BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Sejarah Pekon Way Suluh Kabupaten Pesisir Barat

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DATA. A. Praktek Jual Beli Tanah Wakaf Wakaf Pemakaman di Pekon Pajajaran Kecamatan Kotaagung Barat Kabupaten Tanggamus

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

JUAL BELI DALAM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS DATA. kepustakaan baik yang diperoleh langsung dari kitab-kitab aslinya atau kitabkitab

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

Perdagangan Perantara

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV. dijadikan obyek dari penelitian ini adalah tanah ladang, dengan tujuan di ambil

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM. menyetujui segala ketentuan-ketentuan yang Balelang.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP MURABAHAH DALAM PERJANJIAN ISLAM ( Kajian operasional Bank Syariah dalam modernisasi hukum ) Oleh LINA MAULIDIANA

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OBLIGASI TANPA BUNGA (ZERO COUPON BOND) DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 280. h Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru algensindo, 2013), h.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sub ini penulis akan menerangkan maksud. Hukum Islam Tentang PraktekTengkulak (Stady Kasus Di Pekon Way

BAB II PRINSIP PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

GAME RISING FORCE ONLINE

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

Transkripsi:

BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan hasil penelitian ini. Maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila dalam melakukan transaksi dan akadnya tidak bertentangan dari apa yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Namun ketika jual beli tersebut bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan oleh syara, sama seperti apa yang diterapkan oleh para tengkulak, di Pekon Way Suluh Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat itu tidak sah, karena jual beli yang demikian adalah terdapat unsur penipuan (ghoror) di dalamnya. Sebagaimana telah dijelaskan, jual beli merupakan akad yang dilakukan oleh dua pihak, dimana pihak pertama menyerahkan barang, dan pihak kedua menyerahkan imbalan. Dengan demikian disini akan diuraikan secara singkat akad jual beli lada terhadap praktek tengkulak di pekon Way Suluh Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Secara garis besar masyarakat Pekon Way Suluh bermata pencariannya salah satunya menggunakan sistem jual beli. Sesuai dengan pembahasan di sini seperti Jual beli hasil pertanian seperti lada, cengkeh, kopi dan lain- lain. Dengan cara jual beli terhadap praktek tengkulak. Berdasarkan hasil dari penelitian pada skripsi ini, mengenai sistem akad jual beli di pekon Way Suluh Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat menggunakan sistem tengkulak. Maksudnya petani di Pekon Way Suluh menjual hasil bumi dan lainnya melalui tengkulak, dengan tujuan untuk memanfaatkan waktu yang bisa digunakan untuk merawat kebun, dari pada mereka membuang

56 waktu kepasar untuk menjual lansung ke pasar. adapun sistem tengkulak dalam membeli barang petani dengan mendatangi satu persatu perkebunan petani dan mentetapkan harga dengan sendirinya dengan melihat kualitas lada petani yang akan dibeli, untuk menentukan kualitas lada petani tengkulak melihat terlebih dulu kualitas lada dengan cara melakukan tahapan KIR secara lansung atau melihat timbangan dari satu karung, namun dalam sistem menentukan kualitas barang dengan cara melihat timbangan dalam satu karung ini terkadang mengecohkan kualitas dan mengurangi harga yang harus petani dapat dalam penjual lada. sistem itu tidak mengikuti aturan jual beli lada untuk mengetahui kualitas barang yaitu dengan tahapan KIR. Dilihat dari akadnya, Sebelum melakukan transaksi tengkulak membuat perjanjian kepada petani agar lada yang didapat dijual kepada tengkulak jadi otomatis orang yang berprofesi sebagai tengkulak yang lain tidak akan mendapatkan lada petani yang telah melakukan perjanjian kepada tengkulak. Dimana setelah mereka mendapatkan lada maka tengkulak mengumpulkan terlebih dulu kegudang atau rumah mereka. setelah barang terkumpul maka barang yang didapat dicampurkan menjadi satu agar mendapat satu kualitas yaitu kualitas yang lulus uji kualitas keseluruhan. Namun sebelum mereka mencampur hasil lada yang didapat mereka memperkirakan takaran lada yang rusak untuk dimasukan di dalam lada yang mempunyai kualitas, agar tidak terlalu mengurangi kualitas disaat melakukan pencampuran. Menurut bapak Indra Saputra selaku yang menjalankan sistem jual beli terhadap tengkulak dia mengatakan jual beli lada dan hasil bumi lainya sebenarnya tidak melanggar hukum Negara maupun

