti pemulihan integritas membran, karena benih yang telah mengalami deteriorasi, membrannya mengalami kerusakan. Sedangkan pada perlakuan invigorasi osmoconditioning` tidak memiliki daya pegang air, air langsung masuk ke bagian membran benih sehingga proses imbibisi berlangsung cepat, hal ini dapat menyebabkan rusaknya struktur membran benih (Rouhi et.al., 2011), hal ini diperjelasoleh data daya hantar listrik dimana perlakuan invigorasi osmoconditioning daya hantar listriknya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan invigorasi matriconditioning (Gambar 2.), dan pada kelompok perlakuan matriconditioning penggunaan serbuk gergaji menunjukan nilai daya hantar listrik paling rendah, hal ini terjadi karena selama proses imbibisi benih yang memiliki struktur membran lemah akan melepaskan kolodial sitoplasmik (Copel dan Mc Donald 2001), kolodial dengan sifat elektrolit ini dapat dideteksi dan hal ini ditunjukkan dengan tingginya nilai daya hantar listrik. Menurut (Agus Ruliyansyah, 2011) terganggunya struktur membran akan menyebabkan berbagai perubahan metabolik dan mengganggu proses perkecambahan benih. 3.2. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo. Data pengaruh perlakuan invigorasi terhadap daya kecambah, keserempakan tumbuh, daya hantar listrik, kecepatan tumbuh, panjang akar, tinggi tanaman, dan bobot kering tanaman benih padi gogo yang telah mengalami deterorasi dapat dilihat pada gambar 6, 7, 8, 9 dan 10. sebagai berikut

Tanpa Perlakuan MgSO4 hari Tanpa Perlakuan MgSO4 Tanpa Perlakuan MgSO4 100% 90% 80% 70% 60% 50% Gambar 6. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap daya berkecambah dan keserempakan tumbuh benih padi gogo. Daya Berkecambah Keserempakan Tumbuh 60 55 50 45 40 35 30 25 20 Gambar 7. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap daya hantar listrik benih padi gogo. Daya hantar listrik Gambar 8. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap kecepatan berkecambah benih padi gogo. 10,7 10,6 10,5 10,4 10,3 10,2 10,1 Kecepatan Berkecambah

Tanpa Perlakuan MgSO4 gram Tanpa Perlakuan MgSO4 cm Gambar 9. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap panjang akar dan tinggi tanaman padi gogo (13 HST). 35 30 25 20 15 10 5 0 Panjang Akar Tinggi Tanaman Gambar 10. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap bobot kering tanaman padi gogo (13 HST). 3,5 4 2,5 3 1,5 2 0,5 1 0 Bobot Kering Tanaman Berdasarkan hasil uji ortogonal kontras perlakuan invigorasi berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, dan daya hantar listrik benihpadi gogo yang telah mengalami deterorasi( Tabel 3 dan Tabel 4 ). Perlakuan invigorasi B, C, D, E,F,G dan H (aquadest, abu sekam, serbuk gergaji, vermikulit,, MgSO 4 dan ) berbeda sangat nyata dengan perlakuan A ( tanpa invigorasi) pengaruhnya terhadap daya berkecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh dan daya hantar listrik. Sedangkan perbandingan antar kelompok perlakuan, kelompok perlakuan invigorasi matriconditioning berbeda nyata dengan kelompok perlakuan invigorasi osmoconditioning. Kelompok perlakuan invigorasi matriconditioning memberikan hasil lebih baik dibandingkan kelompok perlakuan invigorasi osmoconditioning dalam daya berkecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, daya hantar listrik, panjang akar primer, tinggi tanaman dan bobot kering tanaman (Gambar 6, 7, 8, 9, 10). Dalam kelompok perlakuan matricon ditioning perlakuan invigorasi menggunakan abu sekam memberikan hasil rata-rata paling baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya dalam

