BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum Islam ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar tumbuh dan berkembangnya pembangunan di segala bidang. Dengan berkembangnya pembangunan nasional, tingkat ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan perintah bagi kaum muslimin. Dalam

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

A. Analisis Terhadap Alasan Larangan Kawin Karena Ketidaklengkapan. Orangtua pada Perkawinan Anak Pertama

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

APAKAH ITU MAHRAM. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. suatu keluarga melalui sebuah pernikahan, dari sebuah pernikahan inilah

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1)

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian dalam istilah ahli Fiqih disebut talak atau furqah. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Dari Penelitian yang penulis lakukan dilapangan 8 (delapan) orang responden. 1) Nama : KH.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah SWT yang pada hakikatnya sebagai makhluk

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

al-za>wa>j atau ahka>m izwa>j. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia diciptakan berpasangan antara laki-laki dengan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

pengadilan menganggap bahwa yang bersangkutan sudah meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, bukan hanya antara suami istri dan keturunannya tapi juga. juga merupakan jalan yang ditetapkan oleh Islam untuk mengatur

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB V PENUTUP. yang dapat kita ambil dari pembahasan tesis ini. Yaitu sebagai berikut:

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan dengan potensi hidup berpasang-pasangan, di mana

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN PERKAWINAN KECAMATAN PUNCU KABUPATEN KEDIRI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fitrah manusia adalah adanya perasaan saling suka antara lawan

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

PENGAJIAN PENCERAH LAZISMU & MAJELIS TABLIGH PDM SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia. Laki-laki dan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB II PERKAWINAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN URF. hubungan kelamin ( ), dan juga berarti akad ( ). 1. dinikahi seperti sebab nasab atau sesusuan.

BAB I PENDAHULUAN. A.Rahman I. Doi, penjelasan lengkap hukum-hukum allah (syariah), PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2002, hal.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. Perkawinan yang dalam istilah agama disebut nikah ialah melakukan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB V PENUTUP. telahdisajikan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Bahwa perkembangan tradisi Dandang Rebutan Penclok an dalam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Islam ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara perorangan maupun secara bermasyarakat, baik untuk hidup di dunia maupun di akhirat. Kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kepada kesejahteraan keluarga. Demikian pula kesejahteraan perorangan sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan hidup keluarganya. Islam mengatur keluarga bukan secara garis besar, tetapi sampai terperinci. Ini menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap kesejahteraan keluarga. Keluarga terbentuk melalui perkawinan karena itu perkawinan sangat dianjurkan oleh Islam bagi yang telah mempunyai kemampuan. 1 Anjuran kawin sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: 1 Abdurrahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media Group, cet IV, 2010), 13-14. 2 Abu> al- H}usain Muslim ibn al-hajja<j ibn Muslim al- Qusyairiy an-naysa<bu<riy, S}oh}i<h} Muslim (Riya<d} : Da>r as- Sala<m, Cet, I, 1998), 586 1

2 Artinya: Dari Abdurrah}ma>n Ibn Yazi>d dari Abdullah berkata Rasullah SAW bersabda : Hai para pemuda, barang siapa yang telah sanggup di antaramu untuk kawin, maka kawinlah, karena sesungguhnya nikah itu dapat mengurangi pandangan (yang liar) dan menjaga kehormatan dan barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa itu baginya akan mengekang syahwat. Perkawinan merupakan sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan. Perkawinan adalah hal yang berlaku umum, dilakukan oleh manusia, hewan, bahkan oleh tumbuh-tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak-pinak, berkembang biak dan melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan. Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lain, hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betinanya tanpa ada satu aturan. 3 Perkawinan merupakan wadah untuk mendirikan kehidupan rumah tangga, rumah tangga yang harmonis dengan adanya rasa cinta antara suami istri, adanya rasa kasih sayang antara orangtua dengan anak-anaknya dan adanya rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga. Rasa cinta dan kasih sayang dalam keluarga ini akan dirasakan pula dalam masyarakat atau 104. 3 Sayyid Sa>biq, Fiqh Al-Sunnah, Juz II, (Kairo: Dar Al-Fath Li Al-I lam Al- Arabiy, 1999),

