BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2005), hlm Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005, (Jakarta: Raja

BAB I PENDAHULUAN. Program pengajaran merupakan jembatan yang menghubungkan materi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dalam

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh prestasi belajar aqidah akhlak terhadap perilaku siswa kelas. V di Madrasah Ibtidaiyah Se-Kecamatan Gandusari Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. kantin kejujuran di beberapa sekolah. Kantin Kejujuran menjadi muatan baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009), hlm Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

IMPLEMENTASI MACROMEDIA FLASH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. evaluasi. Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui atau proses belajar mengajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang ini, pendidikan berbasis religius merupakan sebuah motivasi hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

PENDAHULUAN. sekelompok orang melalui satu atau lebih strategi, metode, dan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan berlangsung secara bersamaan. Pembangunan nasional di bidang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.


BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. 1 Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 1 Undang-undang nomor 20 tahun tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), 5.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

MENINGKATKAN PARTISIPASI ORANG TUA PADA PROGRAM PAUD MELALUI PENYULUHAN DI POS PAUD MELATI 03 (KEL. PADASUKA KEC. CIMAHI TENGAH KOTA CIMAHI)

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah akhlak merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung merupakan SD paralel. Kelas IV Semester I Tahun Ajaran

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral, dalam arti fungsi-fungsi jiwanya saling mempengaruhi secara organik. Karenanya sepanjang perkembangannya membutuhkan bimbingan sebaik baiknya dari orang yang lebih dewasa dan bertanggung jawab terhadap jiwa para remaja yang menurut kodratnya terbuka terhadap pengaruh dari luar. Namun tidak jarang para remaja mengambil jalan pintas untuk mengatasi kemelut batin yang mereka alami itu. Pelarian batin ini terkadang akan mengarah ke perbuatan negatif dan merusak, seperti kasus narkoba, tawuran antar pelajar, maupun tindak kriminal merupakan bagian dari kegagalan para remaja dalam menemukan jalan hidup yang dapat menentramkan gejolak batinnya. Sehingga jika tingkahlaku yang diperlihatkan sesuai dengan norma yang berlaku, maka tingkahlaku tersebut dinilai baik dan diterima. Sebaliknya, jika tingkahlaku tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan norma yang berlaku, maka tingkahlaku dinilai buruk dan ditolak. 1 Akibatnya peranan serta efektivitas pendidikan Aqidah Akhlak di MI sebagai landasan bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan. Dengan demikian jika pendidikan Aqidah Akhlak yang dijadikan landasan 1 Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005 (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), 267. 1

2 pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan lebih baik. Juga sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran Islam meliputi: masalah keimanan (akidah), masalah keislaman (syari ah), dan masalah ikhsan (akhlak). 2 Kemudian ruang lingkup akhlak meliputi tiga bidang yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak terhadap alam lingkungan. Dengan demikian, akhlak mencakup jasmani dan rohani, lahir dan batin, dunia dan akhirat, bersifat universal, berlaku sepanjang zaman dan mencakup hubungan dengan Allah, manusia dan alam lingkungan. 3 Demikian pula dengan pendidikan yang bijaksana dan mengetahui metodologi yang tepat bagi masing masing individu (siswa), diharapkan para remaja dapat mencapai kesempurnaan. Selanjutnya kita tahu bahwa pada umumnya pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budinurani) dan jasmani (panca indera serta ketrampilan-ketrampilan). 4 Disamping itu, pada hakekatnya pendidikan merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia, yang dimulai sejak manusia lahir sampai meninggal 2 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Aqidah Akhlak (Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang dengan UM Press, 2004), 48. 3 Depag, PANDUAN PESANTREN KILAT (Untuk Sekolah Umum) (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), 73. 4 TIM Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar Dasar Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), 7.

