GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG JUMLAH TERNAK POTONG SAPI BALI ANTAR PULAU TAHUN 2017

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 56 TAHUN 2010 T E N T A N G PEDOMAN PEMBANGUNAN HELIPORT DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN LINTAS KABUPATEN/KOTA UNTUK USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2011 TENTANG

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGHUNIAN RUMAH DINAS DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI PROVINSI BALI

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENEMPATAN HELIKOPTER SAR (SEARCH AND RESCUE) DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI DAERAH

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2 pengenaan sanksi administratif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Peraturan Daerah Provinsi Bali. Nomor 7 Tahun Tentang. Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG BIAYA PULSA UNTUK PEGAWAI DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN STATISTIK PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 17 TAHUN 2013

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA TIRTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 1 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG PERHUBUNGAN LAUT DI KOTA AMBON

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubung

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DAN KESEHATAN

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN JASA KEPELABUHAN DAN BANDAR UDARA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 36 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

SKEP /40/ III / 2010

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

BUPATI BANGKA TENGAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KONTIJENSI TSUNAMI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 94 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 91 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENETAPAN JALUR DAN SYARAT KETINGGIAN PENERBANGAN UNTUK KEGIATAN WISATA UDARA ATAU OLAH RAGA DIRGANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 95 ayat (2) huruf d Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Teknis Penetapan Jalur dan Syarat Ketinggian Penerbangan untuk Kegiatan Wisata Udara atau Olah Raga Dirgantara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 41 Tahun 2001 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 91 (Civil Aviation Safety Regulation Part 91) tentang Peraturan Umum Pengoperasian Pesawat Udara (General Operating and Flight Rules) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 80 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 41 Tahun 2001 tentang Peraturan Umum Pengoperasian Pesawat Udara (General Operating and Flight Rules) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 557); 9. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 16); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENETAPAN JALUR DAN SYARAT KETINGGIAN PENERBANGAN UNTUK KEGIATAN WISATA UDARA ATAU OLAH RAGA DIRGANTARA BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu PENGERTIAN Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Bali. 2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali. 3. Gubernur adalah Gubernur Bali.

4. Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Provinsi Bali. 5. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang dan tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. 6. Heliport adalah tempat pendaratan dan lepas landas Helikopter. 7. Helikopter adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap putar yang rotornya digerakkan oleh mesin. 8. Organisasi olahraga dirgantara daerah Bali yang selanjutnya disebut FASIDA Bali adalah organisasi olahraga dirgantara daerah Bali. 9. Rute penerbangan adalah lintasan pesawat udara dari bandar udara asal ke bandar udara tujuan melalui jalur penerbangan yang telah ditetapkan. 10. Pengusaha adalah setiap orang atau badan hukum yang mengadakan kegiatan penerbangan untuk kegiatan wisata udara atau olah raga dirgantara. 11. Badan adalah suatu bentuk usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya. 12. Jalur Penerbangan Wisata adalah lintasan pesawat udara dari bandara asal dan kembali ke bandara asal tanpa melakukan pendaratan di bandara lain dengan tujuan wisata/rekreasi. 13. Wisata Udara adalah kegiatan penerbangan yang mengangkut wisatawan dengan tujuan rekreasi. 14. Area wisata udara adalah ruang udara diatas obyek wisata yang dimanfaatkan untuk pergerakan pesawat udara dengan tujuan rekreasi. 15. Olah Raga Dirgantara dan/atau wisata udara adalah aktifitas olah raga dirgantara yang bertujuan untuk rekreasi. Bagian Kedua MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud dari Peraturan Gubernur ini adalah menetapkan pemanfaatan ruang udara untuk jalur dan syarat ketinggian penerbangan wisata udara dan olah raga dirgantara antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang melintas di kawasan tempat suci.