daya berkecambah yaitu 94,75persen, keserempakan tumbuh yaitu 85,75persen (Gambar 6.),kecepatan berkecambah yaitu 10,34 hari (Gambar 7.),panjang akar yaitu14,93cm, tinggi tanamanyaitu31,12cm (Gambar 8), rataratabobot kering tanamanyaitu3,64 g (Gambar 9.),dan daya hantar listrik paling rendah yaitu28,47μs/cm/g (Gambar 10.) Tabel 3. Hasil uji ortogonal kontraspengaruh perlakuan invigorasi terhadap daya berkecambah, keserempakan tumbuh dan kecepatan tumbuh benih padi gogo. F hitung SumberKeragaman Daya Keserempakan Kecepatan F 0,05 F 0,01 Berkecambah Tumbuh Tumbuh Ulangan 1,05 0,88 2,94 3.07 4.87 Perlakuan 24,62** 15,85** 30,29** 2.49 3.65 A vs (B,C,D,E,F,G,H) 150,29** 93,64** 175,09** 4.32 8.02 B vs (C,D,E,F,G,H) 3,58 0,92 1,78 4.32 8.02 (C,D,E) vs,(f,g,h) 12,26** 4,96* 21,66** 4.32 8.02 C vs (D,E) 4,54* 5,14* 8,42* 4.32 8.02 D vs E 0,10 0,04 1,81 4.32 8.02 F vs (G,H) 0,21 2,53 0,93 4.32 8.02 G vs H 1,26 3,72 2,32 4.32 8.02 Keterangan: * =berbedanyatamenurutujiortogonalkontras. ** = berbeda sangat nyata menurut Uji Ortogonal Kontras Tabel 4. Hasil uji ortogonal kontraspengaruh perlakuan invigorasi terhadappajang akar primer, tinggi tanaman, bobot kering tanaman daya hantar listrik SumberKeragaman F hitung Panjang Akar Tinggi Kecamabah Bobot kering tanaman Daya Hantar Listrik F 0,05 F 0,01 Ulangan 0,52 0,51 1,29 0,81 3.07 4.87 Perlakuan 9,10** 2,99* 6,49* 4,63* 2.49 3.65 A vs (B,C,D,E,F,G,H) 1,95 0,07 0,59 22,01** 4.32 8.02 B vs (C,D,E,F,G,H) 1,73 0,48 2,69 0,10 4.32 8.02 (C,D,E) vs,(f,g,h) 6,17* 12,58* 31,92** 4,95* 4.32 8.02 C vs (D,E) 52,80** 5,34* 6,50* 4,57* 4.32 8.02 D vs E 0,003 2,05 3,29 0,27 4.32 8.02 F vs (G,H) 1,02 0,07 0,40 0,003 4.32 8.02 G vs H 0,012 0,36 0,02 0,53 4.32 8.02 Keterangan: * =berbedanyatamenurutujiortogonalkontras. ** = berbeda sangat nyata menurut Uji Ortogonal Kontras Dari beberapa parameter yang diamati perlakuan matriconditioning menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan osmoconditioning dalam meningkatkan viabilitas benih. Hal ini disebabkan karena perlakuan invigorasi matriconditioning memiliki fase imbibisi yang lebih lama dibanding invigorasi osmoconditioning. Proses imbibisi ke dalam benih lebih terkontrol karena bahan matriconditioning memiliki daya pegang air yang baik. Sedangkan invigorasi osmoconditioning` tidak memiliki daya pegang air, air langsung masuk ke bagian membran sehingga proses imbibisi berlangsung cepat, hal ini dapat