3 dunia, bahkan manusia tidak akan menjadi manusia yang berkepribadian utama tanpa melalui pendidikan. Begitu pula dengan pendidikan Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan tingkahlaku siswa. Apalagi dalam pelaksanaan pendidikan Aqidah Akhlak tersebut masih terdapat kelemahan-kelemahan yang mendorong dilakukannya penyempurnaan terus-menerus. Kelemahan tersebut terdapat pada materi pendidikan Aqidah Akhlak yang lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Kendala lainnya adalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan nilai-nilai keyakinan tauhid dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pembangunan, serta rendahnya peran serta orang tua siswa. Oleh karena itu, agar pelaksanaan pendidikan Aqidah Akhlak dapat diwujudkan secara optimal, maka perlu memperhatikan faktor-faktor penyebab dari pada tingkahlaku.

4 Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Struktur sosio-kultural, yaitu pola tingkahlaku ideal yang diharapkan. 2. Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik dan sosial ditempat berada dan diterapkannya suatu sistem sosial. 3. Faktor kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang mempengaruhi tingkahlaku para pelaku secara perseorangan. 5 Dengan pendidikan Aqidah Akhlak diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam tingkahlaku terpuji. Karena tingkahlaku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang didasari oleh pribadi seseorang. Kesadaran merupakan sebab dari tingkahlaku. Artinya, bahwa apa yang dipikir dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang akan dikerjakan. Adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta menentukan tingkahlakunya. 6 Dengan demikian dapat disadari betapa pentingnya peranan pendidikan Aqidah Akhlak dalam membentuk tingkahlaku siswa seutuhnya. Maka dari itu, Pendidikan Aqidah Akhlak mempunyai arti dan peranan penting dalam membentuk tingkahlaku siswa seutuhnya. Sebab dengan pendidikan Aqidah Akhlak ini siswa tidak diarahkan kepada pencapaian kebahagiaan hidup di dunia saja, tetapi juga untuk kebahagiaan hidup di akhirat. Dengan pendidikan Aqidah Akhlak siswa diarahkan mencapai 5 Sanapiah Faisal, Sosiologi Penididikan (Surabaya: Usaha Nasional), 300. 6 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996),165.

5 keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan batiniah, keselarasan hubungan antara manusia dalam lingkup sosial masyarakat dan lingkungannya juga hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan dengan pendidikan Aqidah Akhlak pula siswa akan memiliki derajat yang tinggi yang melebihi makhluk lainnya. Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan Aqidah Akhlak dapat dipandang sebagai suatu wadah untuk membina dan membentuk tingkahlaku siswa dalam mengembangkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Oleh sebab itu pendidikan Aqidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan pola tingkahlaku siswa yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan Aqidah Akhlak dengan tujuan semacam itu harus melayani pertumbuhan siswa dalam segala aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah maupun bahasa. Pendidikan Aqidah Akhlak harus mendorong semua aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup berdasarkan nilai-nilai Islam. Dan untuk mewujudkan tujuan di atas tentunya harus ditunjang dengan berbagai faktor seperti diantaranya guru atau pendidik, lingkungan, motivasi dan sarana yang relevan. Perkembangan dan pertumbuhan tingkahlaku siswa berjalan cepat atau lambat tergantung pada sejauh mana faktor faktor pendidikan Aqidah Akhlak dapat disediakan dan difungsikan sebaik mungkin. Yang dalam hal ini adalah lembaga sekolah pendidikan agama yang diberikan

