Mengembangkan Kreativitas Matematik Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

Adapun desain yang dimaksud adalah sebagai berikut: I. Desain Penelitian untuk Kemampuan Kreatif Matematik Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL. Oleh: MUHAMAD AFANDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Darsono, M.Kom. 2. Ika Santia, M.Pd.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL TREFFINGER

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

Kemampuan berpikir kreatif mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL TREFFINGER

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

STRATEGI FORMULATE SHARE LISTEN CREATE UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

METODE PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN BELIEFS SISWA PADA PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATANANG S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

Peningkatan Kreativitas Dan Pemecahan Masalah Bagi Calon Guru Matematika Melalui Pembelajaran Model Treffinger

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: DENNY RATNA HANDAYANI A

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar,

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. M. Gilar Jatisunda 1)

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA PGSD DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

Prosiding ISSN :

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irvan Noortsani, 2013

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang. pendidikan mulai dari SD hingga SLTA ataupun SMK.

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan PendidikanMatematika Realistik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan akan lahir generasi-generasi penerus yang berkualitas

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan wadah untuk meningkatkan dan. mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

ASOSIASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MATHEMATICAL HABITS OF MIND SISWA SMP

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi untuk masa depan. Kemakmuran Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL REOG MENINGKATKAN KREATIFITAS BELAJAR SISWA SMPN DI KABUPATEN PACITAN. Khoirul Qudsiyah 1) & Tika Dedy Prastyo 2)

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL. Oleh. Rr. Laksmi Wulandari NIM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

PENERAPAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH PADA ASPEK MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HAYATI

Model Advance Organizer dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi dan sulit. Oleh karena itu sekolah harus mengimbanginya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nina Indriani, 2013

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN ACEH TENGAH

SELING Jurnal Program Studi PGRA ISSN (Print): ; ISSN (Online): X Volume 4 Nomor 1 Januari 2018 P

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana

MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

Aisyah Nasution. Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Gunung Leuser Kutacane

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Supardi Uki S (2012: 248), siswa hanya diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang dapat bersaing secara global. Untuk menjawab

KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

Transkripsi:

Mengembangkan Kreativitas Matematik Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger Sarson W.Dj.Pomalato ( Universitas Negeri Gorontalo) Abstrak Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilakukan pada siswa kelas 2 SMP di Gorontalo yaitu menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan oleh guru. Sementara kelas eksperimen diberikan pembelajran dengan model Treefinger. Tujuannya adalah untuk menganalisis kretaivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Sampelnya terdiri dari 268 siswa yang tersebar dalam 6 kelas sekolah level tinggi,sedang dan rendah. Temuan yang diperoleh adalah bahwa kreativitas matematik siswa yang memperoleh pembelajaran model Treefinger lebih baik dari kreativitas matematik siswa yang memperoleh Kata-kata kunci : Model Treefinger, Kreatvitas siswa dan S alah satu kemampuan yang turut menentukan suksesnya hidup seseorang adalah kemampuan kreatvitas. Kemampuan ini dibutuhkan terutama dalam menghadapi tantangan masa depan dan era globalisasi serta canggihnya teknologi komunikasi yang berkembang begitu pesat Demikian pula kemampuan ini sangat penting, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut kreativitas untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Pada bidang pendidikan, kreativitas siswa mendapat perhatian yang cukup besar. Hal itu terlihat pada upaya-upaya pengambil kebijakan di bidang pendidikan untuk memasukkan peningkatan kreativitas dalam berbagai kegiatan pendidikan, baik dimuat dalam kurikulum, strategi pembelajaran maupun perangkat pembelajaran lainnya. Upaya tersebut dimaksudkan agar supaya setiap kegiatan pendidikan atau pembelajaran, kepada siswa dapat dilatihkan keterampilan yang dapat mengembangkan kreativitas terutama dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Dengan demikian dunia pendidikan akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pengembangan SDM yang kreatif dan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang handal untuk menjalani masa depan yang penuh tantangan. Salah satu sarana untuk mengembangkan kreativitas bagi siswa pada pendidikan adalah melalui pembelajaran matematika. Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa pada proses pembelajaran matematika, siswa memperoleh latihan secara implisit maupun secara eksplisit cara berpikir kreatif terutama dalam memecahkan masalah. Bahkan dengan jelas dikemukakan dalam kurikulum matematika bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika yang hendak dicapai adalah untuk menjadikan siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, obyektif, terbuka inovatif dan kreatif. Guru yang mengajar matematika diharapkan berperan untuk mengembangkan pikiran inovatif dan kreatif, membantu siswa dalam mengembangkan daya nalar, berpikir logis, sistematika logis, kreatif, cerdas, rasa keindahan, sikap terbuka dan rasa ingin tahu (Sumarmo:2000). Tujuan tersebut berimplikasi pada upaya 22

