PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN KERJA KERAS PADA ANAK-ANAK KELUARGA PEDAGANG. (Studi Kasus di Pasar Raya Gentan, Baki, Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

MUATAN KARAKTER KERJA KERAS DAN SIKAP PANTANG MENYERAH PADA BUKU SEPATU DAHLAN (Analisis Isi Buku Sepatu Dahlan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

KESENJANGAN ANTARA TEORI DAN PRAKTEK TENTANG BERTOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

PELAKSANAAN ADOPSI ANAK MELALUI PENGADILAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB VI PENUTUP DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan tersebut menjungjung tinggi moralitas berdasarkan norma-norma

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

PENERAPAN STRATEGI DISCOVERY LEARNING UNTUK

BAB V PENUTUP. 1. Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERNIKAHAN DINI DI SMAN 1 BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sikap permisif tersebut lebih ditunjukkan secara terbuka dikarenakan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM KEGIATAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB IV GAMBARAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

Transkripsi:

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai drajat Sarjana S- 1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Disusun oleh: ERMA WIDARYANTI A 220100100 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 1

1

2 SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Bismillahirohmanirrohim Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : ERMA WIDARYANTI NIM/NIK/NIP : A 220100100 Fakultas / Jurusan : FKIP / Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jenis : Skripsi Judul : PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk : 1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalihmediakan/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan Pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Surakarta,6 Juni 2014 Yang Menyerahkan ERMA WIDARYANTI A 220100100

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan Erma Widaryanti. A 220100100. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, xvi + 106 halaman (termasuk lampiran) Abstrak Penelitian ini bertujuan: 1) Mendeskripsikan profil pelaku seks pranikah di desa Kuwu, kecamatan Kradenan, kabupaten Grobogan. 2) Mendeskripsikan faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya seks pranikah di desa Kuwu, kecamatan Kradenan, kabupaten Grobogan. 3) Mendeskripsikan persepsi masyarakat tentang seks pranikah di desa Kuwu, kecamatan Kradenan, kabupaten Grobogan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah remaja Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan yang melakukan seks pranikah. Objek penelitian ini adalah: Profil pelaku seksual pranikah remaja di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seksual pranikah remaja di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Persepsi masyarakat tentang seksual pranikah di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dan dokumen. Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yang pertama triangulasi sumber data. Kedua, triangulasi teknik atau metode pengumpulan data. Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang Persepsi Masyarakat Mengenai Hubungan Seksual Pranikah Di Kalangan Remaja (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) profil pelaku seks pranikah di desa Kuwu Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan rata-rata usia 16-22 tahun, dengan mayoritas beragama Islam dan tingkat pendidikan pelaku seks pranikah nikah rata-rata adalah SMA. 2) faktor-faktor yang mempengaruhi seks pranikah meliputi faktor intern dan faktor ekstern. faktor intern adalah krisis identitas dan kontrol diri yang lemah, sedangkan faktor ekstern yaitu keluarga, teman sebaya yang kurang baik dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. 3) persepsi masyarakat terhadap kasus seksual pranikah diantaranya: a) masyarakat beranggapan bahwa perilaku seks bebas itu tidak biasa, aneh, tabu, dan bahkan porno, b) seks pranikah menyebabkan adanya pandangan negatif di kalangan masyarakat, c) Seks pranikah di katakan perbuatan menyimpang, dan d) Perilaku seks bebas dianggap melanggar norma. Kata kunci : Persepsi masyarakat, seks pranikah, remaja 1