6 dilingkungan sekolah, lembaga sekolah pendidikan agama tidak hanya menyangkut proses belajar-mengajar yang berlangsung di kelas melalui intelegensia (kecerdasan otak) semata, tetapi juga menyangkut pada hal-hal lain seperti dengan guru, teman dan lingkungan yang sangat berpengaruh pada tingkah lakunya. Dalam kenyataannya, mengajarkan materi pelajaran aqidah akhlaq bukan merupakan hal mudah. Banyak sekali kendala yang ditemukan di lapangan. Pengalaman peneliti dalam mengajarkan mata pelajaran aqidah akhlaq di kelas IV MI Tarbiyatul Banin Lajing Arosbaya Bangkalan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih tergolong rendah, hal ini bisa dilihat dari hasil tes akhir semester sebelumnya. Dari hasil tes tersebut diketahui bahwa hanya ada beberapa siswa yang memperoleh nilai hasil belajar di atas KKM. Siswa masih sulit untuk memahami materi-materi yang ada dalam mata pelajaran aqidah akhlak tersebut. Siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaanpertanyaan yang sifatnya membutuhkan penalaran. Siswa juga masih belum bisa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kenyataan semacam ini, maka perlu adanya pembaharuan dalam proses kegiatan pembelajaran terhadap materi-materi mata pelajaran aqidah akhlak. Perlu adanya penerapan model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan penalaran siswa. Dan juga perlu penerapan model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk bisa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

7 Salah satu metode pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang komplek. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif 7. Tujuan diterapkannya model pembelajaran kooperatif adalah sebagai usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru 8. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengaktifkan siswa, memberikan pengalaman yang bermakna, dan tidak hanya berupa ceramah saja ialah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam kegiatan belajarnya. Model ini juga dapat melatih kemampuan 7 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2011), 41. 8 Ibid, 42.

8 dan keterampilan siswa dalam berpikir, bekerjasama,dan berpendapat. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw peran siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun siswa berperan sebagai tutor bagi temantemannya. Model ini cocok diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak materi iman kepada Nabi dan Rasul dengan karakteristik materi yang banyak, berstruktur, dan dapat dibagi-bagi. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang masih senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan melakukan sesuatu secara langsung. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diharapkan kegiatan pembelajaran dapat lebih bervariasi, hasil belajar siswa pun dapat meningkat. Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, peneliti akan mencoba melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Iman Kepada Nabi dan Rasul Allah Siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Banin Lajing Arosbaya Bangkalan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran aqidah akhlak siswa kelas IV MI Tarbiyatul Banin Lajing Arosbaya Bangkalan?

9 2. Bagaimana hasil belajar Mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas IV MI Tarbiyatul Banin Lajing sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif model jigsaw? 3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pembelajaran aqidah akhlak materi iman kepada nabi dan rasul kelas IV MI. Tarbiyatul banin Lajing? C. Tindakan yang Dipilih Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran 9. Permasalahan yang ada di kelas IV MI Tarbiyatul Banin Lajing Arosbaya Bangkalan adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak. Sedangkan yang tindakan yang dipilih adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw. D. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran aqidah akhlak siswa kelas IV MI Tarbiyatul Banin Lajing Arosbaya Bangkalan. 9 Suharsimi Arikunto, et. al., Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal.58

10 2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlak siswa kelas IV MI Tarbiyatul Banin Lajing sebelum diterapkan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw. 3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Aqidah akhlak materi iman kepada nabi dan rasul setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw kelas IV MI. Tarbiyatul Banin Lajing Kec. Arosbaya Kab.Bangkalan tahun pelajaran 2014/2015. E. Lingkup Penelitian Untuk memudahkan dalam penelitian ini dan agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka peneliti membatasi permasalahan penelitian ini sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas IV MI Tarbiyatul Banin Lajing Arosbaya Bangkalan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. 2. Materi dalam penelitian ini hanya terbatas pada materi iman kepada Nabi dan Rasul Allah pada mata pelajaran Aqidah akhlak. 3. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

11 F. Signifikansi Penelitian Dengan dilaksanakannya kegiatan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi siswa, bagi peneliti, serta bagi sekolah. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai bukti dalam bidang pengajaran, bahwa keterampilan sosial dan hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor model pembelajaran yang diterapkan. 2. Manfaat Praktis a. Diharapkan tercipta suasana belajar yang kondusif. b. Diharapkan hasil belajar aqidah akhlak siswa meningkat.