Pasal 3 Tujuan dari penetapan jalur dan syarat ketinggian penerbangan wisata udara dan/ atau olah raga dirgantara adalah: a. terjaminnya keamanan dan keselamatan penerbangan; b. terjaganya kesakralan tempat suci dan kenyamanan masyarakat; dan c. terciptanya kekhidmatan dalam persembahyangan bagi umat Hindu. BAB II JENIS, BENTUK DAN LOKASI USAHA Pasal 4 (1) Gubernur melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan izin usaha angkutan udara niaga dan kegiatan izin kegiatan angkutan udara. (2) Setiap perusahaan atau usaha penerbangan yang menyediakan jasa wisata udara dan/atau olah raga dirgantara yang memiliki kantor atau perwakilan dalam wilayah Provinsi harus mendapat persetujuan/rekomendasi Gubernur. (3) Setiap perusahaan atau usaha penerbangan yang menyediakan jasa wisata udara dan/atau olah raga dirgantara yang tidak memiliki kantor atau perwakilan dalam wilayah Provinsi, sebelum melaksanakan kegiatannya harus mendapat persetujuan/rekomendasi Gubernur. Pasal 5 (1) Jenis usaha yang diatur dalam peraturan ini adalah usaha angkutan wisata udara dan/atau olah raga dirgantara yang dilaksanakan di Kabupaten/Kota dalam Provinsi. (2) Angkutan wisata udara dan/atau olah raga dirgantara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal yang menyediakan layanan penerbangan wisata antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi; b. Angkutan Udara Bukan Niaga yang melakukan kegiatan penerbangan wisata antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi; dan c. Olah raga dirgantara antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang dilaksanakan oleh FASIDA Bali. Pasal 6 Bentuk usaha dalam penyelenggaraan wisata udara dan/atau olah raga dirgantara dapat berupa badan usaha atau perorangan.

Pasal 7 Untuk mendapatkan persetujuan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) badan usaha atau perorangan harus: a. memiliki izin usaha angkutan udara niaga dan/atau; b. memiliki izin kegiatan angkutan udara sesuai ketentuan yang berlaku; c. memiliki alat tempat usaha;dan d. memiliki surat izin tempat usaha dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Pasal 8 Lokasi kegiatan angkutan wisata udara dan/atau olah raga dirgantara harus sesuai dengan peruntukannya dan peraturan perundang-undangan. BAB III KETINGGIAN TERBANG DAN PENETAPAN JALUR Pasal 9 Ketinggian Terbang (1) Ketinggian jelajah terbang pesawat tidak boleh lebih rendah dari 1.000 (seribu) feet di atas permukaan tanah. (2) Pengecualian terhadap ketinggian penerbangan dilakukan pada tempat-tempat tertentu yang telah diatur ketinggian penerbangannya sesuai aturan yang berlaku demi terciptanya keselamatan dan keamanan penerbangan, dan/atau pada area sesuai prosedur pendekatan dan/atau lepas landas pada setiap bandar udara, dan/atau pada kondisi darurat. (3) Tempat-tempat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup: a. ruang udara tempat jalur visual flight rules (VFR) atau rute penerbangan kasat mata yang dilaksanakan oleh Bali International Flying Academy (BIFA); dan b. areal pendekatan dan lepas landas penerbangan Bandar Udara Ngurah Rai. Pasal 10 Penetapan Jalur Setiap kegiatan wisata udara dan/atau olahraga dirgantara di Kabupaten/Kota dalam Provinsi harus menggunakan jalur yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi yaitu : a. Penerbangan wisata jalur utara meliputi: Bandara Ngurah Rai- Pantai Kuta-Pantai Legian-Pantai Seminyak- Pura Tanah Lot- Sangeh-Gunung Batur-Danau Batur-Gunung Abang-Gunung Agung-Pura Besakih-Tegallalang-Ubud-Pantai Sanur-Pantai Sindhu-Pulau Serangan-Bandara Ngurah Rai; dan