57 hukum Islam. Selama mereka yang berpropesi sebagai tengkulak tidak melakukan suatu unsur yang dilarang seperti mengurangi timbangan, menipu kualitas, mempermainkan harga terhadap petani, baik di perkebunan ataupun yang berada di rumah-rumah mereka. Menurut pendapat dari bapak Ali Imran sebagai Tengkulak, menurut beliau ketika membeli lada petani yaitu dengan kualitas yang bermacam- macam dan tak lupa mengambil lada yang rusak yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak keutungan dari penjualan. Itu dilarang di dalam hukum Islam di akibatkan adanya unsur penipuan. Adapun permasalahan yaitu ketika sesudah pengumpulan lada maka lada tersebut di campur menjadi satu baik lada bagus dan lada angin setelah selesai pencampuran maka tengkulak melihat kembali kualitas dan menjual kembali kepengepul di pasar. Mereka mengakadkan kepada pembeli bahwa kualitas lada yang dijual adalah lulus kualitas tanpa ada pencampuran lada yang rusak atau tak ada harga jual. Hal ini, bisa dilihat dari pendapat Bapak Hendri bahwa bagi penjual, selalu membuat kerugian kepada pembeli. Dalam setiap menjual lada kepada pengepul tidak harus dengan kualitas bagus keseluruhan, bisa menambahkan lada rusak kedalam lada yang berkualitas bagus karna keuntungan yang diperoleh itu lebih berarti dari pada kualitas lada yang akan dijual. Sistem akad jual beli lada terhadap tengkulak seperti ini, merupakan tradisi turun temurun, yang dilakukan masyarakat sebelum mereka, dan diikuti oleh masyarakat sekarang. Hal ini sebagai bukti bisa dilihat dari pendapat bapak Khuproni, bahwa sistem seperti itu, dikarenakan Perkebunan petani tersebut jauh

58 dari pasar, sementara jika dijual terhadap tengkulak petani bisa memanfaatkan waktu untuk bekerja diperkebunan tersebut. Sehingga mereka beranggapan sistem yang mereka lakukan tidak menyimpang, karena sesuai perjalanan yang mereka tempuh sampai 2 jam perjalanan bagi Roda dua karna disebabkan jalan dari perkebunan menuju kejalan besar sangat memperihatinkan. Hal ini juga diungkapkan oleh Solehan dan Ansari, jika tidak demikian mereka merasa rugi. Bagi petani juga tidak merasa keberatan, sebab menurut mereka selisih harga yang diberikan tengkulak dipandang sebagai jasa dari menolong menjual lada petani tersebut, dari pada petani menjual lansung ke pasar maka banyak kerugian yang didapat salah satunya menghabiskan waktu petani untuk mengurusi kebun dan juga menguras tenaga karna jauh perjalanan yang akan mereka tempuh untuk menjual lansung kepengepul di pasar. Berdasarkan uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa proses akad jual beli lada terhadap tengkulak di pekon way suluh Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat, dengan cara menjual lada terhadap tengkulak dengan sistem pengurangan harga dari harga pasaran yang ada di pasar dengan alasan sebagai jasa penjualan lada kepasar, meskipun dalam menetapkan harga tengkulak mengambilkan keuntungan dari harga di pasar dan dengan sistem memasukan lada rusak disaat pencampuran. karna alasan upah tengkulak untuk menjualkan lada petani karna perjalanan yang ditempuh lumayan jauh dari perkebunan dan tengkulak memandang jika memasukan lada rusak tidak mempengaruhi kualitas mereka mengatakan boleh boleh saja.