Sarson, Mengembangkan Kreativitas untuk menjadikan pembelajaran matematika menarik bagi siswa sehingga mereka menjadi aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan aktif dan kreatifnya siswa mengikuti pembelajaran matematika, maka diharapkan hal itu akan memberikan efek positif terhadap hasil belajar yang diperolehnya. Hasil belajar yang dimaksud antara lain tercermin pada kemampuan komunikasi matematik, penalaran, kemampuan kreatif matematik serta kemampuan pemecahan masalah matematika yang dapat diaplikasikannya pada masalah matematika dan pada masalah yang dihadapinya sehari-hari. Untuk mewujudkan harapan agar siswa menjadi kreatif dan memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang baik, tentu dibutuhkan pula model pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah secara kreatif. Salah satu model pembelajaran yang dimaksud adalah model Treffinger. Treffinger (1980), berdasarkan kajiannya mengenai sejumlah pustaka yang membahas pengembangan kreativitas, mencoba mengajukan suatu model untuk membangkitkan belajar kreatif. Model yang dimaksud melibatkan dua ranah, yaitu kognitif dan afektif, serta terdiri atas tiga tahap. Pertama, tahap pengembangan fungsifungsi divergen, dengan penekanan keterbukaan kepada gagasan-gagasan baru dan berbagai kemungkinan. Kedua, tahap pengembangan berfikir dan merasakan secara lebih kompleks, dengan penekanan kepada penggunaan gagasan dalam situasi kompleks disertai ketegangan dan konflik. Ketiga, tahap pengembangan keterlibatan dalam tantangan nyata, dengan penekanan kepada penggunaan proses-proses berpikir dan merasakan secara kreatif untuk memecahkan masalah secara bebas dan mandiri. Uraian di atas mendorong dilakukan suatu penelitian yang memfokuskan pada penerapan model Treffinger dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kreativitas matematik siswa dalam pembelajaran matematika Masalah dan Tujuan Penelitian Berdasarkan pemikiran seperti yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada perbedaan kreativitas matematik siswa dalam pembelajaran matematika antara yang diajarkan dengan pembelajaran Treefinger dan pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah. Dengan demikian pula tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis secara komprehensif perbedaan kreativitas matematik siswa dalam pembelajaran matematika baik yang yang terlibat dalam pembelajaran model Treffinger dan pembelajaran konvensional berdasarkan level sekolah Hipotesis Hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kreativitas matematik siswa yang lebih baik dibandingkan dengan yang memperoleh 2. Kreativitas matematik siswa yang pada sekolah peringkat tinggi lebih baik 3. Kreativitas matematik siswa yang pada sekolah peringkat sedang lebih baik 4. Kreativitas matematik siswa yang pada sekolah peringkat rendah lebih baik Metode dan Prosedur Analisis Data Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol. Desainnya adalah eksperimen faktorial 3x2 dengan variabel bebas adalah model pembelajaran Triffinger dan Variabel terikat adalah kreatvitas matematik siswa. Sedangkan variabel kontrolnya adalah peringkat 23

