BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting diberikan kepada anak-anak sejak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan formal adalah suatu proses yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

BAB I PENDAHULUAN. peluang kegagalan akan semakin tinggi (dalam Yusuf & Nurihsan J,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

A. Latar Belakang Kondisi keyakinan seseorang yang tidak menentu akan membuat kinerja menjadi tidak stabil, sedangkan untuk mencapai keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang dimaksud disini adalah

PENDAHULUAN. I.1. Batasan Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAKNYA UNTUK BELAJAR AL QUR AN DI TAMAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bijaou (Hurlock, 1980: 5) menjelaskan bahwa usia 2-5 tahun merupakan

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Salah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laporan Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneitian Pendidikan merupakan sebuah warisan dalam bentuk bimbingan yang biasanya diberikan pertama kali oleh orangtua kepada anak untuk persiapan di masa yang akan datang. Hamalik (2013: 3) mengatakan tujuan pendidikan adalah keseluruhan hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah adanya kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Pendidikan juga merupakan salah satu bentuk kasih sayang dan tanggung jawab orangtua terhadap anaknya. Tujuan dari pendidikan yang diberikan oleh orangtua adalah agar anak mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga anak memiliki bekal untuk masa depan. Syah (2013:10) mengartikan pendidikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga individu memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan penjelasan mengenai definisi pendidikan, pendidikan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendidikan non formal yang biasanya pertama kali didapatkan anak melalui keluarga dan pendidikan formal yang didapatkan anak melalui proses belajar di sekolah. Orangtua mulai mempersiapkan pendidikan sejak dini dengan tujuan agar anak mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan baik. Hal tersebut terlihat dari banyaknya sekolah yang menyediakan bermacam-macam sekolah untuk anak usia pra-sekolah, seperti baby school (12-24 bulan), playgroup (24-36 bulan) untuk mempersiapkan anak bersekolah sejak dini. 1

2 Pendidikan formal di sekolah bertujuan untuk mengarahkan anak belajar dan memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang menunjang perkembangannya. Pada pendidikan formal, setiap sekolah dasar (SD dan setingkatnya) mempunyai standar pembelajaran yang harus diikuti. Kurikulum 2013 yang digunakan sebagai acuan SD Negeri pada saat ini, menilai anak dari sikap, keterampilan dan pengetahuan, diluar nilai pelajaran. Kurikulum 2013 mewajibkan semua siswa mengikuti beberapa pelajaran wajib. Salah satu mata pelajaran wajib SD adalah mata pelajaran agama. Mata pelajaran agama mengajarkan tentang baik dan buruk kehidupan manusia, apa yang baik dilakukan dan apa yang tidak seharusnya dilakukan menurut kepercayaan masing-masing siswa. Materi mata pelajaran agama diserahkan pada kekhasan masing-masing sekolah. Ada sekolah yang khusus memperdalam pelajaran agama seperti Pesantren, sekolah Alkitab atau Misionaris. Ada juga sekolah umum yang mempelajari agama sama seperti mata pelajaran lainnya. Mata pelajaran agama Islam, Katolik, Kristen dan Budha diperlakukan sama dengan mata pelajaan lainnya di sekolah tersebut. Pelajaran agama bagi siswa kelas 1 SD pada sekolah reguler, merupakan mata pelajaran baru karena ditingkat KB ( Kelompok Bermain) ataupun TK (Taman Kanank-Kanak ) penekanan lebih diutamakan pada kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran di tingkat SD. Di tingkat KB dan TK pembelajaran lebih ditekankan pada keterampilan membaca, menulis dan berhitung. Oleh karena itu agama sebagai mata pelajaran mandiri merupakan mata pelajaran baru di tingkat SD. Pengetahuan dan pemahaman 2

3 siswa tentang agama, sebelum masuk ke tingkat SD, diperoleh melalui orangtua dan kegiatan - kegiatan yang diselenggarakan oleh tempat ibadah (sekolah minggu atau belajar mengaji). Data awal yang diperoleh peneliti dari SDN Keputran I Surabaya menunjukkan sebagian besar nilai pelajaran agama siswa kelas 1 sekolah ini berada dibawah rata-rata nilai SKM yang ditetapkan sekolah. SKM standar sekolah adalah 75. Nilai mata pelajaran agama berkisar antara 20-70 sedangkan nilai pelajaran lainnya diatas SKM. Kondisi ini menunjukan pengetahuan siswa tentang agama tergolong rendah. Berikut hasil wawancara peneliti dengan wali kelas 1 SDN Keputran I Surabaya. ya nilainya ya lumayan mbak.. kalau paling banyak dibawah rata-rata si ya pelajaran agama mbak. Gak tau kenapa padahal gampang lo soalnya itu agama mereka sendiri. mungkin karena ini pertama kali mereka belajar soal agama ya. ya untuk nilai pelajaran lainnya si ya kebanyakan di atas nilai SKM ada juga yang pas di rata-rata atau di bawah ratarata. Beberapa yang hasil raportnya dibawah rata-rata itu ada juga dari lingkungan keluarga yang kurang mendukung (Bu E, wali kelas 1) Hasil akhir proses pembelajaran di sekolah adalah diperolehnya nilai raport yang mewakili prestasi belajar siswa. Prestasi belajar menunjukkan sejauhmana siswa memahami materi. Prestasi belajar diberikan dalam bentuk nilai-nilai akademik yang diukur dengan menggunakan angka-angka dan ditampilkan dalam bentuk buku (raport). Hal ini sesuai dengan pendapat Winkle & Poerwanto (dalam Ghulam & Lisa, 2011: 83) yang mengatakan prestasi belajar sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam suatu 3