59 Sesuai akad yang dilakukan oleh tengkulak dan petani di Pekon Way Suluh, peneliti setuju dengan alasan yang mereka lakukan. Tetapi peneliti kurang setuju dengan tata cara pengolahan barang yang dilakukan tengkulak sebelum menjualnya kepasar, tengkulak mencampur barang dengan segala macam kualitas lada bahkan mencampurkan lada yang rusak, maka alasannya kurang rasional jika untuk mendapatkan keuntngan lebih di dalam penjualan, dan yang lebih tidak sesuai lagi dengan sistem akad yang dilakuan oleh penjual kepada pembeli, yaitu mengakadkan bahwa lada tersebut mempunyai kualitas yang bagus keseluruhan akan tetapi lada yang dijual tidak sesuai dengan kenyataannya. Bukti lain menurut peneliti, sangat menyimpang dilakukan oleh penjual yang ada di Pekon Way Suluh, berdasarkan keterangan dari A.Pakhri, tengkulak melakukan pencampuran setiap kali mendapatkan lada, pada saat membeli lada tersebut kepada petani tengkulak mengurangi harga sesuai kualitas lada, sedangkan pada saat penjualan tengkulak menjual barang tersebut dengan satu kualitas untuk mendapatkan keuntungan. Tentu hal ini sebagai bukti bahwa bagi tengkulak hanya mengambil keuntungan sendiri dan menipu masyarakat. Jika tiap kualitasnya dihargai jauh lebih murah dari dari yang lulus kualitas namun disaat menjual ke pasar menjual dengan satu kualitas, berarti tengkulak telah menipu diri sendiri dan pengepul yang membeli lada tersebut di pasar.

60 A. Praktek Tengkulak Dalam Jual Beli Lada di Pekon Way Suluh Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Menurut Bapak Yusnar Selaku Tokoh masyarakat di Pekon Way Suluh Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Beliau berpendapat bahwa kegiatan jual beli melalui tengkulak itu boleh-boleh saja selama di dalam transaksi tidak ada unsur penipuan antar dua pihak. Bapak yusnar juga berpendapat bahwa tengkulak juga sangat dibutuhkan oleh petani karna tengkulak memberikan kemudahan bagi petani dalam melakukan jual beli. Menurut Bapak Sarpani Selaku Tokoh Masyarakat setempat berpendapat jika bertanya sah tidaknya jual beli, maka kita harus melihat terlebih dahulu sistem di dalam jual beli itu seperti apa. Bapak Sarpani berpendapat bahwa Jual beli memelalui Tengkulak itu sebenarnya boleh selama itu tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karna semua pekerjaan itu harus ada dasar yang membolehkannya sedangkan jual beli sendiri banyak ayat dan hadist yang membolehkan bahkan mewajibkan. Jika di dalam jual beli tersebut ada unsur penipuan. menurut bapak Sarpani jangankan jual beli lada melalui tengkulak, tetapi semua pekerjaan itu pasti hukumnya haram. Menurut Bapak Muyadi selaku tokoh masyarakat pekon Way Suluh Kecamatan Pesisir Barat. Bapak Muyadi berpendapat jual beli lada melalui tengkulak itu boleh-boleh saja. Yang tidak boleh itu tata caranya seperti menipu petani, baik itu dari timbangan ataupun dari segi harga maka itu yang akan menjadi penyebabnya jual beli tersebut dilarang. Tegkulak juga menurut beliau