2 PENDAHULUAN Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya di kalangan remaja cenderung meningkat. Menurut Hurlock (1999:206), istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yaitu tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat terhadap penyalahgunaan seks pranikah, dimana remaja telah mempunyai orientasi seks namun tidak dapat menyalurkannya dengan benar. Hal ini wajar karena remaja merupakan masa antara anak-anak dan dewasa dimana bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual. Masa remaja akan terbentuk identitas personal yang stabil, kesadaran yang meliputi perubahan dalam pengalaman, peran yang mereka miliki dan memungkinkan mereka untuk menjembatani masa kanak-kanak yang telah mereka lewati dan masa dewasa yang akan mereka masuki. Pemahaman mengenai seksualitas seseorang merupakan bagian dari upaya pembentukan identitas personal yang stabil, karena dengan mengembangkan sikap yang sehat mengenai keberadaan diri sebagai makhluk seksual, dan akan berusaha menggapainya untuk dapat merasa nyaman menjadi dirinya sendiri. Maka dari itu, remaja hendaknya mendapatkan informasi yang benar mengenai pendidikan seks sejak dini agar terhindar dari akibat-akibat yang ditimbulkan dari seks sejak dini agar terhindar dari akibat-akibat yang ditimbulkan dari seks bebas pranikah. Menurut Sarwono (2011:112), seks pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita di luar perkawinan. Latar belakang pelaku seks pranikah yang memiliki keluarga kurang harmonis tersebut berpeluang untuk membentuk perilaku menyimpang bagi anak-anaknya. Di samping itu latar belakang pendidikan yang rendah mendukung terjadinya perbuatan yang hanya memenuhi keinginan dan kesenangan semata tanpa memikirkan akibat dari perbuatan tersebut. Keinginan remaja untuk mencari informasi tentang seks dalam keluarga sangat rendah di karenakan pembicaraan mengenai seks dalam keluarga Indonesia masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu dan tidak pantas dibicarakan, sehingga pada akhirnya remaja berkeinginan untuk mencari informasi

3 seks di tempat lain seperti teman sebaya yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Padahal pendidikan seks sendiri adalah hal yang sangat penting untuk diketahui sejak dini, agar seseorang tidak terjerumus dalam persepsi yang salah dan berakibat melakukan tindakan yang salah pula karena salah persepsi. Minimnya penjelasan tentang seks itulah yang pada akhirnya membawa remaja mencarai tahu dari sumber yang tidak seharusnya misalnya melalui internet. Pemahaman dan persepsi yang salah pada remaja mengenai seks dapat menjerumuskan remaja dalam tindakan yang salah yaitu mencoba untuk melakukan seks pranikah. Tindakan seks pranikah sendiri dapat berdampak buruk terhadap remaja mulai dampak psikologis hingga dampak secara klinis. Kaitannya dengan pendidikan kewarganegaraan adalah hal tersebut dalam mata kuliah hukum perdata yang membahas tentang hukum perkawinan dan juga pendidikan nilai serta norma. Rendahnya pemahaman terhadap nilai norma agama menyebabkan terbentuknya tindakan sesuai dengan keingintahuannya sendiri. Mereka yang memiliki pemahaman agama yang kurang, akan lebih mudah mengalamai penyimpangan dan kurang bisa mengendalikan diri. Dalam hal berpacaran, mereka sering menyerempet ke hal-hal yang dapat merangsang terjadinya hubungan seksual. Pada akhirnya mereka melakukan hubungan seksual pranikah dan berakibat seksual pranikah. Seksual pranikah di Desa Kuwu lebih banyak terjadi di kalangan remaja. Hal ini disebabkan oleh karena pergaulan bebas sehingga banyak remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah. Pergaulan bebas antar lawan jenis sendiri mendorong terjadinya seksual pranikah. Lebih parah jika setelah hamil laki-laki ini tidak bertanggung jawab dengan meninggalkannya, gadis yang sudah tidak gadis lagi untuk menghindari rasa malu terhadap orang tua, teman dan masyarakat, atau karena suruhan dari teman laki-lakinya yang tidak mau menikahinya cenderung mengambil jalan pintas dengan cara menggugurkan kandungannya. Hal ini merupakan fenomena sosial remaja yang makin marak dalam kehidupan manusia dimana praktek aborsi sebagai mediator alternatif bagi para pezina dalam mencari jalan pintas menjadi solusi terakhir. Perubahan sosial masyarakat berpengaruh terhadap persepsi masyarakat mengenai seks sehingga terjadi perubahan dalam