4 materi pelajaran, yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport dalam setiap bidang studi yang mengalami proses pembelajaran. Winkle (dalam Ghullam & Lisa, 2011: 83) juga menyatakan bahwa prestasi belajar yaitu suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang dalam kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan prestasi belajar agama siswa SDN Keputran I Surabaya merupakan hasil yang diperoleh siswa atas usaha pembelajarannya. Metode pembelajaran guru di SDN Keputran I Surabaya pada hakikatnya tidak berbeda antara mata pelajaran yang ada. Pihak sekolah menggunakan metode pengajaran sesuai dengan kemampuan atau perkembangan siswa, seperti metode ceramah dan tanya jawab serta metode eksperimen. Selain itu guru juga menggunakan metode Fun Learning dengan tujuan menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi siswa. Begitu juga yang digunakan guru dalam penyampaian mata pelajaran agama. Mata pelajaran agama yang disampaikan guru sekolah ini juga disesuaikan dengan agama yang dianut masing-masing siswa namun pada kenyataannya masih ditemukan nilai pelajaran agama siswa di bawah SKM atau dibawah nilai 75. Wawancara peneliti dengan beberapa siswa kelas 1 SDN Keputran I Surabaya berikut ini menunjukkan cara siswa belajar mata pelajaran agama, yang berbeda dari mata pelajaran lainnya. Habis pulang sekolah ya selain main juga belajar kak, jam 3 sore gitu ya disuruh mama belajar, habis gitu kalau hari senin ama selasa juga les, tapi ya lesnya mata pelajaran 4

5 tematik. Kalau pelajaran lainnya ya belajar sendiri sama mama (R, pria, siswa SD kelas 1) Berikut ini adalah hasil wawancara dengan siswa mempunyai orangtua sibuk bekerja Dirumah yah belajar sendiri kak, gak diajari sama mama soalnya mama sibuk jualan jadi ya belajarnya di sekolah sama guru. Kalau ulangan ya paling cuma ditanyain udah bisa apa gak. Ya ngaji juga kak, ikut sholat jumat juga (U, pria, siswa SD kelas 1) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa siswa SDN Keputran I Surabaya belajar mata pelajaran agama di sekolah dan dibantu oleh guru. Ada pula yang belajar di rumah tanpa didampingi orangtua. Orangtua hanya menanyakan ketika ulangan. Pembelajaran agama dilakukan melalui kegiatan mengaji dan sholat. Merujuk pada pendapat Sarafino (2008: 88) bahwa dukungan sosial adalah adanya orang-orang yang memperhatikan, menghargai, dan mencintai maka dapat di simpulkan bahwa siswa SDN Keputran I Surabaya kurang mendapatkan perhatian dan kurang mendapatkan dukungan orangtua ketika belajar mata pelajaran agama. Furman & Buhrmester (dalam Mindo, 2008: 8) berpendapat bahwa campur tangan orangtua sangat penting dalam hal mendidik anak, karena pada usia SD pengaruh orangtua terhadap anak masih cukup besar dibandingkan pada saat dewasa. Periode anak usia SD merupakan masa yang berpengaruh terhadap pendidikan dan penyesuaian anak terhadap masa 5

6 perkembangan anak selanjutnya. Akibat lebih lanjut pengetahuan anak tentang agama menjadi berkurang padahal kurangnya pengetahuan tentang agama sejak dini dapat berdampak ketika anak dewasa. Fachrudin (2011: 2) mengatakan orangtua harus mengajarkan dan menanamkan ajaran agama pada anaknya dengan tujuan menghindari anak dari kepribadian yang buruk seperti menjadi remaja yang nakal, keras kepala, maksiat dan berbuat keonaran apabila anak tidak mempunyai iman yang kuat. Fachrudin (2011: 1) juga berpendapat orangtua memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Ada baiknya orangtua dengan pihak guru mempunyai kerjasama dalam membantu perkembangan siswa mengingat pihak guru tidak mungkin 100% bertanggung jawab atas kemajuan yang dialami oleh siswa. Kerjasama yang baik antara orangtua siswa dengan guru berdampak pada perkembangan siswa. Kurangnya perhatian, kurangnya dukungan orangtua pada siswa ketika belajar mata pelajaran agama berdampak pada prestasi belajar mata pelajaran agama siswa kelas 1 SDN Keputran Surabaya. Ahmadi & Supriyono (2004: 138) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor eksternal, seperti faktor lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat serta faktor internal seperti faktor jasmaniah dan psikologis. Dukungan sosial yang diberikan oleh orangtua bermacam-macam seperti dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informatif dan dukungan instrumental. Gottlieb (1983, dalam Smet, 1994: 135) menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan nonverbal, bantuan nyata yang diberikan karena adanya keakraban sosial dan 6