61 sangat membantu petani karna jika tidak ada tengkulak pasti petani bingung cara menjual hasil panen mereka. Tetapi tergantung dari seseorang yang menjalani pekerjaan sebagai tengkulak. Karna semua pekerjaan itu tidak ada yang salah tetapi terkadang orang yang menjalaninya yang melakukan kesalahan untuk memperoleh keuntungan lebih. Oleh sebab itu pemerintah harus sering mengadakan seminar dalam rangka memberikan imu pengetahuan akan suatu kegiatan khususnya dalam jual beli. B. Pandangan Hukum Islam Tentang Praktek Tengkulak Sebelum penulis menguraikan pandangan hukum Islam secara khusus terhadap akad yang dilakukan masyarakat Way Suluh. Terlebih dahulu akan diuraikan secara singkat mengenai tata cara jual beli secara benar khususnya dalam pandangan hukum Islam. Menurut Kalangan Hanafiah, Hambali, Syafi i dan pengertian secara umum dan khusus, atau menurut ahli Tafsir yang diungkapkan oleh Hasbi Ash-Shiddiqi. Sebagaimana telah diuraikan pada Bab II sebelumnya, yang dimaksud dengan jual beli dapat disimpulkan tukar menukar, baik berupa harta dengan harta, atau harta dengan uang, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan bagi kedua belah pihak, yang sifatnya bermanfaat dan bukanlah sebuah landasan kenikmatan. Hukum Islam mempunyai dasar tersendiri, dalam melakukan akad jual beli, yaitu: Pertama: Al-Qur an sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-baqarah ayat 275, telah dijelaskan bahwa Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan Riba. Ayat selanjutnya dalam Q.S. an-nisa ayat 29. Menjelaskan tentang jangan kaum muslimin saling memakan harta sesamanya dengan jalan

62 bathil, kecuali suka sama suka, dan jalan perniaga. Juga terdapat pada ayat berikutnya dalam Q.S. Al-Jumuah ayat 10. Menjelaskann apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Kedua: Hadits juga menjelaskan perintah mengenai perintah jual beli, sebagaimana halnya: Seperti, penjelasan yang diriwayatkan Ibrahim Bin Musa, terdapat dalam kitab Bukhari, bahwa Rasulullah s.a.w. dapat penulis simpulkan mengenai perintah bagi kita untuk memakan makanan secara baik, dan dengan usahanya sendiri. Selanjutnya Penjelasan yang diriwayatkan Qutaibah, terdapat dalam kitab Bukhari, bahwa Rasulullah s.a.w. bersbada pada dasarnya menjelaskan larangan kepada kita untuk tidak meminum khamar, dan memakan bangkai, maksudnya kita dilarang memakan harta, yang ketetapannya jelas haram. Ketiga: Hukum Ijma : memberikan penjelasan jual beli boleh dilakukan, jika telah memenuhi syarat dan rukun. Sebagaimana ditetapkan prinsip muamalah Seperti: Perinsip kerelaan, bermanfaat, tolong menolong, prinsip tidak terlarang. Adapun Rukun Jual Beli adanya penjual dan pembeli, adanya barang yang diperjual belikan, sighat (ijab qabul). Syaratnya: penjual dan pembeli harus baligh, tidak pemboros, tidak ada paksaan atau kehendak sendiri. Adapun syarat untuk diperjual belikan harus bersih, manfaat, barang yang diperjualkan ada di tangan. Dapat disimpulkan syarat-syarat secara umum suatu akad adalah: pihakpihak yang melakukan akad telah cukup bertindak hukum, objek akad diakui oleh syara akad itu bermanfaat, pernyataan ijab tetap utuh, dilakukan dalam majlis. Syarat umum ini akan dianggap sah jika terpenuhi syarat khususnya. Orang yang

