BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam suatu kehidupan. masyarakat, terlebihi masyarakat Indonesia yang tata kehidupannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan Undang Undang No 5 Tahun 1960

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan sesuatu yang mempunyai peran penting bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk. kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembangunan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Berbicara masalah hidup manusia, berarti juga berbicara masalah tanah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk tempat tinggalnya di atas tanah. Pada perkembangan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan tempat manusia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan dan hasil-hasilnya, maka semakin meningkat pula

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian sangat memerlukan tanah pertanian. Dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan perumahan akhir-akhir ini meningkat dengan pesat, hal

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal juga sebagai sumber penghidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan tanah bagi pemenuhan berbagai kebutuhan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sangat penting bagi kehidupan manusia, dikarenakan tanah adalah

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan penunjang kesejahteraan dan kemakmuran diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, tanah merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang. pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pembangunan yang meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk membedakan pendefinisian kata rumah menjadi tidak sekedar

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA TANAH KAS DESA DI DESA KENAIBAN KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 1 Untuk mendapatkan data dan. menggunakan metode penelitian hukum sebagai berikut:

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. bermukim, tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi masyarakat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Surabaya dengan luas wilayah sebesar 326,36 km² merupakan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. berlindung dan melanjutkan kehidupannya. Sejalan dengan bertambahnya

PELAKSANAAN PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH HAK GUNA BANGUNAN YANG DITERLANTARKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di Indonesia fungsi tanah semakin meningkat karena meningkatnya

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber kekayaan alam yang. untuk memenuhi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. dan air dan ruang angkasa, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. memberikan jaminan kepastian hukum kepada subyek hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.

dalam penulisan ini khususnya properti.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan oleh karena itu sudah semestinya pemanfaatan fungsi bumi,

BAB I PENDAHULUAN. karena didalamnya menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak. juga merupakan modal utama pembangunan karena semua kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah. tanah, sehingga setiap manusia berhubungan dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi rakyat, bangsa dan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adat. Setelah Indonesia merdeka Indonesia merupakan negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa yang wajib kita jaga dan kelola dengan sebaik-baiknya

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

JURNAL PELAKSANAAN PEMBERIAN HAK MILIK DARI TANAH NEGARA DAN PERLINDUNGAN HUKUMNYA DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia memiliki kekayaan alam yang beraneka ragam macamnya, salah satu kekayaan alam itu adalah tanah. Tanah merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam suatu kehidupan masyarakat, terlebihi masyarakat Indonesia yang tata kehidupannya masih bercorak agraris dan sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidupnya dari tanah. Adapun pengggunaan tanah tersebut harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari haknya. Salah satu penggunaan dari tanah ialah bahwa diatas tanah dapat dibangun rumah tinggal. Oleh karenanya untuk mengatur peruntukan penguasaan dan penggunaan tanah dibuatlah peraturan dibidang pertanahan. Ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menentukan bahwa: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam hal ini permukaan bumi khususnya tanah yang digunakan sebagai tumpuan hidup orang banyak yang dikuasai oleh Negara untuk mencapai kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi rakyat. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 1

menjadi dasar dari penggunaan sumber daya alam di Indonesia, dimana dalam hal ini mewajibkan negara untuk mengatur pemilikan dan penggunaan tanah sehingga semua tanah diseluruh wilayah Indonesia dapat dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Sebagai realisasi dari Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 maka dikeluarkanlah Undang-undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria. Dalam rangka sebagai sosialisasi pemerintah mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan yang terkandung didalamnya diatur dalam Pasal 14 ayat (1) yang menentukan: Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 2 ayat 2 dan 3, Pasal 9 ayat 2 serta Pasal 10 ayat 1 dan 2 Pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia, membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan yang terkandung didalamnya: a. Untuk keperluan negara; b. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan-keperluan suci lainnya, sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa; c. Untuk keprluan pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan, dan lain-lain kesejahteraan; d. Untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi dan pertambangan. Pasal ini mengatur soal perencanaan persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa. Perencanaan itu tidak saja bermaksud menyediakan tanah untuk perekonomian masyarakat tetapi juda dapat memejukan perekonomian masyarakat. 2

