HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA Tita Restu Yuliasri, Retno Anjar Sari Akademi Kebidanan Ummi Khasanah email : tita_dheta@yahoo.com Abstrak :Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ISPA dengan Penanganan Balita ISPA ISPA merupakan penyakit pernafasan yang merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita. Penyakit ISPA bukan masalah kesehatan yang boleh diabaikan karena apabila penanganannya tidak benar, maka dapat berakibat menjadi parah. Namun, sebelum mengetahui pengetahuan tentang penanganan ibu dalam menghadapi anaknya yang sakit ISPA, perlu diketahui tentang pengetahuan tentang ISPA dan penanganan balita ISPA di rumah, karena hal tersebut memegang peranan penting dalam melakukan sebuah tindakan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasi. Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yang berjumlah 109. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 78 responden. Penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner. Uji korelasi yang digunakan adalah Spearman rho.tingkat pengetahuan responden tentang ISPA dalam kategori cukup dan pengetahuan tentang penanganan balita ISPA di rumah dalam kategori cukup. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa signifikansi 0,000 (p <0,05) yang artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan penanganan balita ISPA di rumah. Kata kunci: ISPA, pengetahuan, balita, penanganan Abstract:The Correlation Between Mothers Knowledge of ARI With The Handling ARI Toddler Acute Resparatory Infection (ARI) is a respiratory disease, which is the leading cause of death in infants and toddlers. ISPA not a health problem that should be ignored, because if not handled properly, it can result into severe. However, before knowing the knowledge of the mother in the face of handling sick child respiratory infection, you need to know about his knowledgeof ARI and ARI handling toddlers at home, because it plays an important role in performing an action.this study is a quantitative correlation method. The population in the study were all mothers with infants who totaled 109. The sample in this study amounted to 78 respondents.this study used a random sampling technique. This study used a questionnaire instrument. Correlation test used was Spearman rho. The level of knowledge about ARI category fairly and knowledge about handling the ARI toddler at home also in the category enough. Correlation test results showed that the significance value of 0,000 (p <0.05), which means that H 0 rejected and H α received. Keywords: ARI, knowledge, toddlers, handling Tita Restu Tuliasri,dkk, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu... 99
PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari. ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah. Menurut WHO Pneumonia adalah penyebab terbesar kematian pada anak diseluruh dunia. Setiap tahun diperkirakan membunuh 1,4 juta anak di bawah usia lima tahun (Hildenwall et al, 2009). Di Indonesia Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi masalah kesehatan utama. Prevalensi ISPA di Indonesia pada tahun 2013 adalah 25,0% tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada tahun 2007 sebesar 25,5%. Prevalensi ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 25,8% dan < 1 tahun sebesar 22,0% (Riskesdas, 2013). ISPA mengakibatkan sekitar 20-30% kematian pada balita (Depkes RI, 2010). Maka dari itu, Ibu memiliki peran besar terhadap penyembuhan balita ISPA. Dampak bila ibu tidak memberikan pengelolaan ISPA yang baik pada balitanya akan memperberat penyakitnya yaitu menjadi Pneumonia berat sehingga saat dibawa ke rumah sakit keadaannya sudah semakin memburuk. Dalam hal ini, infeksi bakteri adalah salah satu penyebab Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA) dan diare. Penyakit Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA) pada balita paling banyak ditemukan pada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak 1.813 kasus Pneumonia, sedangkan pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 1.739 kasus Pneumonia pada balita. Laporan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan pemerintah menunjukkan bahwa pada tahun 2012 ditemukan 2.936 kasus Pneumonia pada balita, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 penyakit Pneumonia balita di Kabupaten Bantul dilaporkan sebanyak 1157 kasus, meningkat dibanding tahun 2011 yaitu 606 kasus Pneumonia. Kemudian pada tahun 2015 Kabupaten Bantul masih memiliki masalah kesehatan terutama masalah ISPA. Terbanyak adalah 115 kasus ISPA di Puskesmas Piyungan, menduduki terbanyak kedua adalah Puskesmas Bangutapan II dengan 97 kasus ISPA ( Dinkes Bantul, 2015). Wilayah kerja Puskesmas Piyungan memiliki tiga Desa yaitu Desa Siti Mulyo, Sri Mulyo dan Sri Martani. Pada bulan Desember 2015 Desa Sri Mulyo memiliki kunjungan balita ke Puskesmas dengan diagnosa ISPA non Pneumonia terbanyak yaitu 117 kunjungan balita ISPA non Pneumonia, kemudian diikuti desa Sri Martani 98 kunjungan balita dan Desa Siti Mulyo 77 kunjungan balita. Tita Restu Tuliasri,dkk, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu... 100