3 umat, sehingga terbentuklah umat yang diliputi cinta dan kasih sayang. 4 Allah berfirman dalam QS. Al-Ru>m (30): 21 Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 5 Dalam pandangan Islam perkawinan bukanlah hanya urusan perdata semata, bukan pula sekedar urusan keluarga dan masalah budaya, tetapi masalah dan peristiwa agama oleh karena perkawinan itu dilakukan untuk memenuhi sunnah Allah dan sunnah Nabi dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan petunjuk Nabi. 6 Untuk sahnya suatu akad nikah, maka rukun dan syarat yang telah ditetapkan harus dipenuhi. Karena rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah tidaknya perbuatan 4 Yu>su>f Al-Qard}awiy, Al-Hala>l Wa Al-Hara>m Fi Al-Isla>m, (Kairo: Dar Al-Ma rifah, 1985), 188. 5 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2005), 406. 6 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), 81.

4 tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang harus diadakan. 7 Selain rukun dan syarat harus dipenuhi, demi sahnya suatu perkawinan maka perkawinan harus terlepas dari segala hal yang menghalangi. Halangan perkawinan itu disebut juga dengan larangan perkawinan. Larangan-larangan ini secara garis besar terbagi menjadi dua yakni haram untuk selamanya yang disebut mah}ram mu abbad dan haram untuk sementara waktu dalam arti suatu ketika ia sudah tidak lagi menjadi haram, yang disebut mah}ram mu aqqat. 8 Islam mengatur larangan kawin ini secara rinci sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-nisa> (4): 22-23 yang berbunyi: Artinya: Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan 7 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana 2009), 59. 8 Abdurrahma>n Bin Awad} al Jazi>riy, Kita>b Al Fiqh Ala Maz a> hib Al-Arba ah, (Libanon: Da>r Ibn Hazm, 2010), 846.

5 seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudarasaudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteriisteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 9 Ayat di atas dengan tegas menjelaskan siapa saja perempuan yang haram dinikahi. Perempuan itu adalah ibu tiri, ibu kandung, anak kandung, saudara kandung, saudara seayah atau seibu, bibi dari ayah, bibi dari ibu, keponakan dari saudara perempuan, ibu susuan, saudara sesusuan, mertua, anak tiri dari isteri yang sudah diajak berhubungan intim, menantu, dan ipar (untuk dimadu). Meskipun Islam telah menegaskan tentang larangan kawin secara terperinci, masyarakat desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar memberikan larangan lain selain apa yang telah ditetapkan oleh syariat, yaitu larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua. Adapun yang dimaksud dengan ketidaklengkapan orangtua adalah bahwa salah satu orangtua dari calon sudah meninggal dunia. 9 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya...81

6 Larangan tersebut di atas hanya diberlakukan secara khusus terhadap anak pertama yang kedua orangtuanya masih hidup. Orangtua dari calon diharuskan lengkap karena menurut masyarakat Candirejo keberadaan kedua orangtua memberikan andil yang besar terhadap keberlangsungan rumah tangga anak-anaknya. Orangtua akan senantiasa memberikan bimbingan dan tuntunan kepada anak-anaknya untuk membangun rumah tangga yang tentram dan langgeng. Larangan ini hanya diberlakukan untuk anak pertama dikarenakan anak pertama sebagai teladan bagi saudara-saudaranya. Masyarakat setempat memandang anak pertama memiliki daya pengaruh yang besar kepada saudara-saudaranya. Jika anak pertama bisa mendirikan rumah tangga sebagaimana dalam Islam yakni rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah maka secara otomatis ia sudah memberikan contoh yang baik kepada saudara-saudaranya. Masyarakat desa Candirejo berkeyakinan bahwa perkawinan anak pertama yang orangtuanya masih hidup dengan calon yang salah satu atau bahkan kedua orangtuanya sudah meninggal akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Di antaranya adalah perselisihan, perceraian, sulitnya rezeki dan kematian. 10 Sebagai konsekuensinya, ketika hendak melakukan perkawinan, anak pertama yang kedua orangtuanya masih 10 Bahruddin, Wawancara, Blitar, 18 Oktober 2013.