Dalam Pasal 20 Undang-undang Pokok Agraria Hak Milik ialah: hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Maksudnya bahwa Hak Milik mempunyai 3(tiga) sifat yang tidak dimilik oleh hak atas tanah yang lain, yaitu: 1. Turun temurun, bahwa hak milik dapat diperoleh secara turun temurun dan dapat diwariskan; 2. Terkuat, bahwa hak milik atas tanah merupakan induk dari hak-hak atas tanah lainnya seperti Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai; 3. Terpenuh, bahwa pemegang hak mempunyai kewenangan untuk mengelola dan mempergunakan tanah miliknya. Dalam hal terjadinya hak milik atas tanah sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 22 Undang-undang Pokok Agraria menentukan: (1) Terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2) Selain menurut cara sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hak milik terjadi karena: a. penetapan pemerintah menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan Peranturan Pemerintah b. ketentuan undang-undang. Maksud dari pasal diatas adalah bahwa pemberian hak milik atas tanah dapat terjadi karena menurut ketentuan hukum adat, terjadi karena penetapan pemerintah dan terjadi karena ketentuan undang-undang. Pemberian Hak Milik atas tanah Negara diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan 3

Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Penagelolaan. Hak milik atas tanah dapat di berikan pada bermacammacam obyek, salah satunya untuk rumah tinggal. Rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia terutama sebagai tempat tinggal bagi kehidupan manusia, masyarakat atau suatu bangsa. Penggunaan tanah untuk rumah tinggal diatur lebih khusus antara lain dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. Ketentuan dalam Pasal 1 angka (1) Undang-undang No.4 Tahun 1992 menentukan: rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Dalam hal ini rumah mempunyai peran yang sangat penting. Disamping sebagai tempat berlindung bagi penghuninya, rumah tinggal juga berperan bagi pengembangan karakter penghuni, pembinaan dalam keluarga dan kepribadian bagi penghuninya. Penggunaan tanah untuk rumah tinggal telah diatur menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat pentingnya pemenuhan rumah tinggal, mendorong setiap orang berusaha agar dapat memenuhinya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Namun pemenuhan akan rumah tinggal itu sendiri sekarang sudah sangat sulit seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Terbatasnya persediaan tanah yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah tuntutan masyarakat 4

akan rumah tinggal sehingga mengakibatkan melonjaknya harga jual tanah maupun rumah tinggal. Bagi masyarakat golongan menegah keatas (mampu) hal ini tidaklah menjadi suatu persoalan namun, bagi masyarakat golongan menegah kebawah (kurang mampu) tentunya masalah ini sangat memberatkan. Oleh karena itu tidak semua masyarakat dapat memiliki rumah tinggal. Rumah tinggal dapat dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia, termasuk juga bagi pegawai negeri. Untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri, baik itu pegawai negeri sipil maupun anggota ABRI, pemerintah secara teratur mengadakan perumahan dinas bagi pegawainya 1. Dalam rangka pemenuhan rumah tinggal bagi Pegawai Negeri, maka pemerintah menetapkan sasaran umum untuk jangka panjang pembangunan perumahan bagi Pegawai Negeri. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah bersama dengan instansi terkait (swasta) menempuh kebijakan untuk membangun atau menyediakan perumahan dengan harga yang terjangkau untuk golongan Pegawai Negeri golongan ekonomi rendah. Sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang dimaksud dengan pegawai negeri adalah : Setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi 1 Adrian Sutedi, 2006, Pengakuan Hak Milik Atas Tanah Menurut Undang-Undang Pokok Agraria, BP.Cipta Jaya-Jakarta, 202. 5

tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai negeri dalam hal ini ialah setiap orang yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu diangkat dan surat keputusan oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan tugas jabatan atau tugas negara lainnya dan untuk itu akan mendapatkan gaji dan fasilitas lain demi kesejahteraan pegawai negeri. Dalam Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 mementukan: Usaha kesejahteraan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), meliputi program pensiun dan tabungan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan perumahan, dan asuransi pendidikan bagi putra putri Pegawai Negeri Sipil. Untuk meningkatkan kegairahan bekerja, maka diselenggarakan usaha kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil salah satunya adanya tabungan perumahan dimana setiap pegawai negeri dapat membeli rumah negara yang telah ditempatinya sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.rumah Negara bagi pegawai negeri diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2005 Tentang Rumah Negara. Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2005, Rumah Negara adalah: Bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas Pejabat dan/atau Pegawai Negeri; Rumah negara dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu; rumah Negara golongan I, rumah Negara golongan II dan rumah Negara golongan III. Rumah negara yang hanya dapat ditingkatkan menjadi 6