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Dusun Klenggotan, Sri Mulyo dari 10 responden didapatkan hasil delapan ( 80%) responden tidak mengetahui tentang ISPA atau sama dengan, hanya dua (20%) responden yang mengetahui tentang ISPA. Kemudian dari 10 responden tujuh (70%) responden tidak mengetahui penangan balita ISPA di rumah atau sama dengan, hanya tiga (30%) responden yang mengetahui penganan balita ISPA di rumah (Dusun Klenggotan, 2015). Penanganan penyakit Pneumonia yang tepat di rumah oleh orangtua dapat mengurangi tingkat keparahan dan mengurangi kematian balita akibat Pneumonia (Kemenkes RI, 2010). Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ISPA dengan Penanganan Balita ISPA di Rumah di Dusun Klenggotan. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Pendekatan penelitian ini menggunakan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Dusun Klenggotan, Desa Sri Mulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta pada bulan Desember 2015- Mei 2016. Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yang berjumlah 109. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 78 responden. Pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Analisis hipotesis menggunakan Spearman rho. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Tingkat Pengetahuan Umur Baik Cukup Kurang <25 2 2.32 9 10.46 19 22.09 25-35 4 4.65 25 29.06 8 9.30 >35 0 0 5 5.81 14 16.27 Berdasarkan Tabel 1. didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang ISPA berdasarkan umur, sebagian besar responden berumur 25-35 tahun sebanyak 25 orang (29,06%), dengan pengetahuan tentang ISPA dalam kategori cukup Tita Restu Tuliasri,dkk, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu... 101
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pengetahuan Pendidikan Baik Cukup Kurang SD 0 0 0 0 0 0 SMP 0 0 2 2.32 12 13.95 SMA 3 3.48 33 38.37 29 33.72 Sarjana 3 3.48 4 4.65 0 0 Berdasarkan Tabel 2. didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang ISPA berdasarkan pendidikan, sebagian besar responden SMA sebanyak 33 orang (38.37%), dengan pengetahuan tentang ISPA dalam kategori cukup Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Variable Bebas Pekerjaan Baik Cukup Kurang Bekerja 6 6.97 26 30.23 11 12.79 Tidak Bekerja 1 1.16 12 13.95 30 34.88 Berdasarkan Tabel 3. didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang ISPA berdasarkan pekerjaan, sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 30 orang (34,88%), dengan pengetahuan tentang ISPA dalam kategori kurang. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Pengetahuan Paritas Baik Cukup Kurang Primigravida 2 2.32 13 15.11 16 18.60 Multigravida 4 4.65 26 30.32 25 29.06 Grandegravida 0 0 0 0 0 0 Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang ISPA berdasarkan paritas, sebagian besar responden multgravida sebanyak 26 orang (30,32%), dengan pengetahuan tentang ISPA dalam kategori cukup. Tita Restu Tuliasri,dkk, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu... 102
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan dan Penanganan Ispa No Variabel Baik (>75-100%) Parameter Cukup (56-75%, ) Kurang (<56%) Spearm an s rho 1 Tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA 6 6.97 39 45.34 41 47.67 0,000 2 Penanganan balita ISPA dirumah 4 4.65 45 52.32 37 43.02 0,000 Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilik tingkat pengetahuan kurang sebanyak 41 orang (47.67%) dan sebagian besar responden melakukan penanganan balita ISPA di rumah dalam kategori cukup berjumlah 45 orang (52.32%). Hasil analisis bivariat menunjukkan p value 0,000 (p< 0.05). Dapat disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penanganan balita ISPA di rumah. PEMBAHASAN Klenggotan diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dalam kategori cukup (29.06%) dan ibu yang berusia 25-35 tahun. Untuk pengetahuan tentang penanganan balita ISPA di rumah juga dalam kategori cukup 29.06% pada ibu yang berusia 25-35 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, usia ibu berpengaruh pada tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan penanganan balita ISPA di rumah di Dusun Klenggotan. Penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Cuwin (2009). yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan pengetahuan seseorang termasuk dalam pengetahuan tentang penanganan balita ISPA di rumah. Klenggotan diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dalam kategori cukup 38.37% pada ibu yang berpendidikan SMA. Untuk pengetahuan tentang penanganan Tita Restu Tuliasri,dkk, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu... 103