sekolah yaitu peringkat tinggi, sedang dan peringkat rendah. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMP Negeri di Gorontalo. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik stratified sampling. Jumlah siswa yang dijadikan sebagai sampel adalah 268 orang yang tersebar di enam kelas pada tiga sekolah yang terpilih sebagai tempat penelitian. Data yang diperoleh dikelompokkan sesuai permasalahan, dan berdasarkan pengelompokkan tersebut data diolah dengan menggunakan ANOVA dua jalur dengan bantuan pengelohan SPSS 11.5 for Windows 2002. Pengelohan data dilakukan dalam dua tahapan utama yaitu: Pertama, menguji semua persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar pengujian hipotesis. Persyaratan yang dimaksud adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua, menentukan statistik tertentu yang sesuai dngan permasalahannya, dalam rangka pengujian hipotesis. Hasil Penelitian Secara umum dalam penelitian diperoleh hasil bahwa ternyata kreativitas siswa yang memperoleh pembelajaran Treefinger lebih baik dibandingkan dengan kreativitas matematik siswa yang memperoleh Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji ANOVA dimana diperoleh nilai F = 111.678 dengan nilai Sig= 0.000. Pada sekolah dengan level tinggi diperoleh hasil secara statistic dengan menggunakan uji ANOVA ternyata diperoleh nilai F= 46,973 dengan nilai signifikansi kurang dari nilai α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas matematik siswa yang memperoleh pembelajaran model Treffinger pada sekolah peringkat tinggi tidak lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh Pada sekolah dengan level sedang diperoleh hasil secara statistik dengan menggunakan uji ANOVA ternyata diperoleh nilai F= 40,794 dengan nilai signifikansi kurang dari nilai α= 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas matematik siswa yang memperoleh pembelajaran Treffinger pada sekolah peringkat sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh Selanjutnya pada sekolah level rendah diperoleh hasil melalui uji ANOVA nilai F= 28,93 dengan nilai signifikansi kurang dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas matematik siswa yang memperoleh pembelajaran Treffinger pada sekolah peringkat rendah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan sebagai berikut; 1. Penerapan model Treffinger dalam pembelajaran matematika memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan atau peningkatan kreativitas matematik siswa dalam pembelajaran matematika 2. Bagi siswa dari sekolah peringkat tinggi dan sedang penerapan model Treffinger dalam pembelajaran matematika memberikan hasil yang baik terhadap pengembangan atau peningkatan kreativitas matematik siswa. Namun karena perbedaan rerata kedua kelompok pembelajaran tidak signifikan maka dapat disimpulkan bahwa bagi siswa di sekolah peringkat tinggi pengembangan atau peningkatan kreativitas matematik siswa tidak tergantung pada model yang diterapkan 3. Bagi siswa yang tergolong pada sekolah peringkat rendah penerapan Treffinger dalam pembelajaran matematika sangat menentukan pengembangan kreativitas matematik siswa. Dengan demikian model Treffinger sangat baik diberikan kepada siswa yang tergolong pada sekolah peringkat rendah Implikasi Hasil pengintegrasian model Treffinger dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah pertama untuk meningkatkan kreatvitas siswa dalam pembelajaran matematika 24