63 mengucapkan ijab qabul telah baligh dan berakal, Qabul sesuai dengan ijab, dilakukan dalam suatu majelis, ada barang yang diperjual belikan (barangnya berada dalam kekuasaan penjual, jelas zatnya, diserahkan langsung, suci bendanya, bermanfaat menurut syara. Adapun macam-macam jual beli, terdapat dua kategori yaitu sebagai berikut: Pertama: jual beli shahih maksudnya sesuai tuntunan syara. Namun keshahihannya bisa gugur, apabila menyakiti si penjual, menyempitkan gerakan pasar. Kedua: jual beli yang batal atau fasid, maksudnya jika menjual suatu barang bertentangan dengan syara Seperti menjual barang yang tidak ada, atau barang yang tidak bisa diserahkan kepada pembeli, dan mengandung unsur penipuan sama seperti jual beli yang dilakukan tengkulak di pekon Way Suluh. Berdasarkan demikian terdapat beberapa prinsip dalam muamalah yaitui prinsip pertama di dalamnya, bahwa muamalah mempunyai tujuan untuk mewujudkan kemaslahatan ummat manusia. Kedua, setiap jenis muamalah hukum dasarnya boleh sampai ditemukan dalil yang melarangnya. Jika diperhatikan tentang permasalahan jual beli yang demikian ini, terdapat dalam beberapa unsur jual beli, yakni pihak petani, tengkulak, sedangkan pembelinya pengepul di pasar, Dan hasil alam sebagai objek kususnya jual beli lada. adapun terjadi ikatan jual beli tersebut setelah kedua belah pihak melangsunkan akad, dalam jual beli terhadap praktek tengkulak. Maka sejak itu terjadinya ikatan sehingga pihak pengepu harus membayar harga lada dengan harga yang telah ia tentukan secara perjanjian. Berkenaan dengan masalah jual

64 beli, hukum Islam memberikan batasan-batasan yang merupakan sandaran terhadap boleh atau tidaknya melangsungkan jual beli. Berlansungnya transaksi serah terima pihak-pihak tertentu, namun yang harus diperhatikan adalah tentang rukun dan syarat jual belinya. Karena faktor inilah yang sangat menentukan terhadap boleh dan tidaknya serta halal atau haramnya jual beli. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa rukun jual beli seperti adanya penjual dan pembeli, adanya barang yang di belikan dan shighat (kalimat ijab dan kabul). Kemudian dari beberapa, syarat yang juga harus dipenuhi seperti bersihnya barang, dan syarat dan rukun akadnya, sebab apabila salah satu syarat dan rukun jual belinya tidak terpenuhi, maka jual beli tersebut adalah fasid atau batal. Apabila tata aturan yang demikian ini dilakukan dengan sebenar-benarnya, maka akan terhindar penyesalan dikemudian hari, jual beli yang demikian inilah yang diperkenankan dalam hukum Islam. Berkenaan dengan jual beli terhadap praktek tengkulak, sebagaimana yang terjadi di Pekon Way Suluh Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat, bahwa peroses terjadinya jual beli lada dengan adanya praktek tengkulak adalah setelah pihak penjual dan pembeli mengadakan kesepakatan maka berlangsunglah jual beli lada. Sesuai dengan pelaksanaan aqad jual beli lada terhadap praktek tengkulak, yang telah dilakukan oleh masyarakat di Pekon Way Suluh Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Jika ditinjau dari Hukum Islam, akad yang mereka lakukan terjadinya sebuah penyimpangan. Karena dilihat dari segi alasan yang mereka lakukan dalam pengolahan lada sebelum menjual kembali di pasar.

65 Misalnya tengkulak membeli lada kualitas bagus Rp 100.000,00 dan lada yang kualitasnya kurang bagus Rp 95.000,00 serta lada angin Rp 15.000,00 maka tengkulak akan mencampurankan lada tersebut menjadi satu atau bisa dibilang manipulasi kualitas lada yang kualitasnya kurang bagus dan yang tidak memiliki kualitas menjadi satu kemudian menjualnya kembali kepada pengepul dengan harga yang sesuai lulus kualitas. Menurut penelitian ini, alasan yang pada umumnya di ungkapkan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai tengkulak, bagi tengkulak tidak ada kesalahan jika melakukan akad jual beli tersebut, karena sesuai rukun dan syarat jual beli itu sendiri, yaitu: Suka sama suka, barangnya jelas, ada penjual dan pembeli. Namun terjadinya penyimpangan yang mereka lakukan, terjadinya penipuan pada objek jual beli lada terhadap pengepul. Berbeda pada saat mereka membeli terhadap petani, karena tengkulak mencampurkan berbagai macam kualitas di dalam penjualan, tetapi tetap diakadkan satu kualitas terhadap pengepul meski tidak sesuai dengan kualitas lada yang sebenarnya. Hal ini sebagai bukti telah terjadi penyimpangan dan termasuk riba, sebab telah mengambil keuntungan bunga sangat besar. Padahal secara jelas dalam Q.S.al-Baqarah ayat 275, secara jelas pada ayat ini mengharamkan riba, sesuai dengan akad yang dilakukan oleh tengkulak. Karena telah mencampurkan lada yang tidak pantas diperjual belikan, dan mengambil keuntungan sangat besar. Berdasarkan keterangan dari A.Pakhri, tengkulak lada selalu mncampurkan lada yang didapat dari petani sebelum menjual kembali ke