4 perilaku seksual mereka. Pengawasan sosial masyarakat desa yang sangat kuat perlahan-lahan menjadi luntur oleh adanya kecepatan informasi dan industrialisasi. Disamping itu rendahnya pengetahuan dan pemahaman terhadap seks dan reproduksi ikut mempengaruhi terjadinya seksual pranikah. Kondisi sosial keluarga juga berpengaruh terhadap proses terjadinya seksual pranikah. Keluarga kurang harmonis lebih berpotansi untuk menghasilkan individu yang menyimpang, dalam hal ini penyimpangan dalam perilaku seksual. Hubungan seksual yang dilakukan sebelum menikah menyebabkan persepsi tersendiri bagi masyarakat di lingkungan sekitar. Masyarakat sekitar berpendapat bahwa seks pranikah tidak boleh dilakukan oleh remaja karena dampak yang ditimbulkan cukup berat salah satunya adalah hamil diluar nikah. Masyarakat pada umumnya mengharapkan bahwa hubungan seksual terjadi antara orang-orang yang oleh norma-norma mereka ditentukan boleh berhubungan satu dengan yang lain secara sah, yakni melalui ikatan perkawinan. Hal ini dikarenakan perkawinan merupakan suatu pola soaial yang disetujui dengan cara dua orang atau lebih membentuk suatu keluarga. Masyarakat tradisional yang masih kuat dengan nilai dan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap belum cukup dewasa. Akan tetapi di sisi lain, bagi sebagaian masyarakat ada pula yang menganggap hubungan seksual pranikah merupakan hal yang wajar dilakukan oleh sepasang kekasih untuk membuktikan cinta kasih mereka satu sama lain. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat Mengenai Hubungan Seksual Pranikah Di Kalangan Remaja (Studi Kasus Di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan). Hal ini terutama berkaitan dengan salah satu mata kuliah pendidikan kewarganegaraan yaitu hukum perdata yang membahas tentang hukum perkawinan dan juga pendidikan nilai serta norma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) Mendeskripsikan profil pelaku seks pranikah di desa Kuwu, kecamatan Kradenan, kabupaten Grobogan. 2) Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya seks

5 pranikah di desa Kuwu, kecamatan Kradenan, kabupaten Grobogan. 3) Mendeskripsikan persepsi masyarakat tentang seks pranikah di desa Kuwu, kecamatan Kradenan, kabupaten Grobogan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Nawawi (1992:67), menjelaskan bahwa metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat, pabrik dan lain-lain) sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang. Strategi penelitianya adalah kasus tunggal terpancang agar dalam penelitian ini lebih mudah dalam mencari data yang sesuai dengan masalah, serta mengumpulkan datanya lebih terarah dari pada tujuan yang hendak dicapai Subjek penelitian ini adalah remaja Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan yang melakukan seks pranikah objek penelitian ini adalah: a. Profil pelaku seksual pranikah remaja di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seksual pranikah remaja di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. c. Persepsi masyarakat tentang seksual pranikah di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dan dokumen. Adapun penjelasan masing-masing metode tersebut sebagaimana uraian berikut ini. Menurut Sugiyono (2007:61), pengumpulan data dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, melakukan pengumpulan data,

6 analisis dan membuat kesimpulan. Jadi instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2007:117-121), uji keabsahan atau validitas adalah merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yang pertama triangulasi sumber data yang berupa informasi dari tempat, peristiwa dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksudkan. Kedua, triangulasi teknik atau metode pengumpulan data yang berasal dari hasil wawancara, observasi, dan dokumen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pembentukkan karakter religius melalui kegiatan pembiasaan di sekolah yang dilakukan di SMP Negeri 2 Banyudono sebagaimana berikut ini. 1. Profil Pelaku Seks Pranikah di Desa Kuwu Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan Seks pranikah secara umum dapat diartikan sebagai hubungan seks yang dilakukan remaja sebelum menikah. Perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah. Adapun usia pelaku seks pranikah di rata-rata 17-21 tahun, dengan mayoritas beragama Islam dan tingkat pendidikan pelaku seks pranikah nikah rata-rata adalah SMA. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi seks pranikah Faktor-faktor yang mempengaruhi seks pranikah meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi hubungan seks pranikah adalah krisis identitas dan kontrol diri yang lemah, sedangkan faktor ekstern yang