Sarson, Mengembangkan Kreativitas memberikan dampak terhadap pencapaian hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika secara keseluruhan. Temuan yang diperoleh melalui penelitian ini juga memberikan dukungan terhadap upaya pemerintah untuk menerapkan kurikulum berbasis kompotensi dalam pembelajaran matematika dewasa ini. Keberhasilan penerapan model Treffinger dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kreativitas matematik siswa, terutama mereka yang tergolong pada sekolah peringkat rendah, memberikan implikasi terhadap kesiapan dan ketepatan pilihan guru dalam memberlakukan suatu pendekatan pada pembelajaran matematika. Dalam hal ini kecenderungan guru untuk memilih pendekatan yang konvensional, dapat diubah kepada keinginan untuk menerapkan pendekatan dengan berbasis kreativitas, dimana salah satunya adalah dengan menerapkan model Treffinger dalam pembelajaran matematika. Rekomendasi Sehubungan dengan salah satu temuan penelitian yang menggambarkan bahwa bagi siswa yang tergolong pada sekolah peringkat rendah penerapan model Treffinger berhasil meningkatkan kreativitas matematik siswa maka direkomendasikan kepada guru untuk lebih mengintensifkan penerapan pendekatan yang berbasis pada pengembangan kreativitas dengan modifikasi yang disesuaikan pada kondisi, potensi siswa serta setting kelas yang dikehendaki. Dalam upaya menerapkan pendekatan pembelajaran yang berbasis pada pengembangan kreativitas dalam pembelajaran matematika di semua tataran pendidikan, maka direkomendasikan kepada pengambil kebijakan untuk mengadakan perubahan-perubahan terhadap paradigma pembelajaran matematika yang selama ini dirasakan kurang mengakomodasikan pengembangan potensi kreativitas yang dimiliki oleh setiap siswa. Kepada lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang merupakan lembaga resmi dalam memproduksi guru, direkomendasikan agar guru yang dihasilkannya tidak saja dibekali oleh ilmu pengetahuan yang harus diajarkan, tetapi juga dibekali oleh pengetahuan tentang kreativitas sehingga dalam mengajar dikelas nanti mampu melakukan pendekatan pembelajaran yang bervariasi terutama pendekatan-pendekatan yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. Selanjutnya dalam hubungan perluasan generalisasi penelitian yang sejenis maka direkomendasikan juga kepada calon peneliti untuk melibatkan variabel lain seperti, latar belakang siswa, latar belakang guru serta kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Bahkan kalau perlu tidak hanya siswa yang dijadikan subyek penelitian tetapi perlu dilakukan secara khusus yang mengambil guru untuk menjadi subyek penelitian. Dalam hal ini penelitian lanjut dapat dilakukan dengan mengacu pada potensi kreativitas guru. Daftar Pustaka Amien, M. (1987) Peranan Kreativitas dalam Pendidikan. Analisis Pendidikan. DepDikBud: Jakarta Branca, N.A (1980). Problem Solving As a Goal, Process, and Basic Skills. In Krulik dan Reys (ed). Problem Solving in School Mathematics. Washington, DC: NCTM Gontran, E. (1991). Mathematical Creativity. Dalam, T. David (ed) (1991) Advanced Mathematical Thinking. Kluwer Acadeimc Publisher Haylock, D.W. (1987). A Framework for Assesing Mathematical Creativity in Schoolchidren. Educational Studies in Mathematics.18. 59-74 Hudoyo, H. (1980). Pemecahan Masalah dalam Matematika. Jakarta: DepDikBud P3G Munandar, S.C.U. (2002). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta Gramedia. Polya, G. (1985). How to Solve it. An new Aspect of Mathematical Method, Second Edition, New Jersey: Princeton University Press. Ruseffendi, E. T. (1984) Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer Untuk Guru. Bandung Tarsito Siegel, S. (1992). Statistik Non Parametrik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utarna. Treffinger, D.J. (1980). A Preliminary Model of Creative Learning. Dalam Gifted Child Ouarterly 24f 127-138. Wijaya. (2000). Statistik Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS). Alfabeta Penulis: 25

Dr. Sarson Waliyatimas Dj Pomalato M.Pd adalah dosen pada jurusan pendidikan matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Meyelesaikan sttudi sarjana pendidikan matematika Tahun1984 di UNSRAT Manado, Magister Pendidikan IPA di UPI Bandung tahun 1996 dan Doktor Pendidikan Matematika tahun 2005 dari UPI Bandung. 26