BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SD. Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% variabilitas kecerdasan

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pembelajaran, juga terkait dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

PEMBELAJARAN TEMATIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. KAJIAN PUSTAKA. dilakukan organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus

I. PENDAHULUAN. dapat ditempatkan pada siswa kelas rendah (yaitu:siswa kelas I, II dan III) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik) dijelaskan bahwa

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran digunakan

I. PENDAHULUAN. peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, sikap dan keterampilan Suyatna (2011 : 7). Proses membangun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sesunggunya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

PEMBELAJARAN KREATIF DAN BERMAKNA. Oleh. Dr. Dedi Koswara, M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN. kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Sadiman

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Banyak pengertian yang tentang masalah belajar dan pembelajaran,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd. Sosialisasi KTSP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Slameto (2003:75) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

Kelompok Materi: MATERI POKOK

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktiviras belajar dan guru

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik. menentukan keberhasilan suatu negara. Seiring kemajuan suatu zaman maka

EVALUASI PEMBELAJARAN. Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

PENERAPAN PENDEKATAN TEMATIK DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS I SD 3 SIANTAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kebudayaan suatu daerah. Pasal 22 Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan dipahami selain sebagai proses juga merupakan sebuah hasil.

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menurut Gagne, 1985 dalam Sri Anita (2009:1.3) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 (BNSP, 2006: 5-7), KTSP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar. Walaupun tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakasa, motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar. Berikut akan di bahas pengertian belajar dan pendapat beberapa tokoh, Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu sendiri terjadi karena adanya intraksi antara seseorang dengan lingkungan (Arsyad 2004; I). Lebih lanjut belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh setiap individu untuk memproleh prubahan prilaku yang relative dalam asfek kognitif, efektif, maupun psikomotorik yang diproleh melalui intraksi individu dengan lingkungan (Slameto dalam Anni 2008;3).Sejalan dengan itu belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti (Sadiman,S.dkk,2008;2). Berdasarkan penyusunan di atas

9 menunjukkan bahwa belajar adalah merupakan suatu prubahan perilaku yang kompleks dalam aspek kognitif, efektif, psikomotorik melalui intraksi individu dengan lingkungan yang dilakukan seumur hidup. 2.2 Teori-teori Belajar 2.2.1 Teori Ausubel Teori Ausubel merupakan teori belajar bermakna dan pentingnya penanggulangannya sebelum belajar dimulai. Ia membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal menghafalnya, tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja. Selain itu untuk membedakan antar belajar menghapal dengan belajar bermakna pada belajar menghafal, siswa meghafal materi yang sudah diprolehnya, tetapi pada belajar bermakna materi yang diproleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih dimengerti (Ausubel dalam Suherman,2003;32). Meneurut teori Ausubel pada dasarnya yang memproleh pengatahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan, konsep-konsep, perinsip, dan ide-ide yang di sajikan pada siswa akan diterima siswa dapat juga konsep ini ditemukan sendiri oleh siswa. Sesuatu konsep mempunyai arti bila sama dengan ide yang dimiliki, yang ada dalam struktur kognitifnya. Agar konsep-konsep yang diajarkan berarti harus ada sesuatu didalam kesadaran siswa yang bisa disamakan sesuatu itu adalah struktur kognitif.

10 Belajar bermakna adalah belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna akan terjadi apa bila informasi yang baru diterima siswa mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada atau diterima sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitifnya, ( Winata putra 2008;3,20-21 ). Berdasarkan pendapat di atas belajar diproleh melalui pemberian informasi dengan cara dikomunikasikan kepada siswa dalam bentuk belajar penerimaan dan menyajikan informasi itu dalam bentuk penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sediri keseluruhan imformasi yang harus diterimanya. Siswa dapat mengaitkan atau menghubungkan imformasi yang diterimanya dengan pengatahuan yang dimillikinya, itulah yang dikatan belajar bermakna. Siswa menghapal imformasi baru tanpa menghubungkan dengan konsep pengatahuan yang dimilikinya itulah yang disebut belajar menghapal. 2.2.2 Teori Gagne Belajar dapat dikelompokkan menjadi 8 tipe belajar, yaitu belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembetukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah. Kedelapan tipe belajar itu terurut menurut tarap kesukarannya dari belajar isarat sampai belajar pemecahan masalah. Belajar isyarat adalah belajar yang tingkatannya paling rendah, karena tidak ada niat atau spontanitas, contohnya, menyenangi, menghindari pelajaran karena akibat prilaku gurunya. Sistimulus respon merupakan kondisi belajar yang ada niat dan responnya jasmaniah. Misalnya siswa meniru tulisan guru di papan

11 tulis. Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmanaiah terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus respon. Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terut dari d ua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus respon. Contohnya mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan guru, secara lisan. Belajar membedakan adalah belajar memisah-misahkan rangkaian yang bervariasi. melihat sifat bersama benda-benda konkrit atau peristiwa untuk dijadikan sesuatu kelompok. Kemampuan disini terutama adalah kemampuan mengemukakanya. 2.2.3 Teori Belajar Humanistik Menurut teori belajar humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan manusia itu sendiri. Oleh karena itu teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori keperibadian dan piskotrafi dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori belajar humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori belajar ini lebih teritsrik pada pengertian belajar dalam bentuk yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagai mana adanya belajar. Berdasarkan bebrapa teori belajar diatas, teori ausubel lebih relevan dengan penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara belajar anak, konsep belajar dan pembelajaran bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses untuk mengaitkan imformasi baru dengan konsep-konsep sesuai yang terdapat dalam pengatahuan yang dimiliki seseorang.