7 mempunyai manfaat secara emosional atau efek perilaku bagi penerima. House ( 1982) dalam Smet (1994:136) juga mengatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari 4 aspek yaitu: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informatif dan dukungan instrumental.dari hasil wawancara dengan siswa SD kelas 1 SDN Keputeran I Surabaya di atas peneliti menyimpulkan bahwa kurangnya dukungan yang diberikan oleh orangtua ketika siswa belajar mata pelajaran agama Alasan peneliti mengambil mata pelajaran agama dikarenakan agama merupakan salah satu landasan penting dalam membangun pribadi anak dimana anak diajarkan untuk mengenal agamanya lebih dalam sebagai pegangan hidup di masa yang akan datang. Hal ini juga didukung oleh Fachrudin (2011: 1) menyebutkan bahwa pendidikan agama juga membangun pribadi seorang anak melalui ajaran-ajaran yang diterapkan sesuai dengan norma agama yang diajarkan seperti perilaku baik dan buruk. Santrock (2007: 117) menyatakan perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar benar-salah dengan bantuan orangtua atau keluarga di lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu proses belajar agama seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dari lingkungan keluarga seperti perilaku orangtua atau saudara dikarenakan anak menghabiskan banyak waktu dengan keluarga dibandingkan disekolah. Dukungan yang bisa diberikan oleh orangtua contohnya adalah dengan mengajarkan saling menyayangi sesama saudara, membantu yang kesusahan, serta mengajak berdoa bersama. 7

8 Sulistyaningsih (2005: 3) mengatakan bahwa lingkungan yang dekat dengan anak adalah keluarga dan keluarga merupakan sesuatu yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Gunarsa (dalam Mindo, 2008: 3) mengatakan bahwa keluarga yang menghasilkan anak-anak berprestasi tinggi adalah keluarga yang mendorong dan mendukung proses belajar yang dijalani anaknya, memberi tanggung jawab tertentu sesuai umur anak. Berdasarkan hasil wawancara yang di dapat, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan persepsi anak terhadap dukungan orangtua dan prestasi belajar mata pelajaran agama pada siswa kelas 1 SDN Keputeran I Surabaya. 1.2 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian berjudul hubungan persepsi anak terhadap dukungan orangtua dan prestasi belajar siswa SDN Keputran I Surabaya bertujuan untuk memperjelas fenomena masalah yang akan diteliti yaitu: a. Prestasi belajar mata pelajaran agama yang diungkap melalui hasil nilai raport sisipan kelas 1 SD semester II b. Dukungan Sosial menurut House (1982) dalam Smet (1994: 136) mengatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari 4 aspek yaitu: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informatif dan dukungan instrumental. c. Subjek yang digunakan adalah siswa-siswi kelas 1 karena pada usia 6-8 tahun anak membutuhkan dukungan dari orang tua dan campur 8

9 tangan orangtua sangat penting dalam hal mendidik anak. Furman & Buhrmester, (dalam Mindo, 2008: 8) mengatakan bahwa pada usia sekolah dasar pengaruh orangtua terhadap anak masih cukup besar dibandingkan pada saat dewasa. d. Hubungan Persepsi Anak Terhadap Dukungan Orangtua Dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Agama Siswa SDN Keputran I Surabaya. Hubungan Persepsi Anak Terhadap Dukungan Orangtua Dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Agama Siswa SDN Keputran I Surabaya. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan ulasan fenomena yang telah dijelaskan dalam latar belakang penelitian, maka peneliti merumuskan penelitian ini sebagai berikut, Apakah ada hubungan persepsi anak terhadap dukungan orangtua dan prestasi belajar mata pelajaran agama siswa SDN Keputran I Surabaya. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi anak terhadap dukungan orangtua dan prestasi belajar mata pelajaran agama siswa SDN Keputran I Surabaya? 9

10 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberi referensi teori dalam bidang psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan terkait dengan dukungan orangtua terhadap prestasi belajar mata pelajaran agama. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Orangtua Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi orangtua, agar orangtua mengetahui, apakah ada hubungan persepsi anak terhadap dukungan orangtua dan prestasi belajar khususnya mata pelajaran agama. b. Bagi Guru Dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi guru untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswasiswinya berdasarkan hasil angket yang akan peneliti sebarkan pada siswa. c. Bagi Anak Dari hasil penelitian yang didapat diharapkan anak mengetahui pentingnya dukungan orangtua terhadap prestasi belajar. 10