menyebabkan rusaknya membran benih. Kerusakan membran benih pada perlakuan osmoconditioning dapat ditunjukkan oleh tingginya nilai daya hantar listrik dan berbedanyata dengan perlakuan matriconditioning.selanjutnya pada perlakuan invigorasi matriconditioning,benih mengalami proses imbibisi yang lebih terkontrol sehingga air ataupun cairan masuk ke dalam benih berlangsung secara perlahan sampai terjadi keseimbangan. Imbibisi yang terkontrol ini memungkinkan benih mengoptimalkan faktor internalnya untuk memulai perkecambahan seperti pemulihan integritas membran, karena benih yang telah mengalami deteriorasi, membrannya mengalami kerusakan. Dalam kelompok perlakuan matricon ditioningabu sekam menunjukkan pengaruh yang paling baik dalam meningkatkan viabilitas benih padi gogo yang telah mengalami deteriorasi, hal ini diduga karena abu sekam mengandung silikat yang dapat mengikis kulit benih padi gogo saat pencampuran abu, air, dan benih dilakukan. terkikisnya atau membukanya kulit benih berpengaruh baik dalam proses imbibisi,gusti Ayu Kade Sutariati, (2014) melaporkan berdasarkan penelitiannya bahwa perlakuan matriconditioning abu sekamberpengaruh baik terhadap persentase perkecambahan benih padi yang sudah mengalami deteriorasi.menurut Bakri, (2012) Kandungan silikat pada abu sekam berkisar antara 92% 95%, sangat porus dan ringan, dan memiliki luas permukaan yang sangat besar, abu sekam juga memiliki aktifitas pozzolanic yang sangat tinggi serta mengadung K 2 O, Na 2 O, MgO yang dapat membantu proses imbibisi dengan baik. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Perlakuan invigorasi berpengaruh terhadap viabilitas benih jagung dan padi gogo yang sudah mengalami deteriorasi. 2) Perlakuan invigorasi matriconditioning me nujukkan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan viabilitas benih jagung dan padi gogo dibandingkan dengan perlakuan osmoconditioning. 3) Dalam kelompok perlakuan invigorasi matriconditioning,serbuk gergaji memberikan hasil yang palingbaik dalam meningkatkan viabilitas benih jagung, danabu sekam memberikan hasil yang palingbaik dalam meningkatkan viabilitas benih padi gogo. 4.1. Saran Untuk meningkatkan viabilitas benih jagung yang sudah mengalami deteriorasi disarankan untuk diberi perlakuan invigorasi matriconditioning menggunakan serbuk gergaji. Sedangkan untuk meningkatkan viabilitas benih padigogo yang sudah mengalami deteriorasi disarankan untuk diberi perlakuan invigorasi matriconditioningmenggunakanabusekam. Ucapan Terima Kasih : kepada Kementrian Riset, Tekologi dan Pendidikan Tinggi c.q LPPM dan PM Universitas Siliwangi yang telah membia yai Penelitian ini melalui DIPA Unsil Tasikmalaya DAFTAR PUSTAKA Agus Ruliyansyah. 2011. Peningkatan Per formansi Benih Kacangan Dengan Perlakuan Invigorasi. Perkebunan dan Lahan Tropika ISSN: 2088-6381 J. Tek. Perkebunan & PSDL Vol 1, Juni 2011,hal 13-18 Ana Hedjo. 2012. Makalah Kemunduran Benih. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Ance.G.Kartasapoetra. 1989. Teknologi Benih. Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara. Jakarta. Astuti, D. 2009. Pengaruh Matriconditioning Plus Minyak Cengkeh Terhadap Viabilitas, Vigor, dan Kesehatan Benih Padi (Oryza sativa) yang Terinfeksi Alternaria padwickii

(Ganguly) M. B. Ellis. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bakri. 2012. Peranan Abu sekam untuk Mengurangi Porositas Conblok Ringan Sekam Padi. Journal Perennial.Vol 8 No. 1: 6-12. Universitas Hasanudin. Makassar. Copeland, L. O and M. B. Mc. Donald. 2001. Principle of Seed Science and Technology. 4 th ed. Kluwer Academic. Publisher Massachusetts. Fauziah Koes dan Ramlah Arief. 2010. Pengaruh Perlakuan Matriconditioning Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Gusti Ayu Kade Sutariati. 2014. Invigorasi Benih Padi Gogo Lokal Untuk Meningkatkan Vigor Dan Mengatasi Permasalahan Dormansi Fisiologis Pascapanen. Jurnal Agroteknologi. (4 ) (1) 10-17 ISSN: 2087-7706. Gusti Ayu Kade Sutariati. 2009. Peningkatan Mutu Benih Kedelai melalui Aplikasi Teknik Invigorasi Benih Plus Agens Hayati. Warta Iptek Volume 17 No 2 Edisi Juli 2009 ISSN 0854 0667. Khan, A.A., J.D. Maguire, G.S. Abawidan S. Illas, 1992.Matriconditioning of vegetable seed to improve stand esta-blishment in early field planting.j. Amer. Soc. Hort. Sci., 117: 41 7. Rouhi H.R., Aboutalebian M.A., SharifZadeh F., 2011 - Effects of hydro and osmopriming on drought stress tolerance during germination in four grass species. International journal of AgriScience, 1(2):107-114. Rusmin, Devi. 2004. Peningkatkan Viabilitas Benih Jambu Mete (Anacardium occidentale) Melalui Invigorasi. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Samsoe oed Sadjad. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Penerbit Grasindo. Jakarta. Setijo Pitojo. 2003. Benih Kedelai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.