12 2.3 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan belajar siswa baik jasmani maupun rohani yang mendukung keberhasilan (Rahman 2006:34) lebih lanjut aktivitas belejar adalah aktivitas mental dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan perilaku yang lebih maju, (Sidiq 2008;23).Sejalan dengan itu aktivitas belajar adalah kegiatan, kesibukan, keaktifan kerja untuk dilaksanakan dalam setiap kegiatan dan perestasi belajar mendukung pengertian penguasaan pengatahuan (keterampilan) yang dikembangkan oleh pelajaran. Lazim ditujuksan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru (Depdiknas 2007;20). Berdasarkan ketiga pendapat diatas, bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan kerja siswa baik mental maupun emosional dalam proses pembelajaran seperti bertanya, menanggapi, dan sebagainya upaya terbentuknya perubahan perilaku yang lebih baik. 2.4 Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penguasaan pengatahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang di berikan oleh guru (Depdiknas 2007;787). Pendapat lain mengatakan prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah di capai oleh siswa yang mengadakan suatu kegiatan di sekolah yang dapat menghasilkan perubahan pengatahuan, sikap dan tingkah laku. Hasil perubahan tersebut diwujudkan dengan nilai atau skor (Wi nkel 2005;532). Sejalan dengan itu

13 pengertian prestasi belajar setiap macam kegiatan belajar yang menghasilkan suatu perubahan yang khas hasil belajar, dalam pengertian lain dikatan pengertian prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siwa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diproleh hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Muhibin Syah ; 141) Berdasrkan pernyatan tentang prestasi belajar di atas, bahwa prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan yang di capai, yang meliputi perubahan tingkah laku, perubahan sikap, perubahan kualitas, penguasaan yang dapat di ukur dan di evaluasi lansung dengan tes. Prestasi belajar merupakan perubahan perilaku yang relative permanen diproleh melalui pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Prestasi belajar dapat juga digunakan untuk mengetahui kualitas materi pelajaran dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. Prestasi belajar juga digunakan untuk menyebut hasil yang dicapai dalam berbagai kegiatan, misalnya prestasi olahraga, prestasi seni, prestasi kerja, prestasi usaha, dan sebagainya. 2.5 Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema-tema sebagai pemersatu beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.

14 2.5.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Peserta didik yang berada satu sekolah dasar kelas 1,2 dan 3 berada pada rintangan usia dini. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih berlangsung pada objeckobjeck konkret dan pengalaman yang dialamai secara langsung. Sesuai dengan tahap perkembangan anak maka kegiatan pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Tema merupakan adalah pokok pikiran atau gagasan yang menjadi pokok pembicaraan. Tema tersebut diharapkan dapat memberikan banyak keuntungan diantaranya : (1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,(2) siswa mampu mempelajari pengatahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antara tema pelajaran dalam tema yang sama,(3) Pemahaman terhadap materi pelajaran telah mendalam dan berkesan,(4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran yang lain dengan pengalaman pribadi siswa,(5) siswa lebih, mampu merasakan memamfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas,(6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkemunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekali gus mempelajari pelajaran lain, dan (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat disiapkan sekaligus diberikan dalam

15 dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan (KTSP 2006). Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan, yaitu : (1) menyenangkan karena berangkat dari minat dan keutuhan peserta didik, (2) memberi pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, (3) hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna, (4) mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi, (5) membutuhkan keterampilan melaui kerja sama, (6) memili ki sikap toleransi, kemunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain, dan (7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuia dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik (Kunandar 2007;315) 2.5.2 Ciri Pebelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki ciri khas tersendiri. Adapaun cirri khas dari pembelajaran tematik antar lain : (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar, (2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, ( 3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, (4) membantu keterampilan berpikir siswa, (5) men yajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering

16 ditemui peserta didik di lingkunganya, dan (6) mengembangkan keterampilan siswa seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain (KTSP 2006). Penggabungan bebrapa kompetensi dasar, indicator, serta isi dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswa mampu melihat hubungan bermakna, sebab isi atau materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir ( Kunandar 2007;337 ) Sehubungan dengan hal dengan hal diatas, pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan mengajar lebih bermakna dan utuh. Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar siswa, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Penanaman konsep atau pengatahuan dan keterampilan pada siswa tindakan harus memberikan latihan menghafal berulang-ulang melainkan siswa belajar melalui pengalaman dan menghubungkan dengan konsep yang sudah dipahami. 2.5.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) berpusat pada siswa (2) memberikan pengalaman langsung, (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) bersifat fleksibel, (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan (7) menggunakan perinsip belajar sambil bermain dan belajar ( KTSP 2006 )

17 2.5.4 Rmbu-rambu Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki rambu-rambu sebagai berikut : (1) tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan, (2) dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester, (3) kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak di integrasikan di belajarkan secara tersendiri, (4) kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun di sajikan secara tersendiri, (5) kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, minat, lingkungan, dan daerah setempat (KTSP 2006). 2.6 Hepotesis Jika pembelajaran di kelas III SDN2 Labuhan Ratu di terapkan sesuai karaktristik pembelajaran tematik yang benar makna aktivitas dan prestasi belajar akan meningkat.