balita ISPA di rumah juga dalam kategori cukup 41.86% pada ibu pada ibu yang berpendidikan SMA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan penanganan balita ISPA di rumah di Dusun Klenggotan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007) tentang factor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penentu untuk melakukan penanganan balita ISPA. Klenggotan diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dalam kategori kurang 34.88% pada ibu yang tidak bekerja. Untuk pengetahuan tentang penanganan balita ISPA di rumah dalam kategori cukup 32.55% pada ibu yang bekerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pekerjaan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan penanganan balita ISPA di rumah di Dusun Klenggotan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Dalam hal ini ada hubungan antara ibu yang berada dalam lingkungan kerja dan lingkungan rumah (tidak bekerja). Menurut KKBI pekerjaan adalah suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Diharapkan ibu yang bekerja akan mendapatkan informasi atau pengetahuan yang lebih banyak. Dalam penelitian ini ada hubungan antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja sehingga ibu yang bekerja mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ISPA dan penanganan balita ISPA di rumah sedangkan ibu yang tidak bekerja memiliki pengetahuan dalam kategori kurang tentang ISPA dan penanganan balita ISPA di rumah. Klenggotan diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dalam kategori cukup 31.64% pada ibu multigravida. Untuk pengetahuan tentang penanganan balita ISPA di rumah juga dalam kategori cukup 36.70% pada ibu multigravida. Sehingga dapat Tita Restu Tuliasri,dkk, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu... 104
disimpulkan bahwa, paritas ibu berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan penanganan balita ISPA di rumah di Dusun Klenggotan. Hasil tersebut di dukung oleh teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. Dalam hal ini ibu multigravida dominan memiliki pengalaman pribadi dalam merawat anak sehingga mempunyai pengetahun lebih banyak dari ibu primigravida yang mayoritas baru mengenal ataupun belajar dalam merawat anak. Klenggotan diketahui bahwa sebagian besar ibu balita memiliki pengetahuan tentang ISPA dalam kategori kurang berjumlah 41 ibu atau sebanyak 47.67% dan ibu yang memiliki pengetahuan tentang penanganan balita ISPA di rumah juga dalam kategori kurang berjumlah 45 ibu atau sebanyak 52.32%. Serta, hasil dari tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan penanganan balita ISPA di rumah menunjukkan signifikasi<0,05 yang artinya H0 ditolak dan Hα di terima atau ada hubungan pengetahuan ibu tentang ISPA dengan penanganan balita ISPA di rumah. Dalam hal ini pengetahuan ibu berpengaruh positif terhadap penanganan ibu pada balita ISPA di rumah. Semakin baik pengetahuan ibu yang memiliki balita maka semakin tinggi pula penanganan balita ISPA di rumah. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2005) pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Penanganan di rumah sangat penting dalam penatalaksanaan anak dengan infeksi saluran pernafasan. Sebagian besar anak bisa di sembuhkan dengan penanganan di rumah dengan baik. Dalam hal ini bila ibu memiliki pengetahuan yang kurang mengenai ISPA dapat menimbulkan buruknya perawatan dan penanganan anak ISPA di rumah, namun bila ibu memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai ISPA, maka kemungkinan tingkat kesembuhan akan tinggi dan mengecilkan terjadinya komplikasi. Tita Restu Tuliasri,dkk, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu... 105
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1. Bahwa usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas berpengaruh terhadap pengetahuan tentang ISPA dan penanganan balita ISPA di rumah di Dusun Klenggotan, Desa Sri Mulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta tahun 2016. 2. Menunjukkan signifikasi < 0,05 yang artinya H0 ditolak dan Hα diterima atau ada hubungan pengetahuan ibu tentang ISPA dengan penanganan balita ISPA di rumah. Dalam hal ini pengetahuan ibu berpengaruh positif terhadap penanganan ibu pada balita ISPA di rumah. Semakin baik pengetahuan ibu yang memiliki balita maka semakin tinggi pula penanganan balita ISPA di rumah. SARAN 1. Dusun Klenggotan Agar digunakan sebagai bahan masukan dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang ISPA dengan penanganan balita ISPA di rumah terutama pada ibu yang berusia > 35 tahun, ibu yang berpendidikan SMP, ibu yang tidak bekerja dan ibu primigravida. 2. Institusi Pendidikan Agar digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang pengetahuan tentang ISPA dengan penanganan balita ISPA di rumah, terutama bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Bantul, Yogyakarta. 3. Peneliti Selanjutnya Agar dapat digunakan sebagai studi pendahuluan untuk penelitian ke depan sehingga dapat melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA dengan observasi dan metode lain. DAFTAR RUJUKAN Departemen Kesehatan, RI 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta; Depkes RI. Depkes.RI.2005.Profil.Kesehatan.Indonesia.2005.http://www.depkes.go.id/resources/dow nload/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-2005.pdf. Diakses tanggal 10 Januari 2016 Pukul 09.35 WIB Depkes RI. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneomunia Pada Balita. Jakarta: EGC. Tita Restu Tuliasri,dkk, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu... 106
Hildenwall et all. 2009. Care-Seeking In The Development Of Severe. Kemenkes.RI.2010.Profil.Kesehatan.Indonesia.(2010).http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatanindonesia-2010.pdf. Diakses tanggal 10 Desember 2015 Pukul 09.51 WIB KKBI 2013. Jenis Pekerjaan. http://langgocity.blogspot.co.id/2009/08/judulskripsi.html. Diakses pada tanggal 23 Mei 2015 Pukul 08.46 Wib Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Tita Restu Tuliasri,dkk, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu... 107