66 pasar. Misalnya tengkulak membeli lada angin Rp 15.000,00 lada kurang berkualitas Rp 95.000,00 dan lada yang berkualitas Rp 100.000,00 perkilonya, namun sebelum dijualkan kepada pengepul lada tersebut di lakukan pencampuran agar mendapatkan keuntungan lebih dari penjualan. Akan tetapi, tengkulak tersebut tetap mengakadkan kepada pengepul, lada tersebut memiliki kualitas bagus Jual beli semacam ini tidak bisa diterima oleh syari at Islam karena ditinjau dari syarat jual beli itu sendiri dilarang melakukan sebuah penipuan. Menurut peneliti jual beli yang dilkukan tengkulak ini telah melakukan penipuan, karena mencampurkan barang yang tidak layak jual.kedalam lada yang kualitasnya layak dan akan tetap di jual terhadap pengepul. Hal ini disebabkan kecilnya lada dan banyaknya yang dijual pada saat terjadinya transaksi. Sebagai ummat Islam secara jelas ditegaskan untuk melakukan jual beli dalam bentuk apapun dengan cara yang halal, untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Namun bukan berarti perintah jual beli disini dilakukan dengan memetingkan diri sendiri, tanpa memenuhi syarat dan rukunnya. Khususnya jangan menipu seperti yang dilakukan oleh beberapa tengkulak lada, membuat kecurangan dengan cara memasukan lada angin kedalam lada yang sudah layak jual. Padahal secara tegas dapat dilihat dalam Q.S. Al-Mutaffifin ayat 1-3 secara jelas pada ayat ini melarang kepada kita melakukan sebuah kecurangan dalam timbangan dan takaran, khususnya sesuai yang dilakukan tengkulak di Pekon Way Suluh telah melakukan penyimpangan. Sebab telah mencampurkan lada angin

67 kedalam lada yang sudah layak jual. Hal ini merupakan perbuatan yang bathil karena telah melakukan penipuan. Kesepakatan memang merupakan faktor yang sangat diperlukan dalam jual beli, namun di dalam mengadakan kesepakatan, terhadap perkara yang jelas, yang berarti diantara kedua belah pihak, yaitu antara penjual dan pembeli, dapat memperkirakan dengan jelas. Apabila yang dijadikan suatu kesepakatan itu tidak jelas baik itu dari sisi keadaannya maupun jumlah barang, tentunya persepakatan yang demikian ini tidak dibenarkan. Jual beli yang dilakukan tengkulak dengan melakukan pencampuran lada angin dalam hal yang demikian ini tentunya dilarang, sebab barang yang dijadikan objek jual belinya, tidak jelas. Hal yang demikian ini diharamkan dalam hukum Islam, sebab pada penelitian ini tidak ada kejelasan dan kepastian barang yang diperjual belikan, hal tersebut cenderung akan terjadi penipuan dan penyesalan dikemudian hari. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT telah mensyari atkan jual beli, sebagai tujuan agar diantara ummat saling berhubungan atau saling bermuamalah, antara satu dengan yang lainnya, dan saling memenuhi kebutuhan secara timbal balik diantara mereka, juga tidak terlepas dari apa yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Dapat disimpulkan jual beli lada yang dilakukan tengkulak dengan adanya pencampuran lada angin ke dalam lada yang berkualitas adalah fasid atau batal, karena tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan syara khususnya dalam jual beli lada terhadap petani dan pengepul yang di lakukan tengkulak.