7 hidup harus mencari calon yang kedua orangtuanya juga masih hidup, meskipun calonnya tersebut bukanlah anak pertama. Jika calon tersebut tidak mempunyai kedua orangtua yang lengkap maka perkawinan tidak bisa dilangsungkan. Berangkat dari latarbelakang di atas, penulis tertarik untuk membahas larangan kawin tersebut dengan judul Analisis Hukum Islam Terhadap Larangan Kawin Karena Ketidaklengkapan Orangtua Pada Perkawinan Anak Pertama Di Desa Candirejo Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam apa alasan ketidaklengkapan orangtua dijadikan sebagai larangan kawin dan bagaimana kesesuaian larangan tersebut dengan ketentuan hukum Islam. B. Identifikasi dan Batasan Masalah Dari latar belakang permasalahan seperti yang dipaparkan diatas, maka terdapat beberapa masalah yang ditemukan. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Deskripsi larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. 2. Pandangan masyarakat terhadap larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama.

8 3. Alasan ketidaklengkapan orangtua dijadikan larangan kawin pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. 4. Hal-hal yang melatarbelakangi ketidaklengkapan orangtua dijadikan larangan kawin pada anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. 5. Dampak sosial terhadap pelanggaran larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. 6. Kesesuaian larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar dengan ketentuan hukum Islam. Dari berbagai permasalahan yang muncul dari penelitian ini, maka tidaklah mungkin penulis melakukan penelitian terhadap semua permasalahan yang ditemukan. Agar pembahasan pada penelitian yang dilakukan bisa tuntas dan komprehensif maka penulis membatasi penelitian pada: 1) Alasan ketidaklengkapan orangtua dijadikan larangan kawin pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar.

9 2) Kesesuaian larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar dengan ketentuan hukum Islam. C. Rumusan Masalah 1. Apa alasan ketidaklengkapan orangtua dijadikan larangan kawin pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar? 2. Bagaimana kesesuaian larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar dengan ketentuan hukum Islam? D. Kajian Pustaka Kajian pustaka bertujuan untuk menarik perbedaan mendasar antara penelitian yang dilakukan dengan kajian atau penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Melalui penelusuran data yang telah dilakukan, terdapat beberapa karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, diantaranya: Skipsi yang disusun oleh Asra Laila dengan judul Analisis Hukum Islam terhadap Larangan Kawin Sesuku Di Jorong Halalang Kenagarian

10 Kamang Mudiak Kecamatan Agam Sumatera Barat. 11 Skripsi ini mendeskripsikan bahwa sesuku masih dijadikan penghalang dalam perkawinan. Sebagai konsekuensinya maka keluarga yang hendak menikahkan anaknya, terlebih dahulu harus menanyakan suku dari calon menantunya, apabila suku dari calon menantu sama dengan suku anaknya maka perkawinan tidak bisa dilangsungkan. Skripsi yang disusun oleh Farida Armiranti dengan judul Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi Larangan Nikah di Desa Taluk Selong Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. 12 Skripsi ini membahas tradisi larangan nikah di Desa Taluk Selong Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan yaitu larangan untuk menikah dengan laki-laki atau perempuan yang mengikuti maz hab selain maz hab Syafi i. Skripsi yang disusun oleh Ita Rahmania Hidayati dengan judul Analisis Hukum Islam terhadap Adat Larangan Menikah Lusan Besan Di Desa Bondrang Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. 13 Kata lusan besan merupakan singkatan dari telu yang berarti tiga dan pisan yang berarti 11 Asra Laila, Analisis Hukum Islam Terhadap Larangan Kawin Sesuku Di Jorong Halalang Kenagarian Kamang Mudiak Kecamatan Agam Sumatera Barat, Skripsi, (Surabaya: Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012). 12 Farida Armiranti, Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi Larangan Nikah di Desa Taluk Selong Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, Skripsi, (Surabaya: Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011). 13 Ita Rahmania Hidayati, Analisis Hukum Islam terhadap Adat Larangan Menikah Lusan Besan Di Desa Bondrang Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo, Skripsi, (Surabaya: Fakultas Syaiah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).