7 melatarbelakangi yaitu keluarga, teman sebaya yang kurang baik dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. 3. Persepsi Masyarakat Terhadap Kasus Seksual Pranikah Seksual pranikah sangatlah tidak dianjurkan baik dalam pandangan agama ataupun dalam pandangan masyarakat, karena dalam masyarakat seksual pranikah dianggap sebagai suatu hal yang negatif karena telah melanggar norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Seksual pranikah menimbulkan persepsi negatif tersendiri bagi masyarakat, diantaranya: a) Masyarakat beranggapan bahwa perilaku seks bebas itu tidak biasa, aneh, tabu, dan bahkan porno, b) Seks pranikah menyebabkan adanya pandangan negatif di kalangan masyarakat, c) Seks pranikah di katakan perbuatan menyimpang, dan d) Perilaku seks bebas dianggap melanggar norma. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang Persepsi Masyarakat Mengenai Hubungan Seksual Pranikah Di Kalangan Remaja (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Profil Pelaku Seks Pranikah di Desa Kuwu Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan Perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas atau karena pengaruh kelompok (konformitas). Adapun usia pelaku seks pranikah di rata-rata 17-21 tahun, dengan mayoritas beragama Islam dan tingkat pendidikan pelaku seks pranikah nikah rata-rata adalah SMA. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah di Desa Kuwu Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan

8 Faktor-faktor yang mempengaruhi seks pranikah meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi hubungan seks pranikah adalah krisis identitas dan kontrol diri yang lemah, sedangkan faktor ekstern yang melatarbelakangi yaitu keluarga, teman sebaya yang kurang baik dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. 3. Persepsi Masyarakat Terhadap Kasus Seksual Pranikah di Desa Kuwu Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan Seksual pranikah sangatlah tidak dianjurkan baik dalam pandangan agama ataupun dalam pandangan masyarakat kita, karena dalam masyarakat seksual pranikah dianggap sebagai suatu hal yang negatif karena telah melanggar normanorma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat kita. Seksual pranikah menimbulkan persepsi negatif tersendiri bagi masyarakat, diantaranya: a) Masyarakat beranggapan bahwa perilaku seks bebas itu tidak biasa, aneh, tabu, dan bahkan porno, b) Seks pranikah menyebabkan adanya pandangan negatif di kalangan masyarakat, c) Seks pranikah di katakan perbuatan menyimpang, dan d) Perilaku seks bebas dianggap melanggar norma. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi orang tua a. Orang tua memberikan waktu lebih guna yang mengawasi dan mengarahkan perkembangan anak-anak mereka yang tumbuh remaja dengan penuh kasih sayang agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. b. Hendaknya ada komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua maupun dengan saudara yang lain sehingga keutuhan dan keharmonisan keluarga tetap terjaga. 2. Bagi remaja a. Remaja hendaknya lebih banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang bersifat positif. b. Remaja hendaknya selalu meningkatkan iman dan takwa dalam pergaulan sehari-hari dan juga harus mengindahkan norma-norma agama dan norma-

9 norma yang ada dalam masyarakat sehingga tidak terjerumus kedalam perilaku yang menyimpang. c. Remaja hendaknya lebih selektif dalam memilih teman pergaulan supaya tidak terpengaruh dari ekses lingkungan yang negatif. 3. Bagi tokoh masyarakat dan tokoh agama a. Aktivitas keagaman dan pembinaan mental harus ditingkatkan malalui lembaga keagamaan yang terdapat dalam masyarakat, khususnya bagi generasi muda. Memperbanyak kegiatan-kegiatan positif yang berfungsi untuk mengisi waktu luang bagi generasi muda terutama bagi remaja putri. b. Memberlakukan tindakan dan sanksi yang tegas terhadap pelaku penyimpangan seksual, yaitu memberlakukan hukuman cambuk sebanyak 100 kali bagi pelaku perzinaan.

10 DAFTAR PUSTAKA Handoyo. 2010. Remaja dan Kesehatan. Jakarta: Perca. Hurlock, Elizabeth, B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga Nawawi, Hadari dan M. Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo. Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.