Hak milik hanyalah rumah Negara golongan III. Dalam Pasal 1 ayat 7 Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2005 menentukan : Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidak termasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual kepada penghuninya. Rumah Negara golongan III hanya dapat dialihkan haknya kepada penghuni atas permohonan penghuni. Selain rumah dinas terdapat pula tanah Pemerintah Pusat maupun Daerah yang tidak termasuk dalam tanah untuk Rumah Negara Golongan III, yang semula diserahkan penggunaannya kepada pegawai negeri untuk rumah tinggal dan kemudian diperbolehkan untuk dibeli oleh pegawai yang bersangkutan 2. Untuk memberikan keleluasaan dan kepastian mengenai kelangsungan hakekat tanah, rumah tinggal Pegawai negeri tersebut dapat dilakukan pemberian hak menjadi Hak Milik. Untuk memberikan kepastian mengenai kelangsungan hak atas tanah yang dipergunakan untuk rumah tinggal bagi Pegawai maka sebagai realisasinya pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1998 Tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah Tinggal Yang Telah Dibeli Oleh Pegawai Negeri Dari Pemerintah. Sebelum Pegawai Negeri melakukan permohonan pemberian Hak Milik maka obyek yang akan dimohonkan perubahan 2 Ibid. 7

(peningkatan) hak harus sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh perundang-undangan. Pasal 2 ayat 1 huruf (a) KMNA/KBPN Nomor 2 Tahun 1998 menentukan : tanah untuk rumah tinggal yang telah dibeli oleh Pegawai Negeri, dari Pemerintah dan telah dilunasi harganya, diberikan kepada pegawai negeri yang bersangkutan dengan Hak Milik. Maksud dari pasal diatas adalah setiap rumah yang sudah secara penuh dilunasi harganya oleh pegawai negeri yang bersangkutan, seharusnya tanah untuk rumah-rumah yang sudah dibeli pegawai negeri tersebut diberikan kepada mereka dengan hak milik Hak milik tersebut harus didaftarkan untuk menjamin kepastian hukum atas rumah yang telah dibeli oleh pegawai negeri dari pemerintah 3. Mengenai pendaftaran hak milik untuk rumah tinggal yang telah dibeli oleh Pegawai Negeri dari pemerintah diatur pada Pasal 3 KMNA/KBPN No. 2 Tahun 1998 menentukan: Permohonan pendaftaran hak milik sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 huruf (a) diajukan kepada Kantor Pertanahan setempat disertai dengan: a. untuk tanah yang diatasnya berdiri rumah negara golongan III: 1) surat tanda bukti pelunasan harga rumah negara dan tanahnya, 2) surat keputusan Departemen Pekerjaan Umum bahwa rumah yang bersangkutan sudah menjadi milik pemohon, dan 3) bukti identitas pemohon. b. untuk tanah lainnya: 1) surat tanda bukti pelunasan harga tanah yang bersangkutan, 3 Ibid. 8

2) surat pelepasan hak atas tanah dari Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Departemen Lembaga Pemerintah non Departemen, atau Pemerintah Daerah yang bersangkutan kepada pemohon, dan 3) bukti identitas pemohon. Dengan dikeluarkannya peraturan tentang Pemberian hak milik untuk rumah tinggal Pegawai Negeri tersebut diharapkan dapat memberikan kemudahan dan mendorong bagi Pegawai Negeri, sebagai pemegang hak dapat diberikan menjadi status Hak Milik B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah pemberian Hak milik atas tanah untuk rumah tinggal (oleh pegawai negeri) pada perumahan Dinas KIMPRASWIL (Permukiman dan Prasarana Wilayah) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum setelah berlakunya KMNA/KBPN No. 2 Tahun 1998? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis apakah pelaksanaan pemberian hak milik atas tanah untuk rumah tinggal (oleh pegawai negeri) pada perumahan Dinas KIMPRASWIL (Permukiman dan Prasarana Wilayah) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah menjamin kepastian hukum 9

dan perlindungan hukum setelah berlakunya KMNA/KBPN No. 2 Tahun 1998. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat : a. memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya Hukum Pertanahan mengenai pelaksanaan pemberian hak milik atas tanah untuk rumah tinggal (oleh pegawai negeri) dinas KIMPRASWIL (Permukiman dan Prasarana Wilayah) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum setelah berlakunya KMNA/KBPN No. 2 Tahun 1998. b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat, khususnya para pemegang hak milik atas tanah mengenai pelaksanaan pemberian hak milik atas tanah untuk rumah tinggal (oleh pegawai negeri) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum setelah berlakunya KMNA/KBPN No. 2 Tahun 1998. 10