11 pertama, dan kata besan, yaitu apabila seseorang akan menikahkan anaknya untuk ketiga kali dan calon besan baru menikahkan untuk yang pertama atau sebaliknya. Secara umum, pembahasan dalam skripsi yang telah disebutkan di atas menyangkut masalah larangan kawin yang terjadi dalam masyarakat tertentu. Dalam penelitian ini, penulis juga akan membahas larangan kawin, namun penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya, antara lain: 1. Lokasi penelitian ini dilakukan di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. 2. Dalam penelitian ini dikaji analisis hukum Islam terhadap larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama. 3. Belum ada kajian yang membahas tentang larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. E. Tujuan Penulisan Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

12 1. Mengetahui alasan ketidaklengkapan orangtua dijadikan larangan kawin pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. 2. Mengetahui kesesuaian larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar dengan ketentuan hukum Islam. F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal: 1. Aspek Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk memahami larangan kawin menurut hukum Islam. Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan pengetahuan tentang larangan kawin yang berlaku di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. 2. Aspek Praktis Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar dalam melaksanakan perkawinan terkait tentang adanya larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama.

13 G. Definisi Operasional Untuk memperolah gambaran yang jelas dan tidak menimbulkan kesalahpahaman atas judul penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan beberapa maksud dari sub judul sebagai berikut: Hukum Islam : Segala aturan yang bersumber dari al-qur an, al-sunnah, dan hasil daya upaya para fuqaha dalam menetapkan syariat Islam (fiqih) sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan zaman. 14 Dalam penelitian ini hukum Islam yang digunakan adalah ketentuan tentang larangan kawin dan kaidah sadd z}ari ah Larangan Kawin : Orang-orang yang tidak boleh melakukan perkawinan. Maksudnya adalah perempuanperempun yang tidak boleh dikawini oleh seorang laki-laki, atau sebaliknya laki-laki mana saja yang tidak boleh mengawini seorang perempuan. 15 Ketidaklengkapan orangtua : Salah satu orangtua dari calon mempelai sudah meninggal dunia saat dilaksanakannya 14 Hasbi Assidiqi, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996), 2. 15 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia...109.

14 perkawinan. Orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Ibu dan Bapak. Perkawinan Anak Pertama : Perkawinan yang diadakan untuk anak yang pertama yang lahir. Termasuk dalam ketegori ini adalah anak pertama dari istri kedua dan seterusnya. Berdasarkan definisi operasional tersebut maka penelitian yang dilakukan ini hanya terbatas pada larangan kawin yang khusus diberlakukan pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar ditinjau dari hukum Islam. H. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field Research). Oleh karena itu, data yang dikumpulkan merupakan data yang diperoleh dari lapangan sebagai obyek penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut: 1. Data yang Dihimpun a. Data tentang larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua bagi anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar.

15 b. Data tentang pelaksanaan perkawinan di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. c. Data tentang alasan ketidaklengkapan orangtua dijadikan sebagai larangan kawin pada anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. d. Data tentang keadaan geografis, sosial, ekonomi dan keagamaan desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. 2. Sumber Data a. Sumber Primer Sumber primer di sini adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertamanya. 16 Dalam penelitian ini sumber primernya adalah: 1) Pelaku perkawinan ketidaklengkapan orangtua yaitu Asror dan Alif. 2) Kepala desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. 3) Masyarakat desa Candirejo yaitu Rukayah, Ira, Susiati, Indah Chusniawati, Bachruddin, Tri Astutik dan Rotul. Pers, 2010), 30. 16 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali

16 b. Sumber Sekunder Sumber sekunder adalah sumber yang menunjang kelengkapan data. Dalam penelitian ini sumber sekundernya adalah buku format isian data potensi desa dan kelurahan Candirejo 2013 dan buku rencana pembangunan desa Candirejo tahun 2009-2013. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang berhubungan dengan masalah yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan teknik wawancara. Wawancara (interview) pada dasarnya merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara dengan yang diwawancarai tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. 17 Dalam melakukan wawancara beberapa hal yang harus dipersiapkan, yaitu (1) seleksi individu untuk diwawancara; (2) pendekatan terhadap orang yang diseleksi; (3) pengembangan suasana lancar dalam wawancara, serta usaha untuk menimbulkan pengertian sepenuhnya dari orang yang diwawancarai. 18 17 Masruhan, Metodologi penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, cet 2 2013), 237. 18 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian,... 82.

17 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan pelaku perkawinan ketidaklengkapan orangtua, tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala desa dan masyarakat di Desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data primer sebagai data pokok, yaitu data tentang alasan ketidaklengkapan orangtua dijadikan larangan pada perkawinan anak pertama. 4. Teknik Analisis Data Setelah data-data dikumpulkan secara lengkap, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penganalisisan data dengan menggunakan metode deskriptif analitis yaitu, memaparkan dan menggambarkan tentang larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama, kemudian dianalisis sehingga menghasilkan pemahaman yang konkrit dan jelas. Adapun Pola pikir yang dipakai dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu cara berpikir yang berangkat dari teori-teori yang bersifat umum yakni ketentuan tentang larangan kawin. Kemudian aturan tersebut digunakan untuk menganalisis hal-hal yang bersifat khusus yaitu larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. Adapun teori yang dipakai sebagai pisau analisis didapatkan dari beberapa literatur, diantaranya:

18 1. Sayyid Sa>biq, Fiqh Al-Sunnah 2. Abdurrahma>n Bin Awad} al Jazi>riy, Kita>b Al-fiqh ala Maz a>hib Al-Arba ah, 3. Wahbah Zuh}ailiy, Fiqh Al-Isla>m Wa Adillatuhu 4. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia 5. Abdurrahman Ghazali, Fiqh Munakahat 6. H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat 7. Abu> Zahra, Ah}wal Al-Syakhsiyah 8. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 9. Wahbah Zuh}ailiy, Al-Waji>z Fi> Us}u<l al-fiqh I. Sistematika Pembahasan Secara garis besar, skripsi ini dikelompokkan dalam lima bab yang memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa subbab sebagai berikut: Bab pertama: tentang pendahuluan, bab ini berfungsi sebagai pola umum yang menggambarkan seluruh bahasan skripsi ini yang didalamnya mencakup: Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Batasan Masalah,

19 Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan. Bab Kedua: landasan teori, bab ini membahas tentang perkawinan dalam Islam meliputi pengertian perkawinan, dasar perkawinan, hukum perkawinan, syarat dan rukun perkawinan, hikmah perkawinan dan larangan kawin. Bab ketiga: memuat pembahasan yang berkenaan dengan larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. Subbab dalam penelitian ini membahas tentang latar belakang obyek penelitian, yaitu keadaan geografi meliputi luas dan batas wilayah dan asal nama desa Candirejo. Keadaan Penduduk meliputi jumlah penduduk, pendidikan penduduk, keberagamaan dan ekonomi. Subbab kedua membahas tentang perkawinan di desa Candirejo. Subbab ketiga membahas tentang larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua, meliputi pembahasan tentang gambaran larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua, alasan ketidaklengkapan orangtua dijadikan larangan kawin dan kasus larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua. Bab keempat: merupakan kajian analisis atau jawaban dari rumusan permasalahan dalam penelitian ini. Bab ini berisi tentang analisis hukum Islam terhadap larangan kawin karena ketidaklengkapan orangtua pada

20 perkawinan anak pertama di desa Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar. Bab kelima: penutup, bab ini merupakan bagian akhir yang berisi kesimpulan dari uraian-uraian yang telah dibahas dalam keseluruhan penelitian dan saran.