b. Penerbangan wisata jalur selatan meliputi : Bandara Ngurah Rai-Pantai Jimbaran-Pantai Dream Land-Pura Uluwatu- Bukit Pecatu-Pantai Geger-Pantai Nusadua-Tanjung Benoa -Bandara Ngurah Rai. Pasal 11 Jalur penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a dengan ketentuan: a. Penerbangan diarea pura Tanah Lot dilaksanakan diatas laut dengan jarak 2000 meter dari pura arah mendatar dengan ketinggian maksimal 1000 kaki dari permukaan laut; b. Penerbangan diatas Pura Besakih tidak dijinkan tetapi dilaksanakan penerbangan dengan jarak 5000 meter arah mendatar dengan ketinggian maksimal 1000 kaki dari permukaan tanah; dan c. Penerbangan disekitar Gunung Agung, Gunung Batur dan Gunung Abang berjarak 2000 meter dari titik pusat gunung arah mendatar dengan ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah. Pasal 12 Jalur penerbangan di area Pura Uluwatu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, dilaksanakan ke arah laut dengan jarak 1000 meter atau kearah darat dengan jarak 2000 meter dari pura Uluwatu dengan ketinggian terbang paling rendah 1500 kaki dari permukaan laut. Pasal 13 (1) Gubernur dapat menetapkan perubahan jalur untuk wisata dan/atau olah raga dirgantara dari yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. (2) Penetapan perubahan jalur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas pelaksanaan: a. perencanaan jalur; b. survey; c. uji coba jalur; dan d. sosialisasi. (3) Perubahan jalur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. Pasal 14 Setiap perusahaan atau usaha penerbangan dan organisasi yang melaksanakan kegiatan wisata dan/atau olahraga dirgantara diluar jalur yang telah ditetapkan harus mendapatkan rekomendasi dari Gubernur.

BAB IV PERSETUJUAN TERBANG Pasal 15 (1) Setiap perusahaan atau usaha penerbangan dan organisasi yang melaksanakan penerbangan antar Kabupaten/Kota harus mendapatkan persetujuan terbang. (2) Setiap perusahaan atau usaha penerbangan dan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengajukan permohonan persetujuan terbang kepada Gubernur melalui Dinas. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat antara lain: a. nama operator penerbangan; b. sarana yang dipergunakan; c. tanda pendaftaran; d. sarana penerbangan; e. nama panggilan; f. jadwal penerbangan; g. asal-tujuan; dan h. jumlah orang dalam penerbangan. BAB V PENGAWASAN Pasal 16 (1) Gubernur melakukan koordinasi dengan Bupati/Walikota terhadap jalur-jalur penerbangan wisata udara dan/atau olah raga dirgantara antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang telah direkomendasikan untuk dilakukan pengawasan dan pengendalian bersama. (2) Gubernur melalui Dinas melakukan evaluasi terkait pemanfaatan dan kepatuhan terhadap penggunaan jalur dan ketinggian penerbangan wisata dan/atau olah raga dirgantara oleh perusahaan penerbangan. BAB VI PELAPORAN Pasal 17 Perusahaan penerbangan yang menyediakan jasa wisata udara dan/atau olah raga dirgantara wajib menyampaikan laporan penggunaan jalur penerbangan yang telah direkomendasikan kepada Gubernur melalui Dinas secara berkala setiap bulan.

BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 18 Setiap perusahaan atau usaha penerbangan yang menyediakan jasa wisata udara dan/atau olah raga dirgantara wajib mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan. Pasal 19 Setiap perusahaan dan/atau perseorangan yang telah mengoperasikan Heliport dan/atau Helikopter untuk kegiatan wisata udara dan/atau olah raga dirgantara agar menyesuaikan dengan Peraturan Gubernur ini. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali. Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 11 September 2012 GUBERNUR BALI, Diundangkan di Denpasar pada tanggal 11 September 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI, MADE MANGKU PASTIKA I MADE JENDRA BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2012 NOMOR 33