E. Keaslian Menurut sepengetahuan penulis, permasalahan ini belum ada yang meneliti, akan tetapi apabila ada kesamaan dalam permasalahan ini maka penulisan hukum ini merupakan pelengkap dari penulisan hukum sebelumnya. F. Batasan konsep 1. Hak milik atas tanah menurut Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang No 5 Tahun 1960 adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingant ketentuan dalam Pasal 6. 2. Rumah tinggal menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga 3. Pegawai Negeri menurut Pasal 1 Undang-Undang No 43 Tahun 1999 adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Kepastian hukum dan perlindungan hukum, menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah dengan diberikannya sertifikat kepada pemegang hak atas 11

tanah. Telah diketahui sertifikat memuat data yuridis dan data fisik. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas, dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya sedangkan data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang hukum yang dilakukan secara langsung kepada responden dan nara sumber, dan bersifat deskriptif yaitu melukiskan keadaan obyek atau masalah dengan memberi data yang seteliti mungkin tentang keadaan atau gejala-gejala yang lainnya 4. 2. Sumber data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden dan nara sumber. 4.Mari singarimbun, 1981, Metode Penelitian Survei, LP3ES, hlm1-2 12

b. Data Sekunder adalah data yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. a. Bahan hukum primer 1) Undang-undang Dasar 1945 2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peruturan Dasar Pokok-Pokok Agraria 3) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman 4) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 5) Peraturan Pemerintah 31 Tahun 2005 tentang Rumah Negara 6) Keputusan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah Tinggal Yang Telah Dibeli Oleh Pegawai Negeri Dari Pemerintah b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang didapat dari hasil penelitian, buku-buku literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 13

3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perumahan Dinas KIMPRASWIL ( Permukiman dan Prasarana Wilayah) Propinsi Derah Istimewa Yogyakarta yang ada di Kota Yogyakarta. 4. Populasi dan sample Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri pada Dinas KIMPRASWIL (Permukiman dan Prasarana Wilyah) di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengajukan permohonan hak milik atas tanah untuk rumah tinggal kepada pemerintah. Yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri yang mengajukan permohonan hak milik atas tanah untuk rumah tinggal kepada pemerintah, yang diambil sebanyak 20% dari populasi yang ada. Pengambilan sample dilakukan dengan cara random sampling. 5. Responden dan Narasumber 1. Responden dalam penelitian ini adalah adalah Pegawai Negeri pada Dinas KIMPRASWIL Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengajukan permohonan hak milik atas tanah untuk rumah tinggal kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta, yang diambil sebanyak 20% yaitu 35 PNS dari 150 PNS yang ada. 2. Narasumber dalam penelitian ini adalah: 14

1. Kepala Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta 2. Kepala Kantor Permukiman Dan Prasarana wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3. Kepala Kantor Penerimaan Kas Negara Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 6. Metode Pengumpulan Data 1. Kuesioner yaitu pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka yang diajukan kepada para responden yang alternative jawabannya tidak disediakan oleh peneliti, dalam hal ini responden harus memberi jawaban yang dicari sendiri berdasarkan data yang sebenarnya maupun yang bersifat tertutup 5. 2. Wawancara yaitu dilakukan dengan mengadakan tanya jawab kepada narasumber, baik bersifat tertutup maupun terbuka agar dapat berlangsung secara efektif berdasarkan pedoman wawancara. 7. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif yaitu analisis dengan memahami dan merangkai data yang telah dikumpulkan secara sistematis sehingga diperoleh gambaran mengenai masalah atau keadaan yang 5 Soerjono Soekanto,1986, Pengantar Penelitian Hukum, universitas Indonesia UI Press, Hal 250 15

diteliti 6. Berdasarkan analisis tersebut maka dapat disimpulkan penelitian digunakan metode berfikir induktif yaitui cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus atau peristiwa-peristiwa yang konkrit itu ditarik generalisai-generalisasi yang mempunyai sifat umum 7. H. SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan hukum ini terdiri dari III BAB yaitu bab I tentang pendahuluan, bab II tentang pembahasan dan bab III tentang penutup : Bab I : Berisi pendahuluan yang menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, dan Metode Penelitian Bab II : Berisi pembahasan yang menguraikan tentang Tinjauan tentang Hak Milik Atas Tanah, Tinjauan Tentang Perumahan dan Pemukiman, Tinjauan Tentang Rumah Negara, Tinjauan Umum Tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah Tinggal oleh Pegawai Negeri dari Pemerintah berdasarakan Keputusan Menteri Negara Agraraia No.2 Tahun 1998, dan Hasil Penelitian. 6 Masri Singarimbun, 1981, Metode Penelitian Survei, LP3ES, hlm 1-2 7 Sutrisno Hadi, 1995, Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, hlm 42 16

BAB III : Berisi penutup yang menguraikan tentang Kesimpulan dan Saran 17