BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. olahraga sudah berkembang ke arah yang lebih luas. Olahraga tidak hanya sekedar. menjadi sehat atau meningkatkan kebugaran tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Disamping dimainkan secara tim, permainan sepak bola sangat menarik karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia yang tidak dapat di pisahkan dari usaha-usaha pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam abad informasi telah membawa pengaruh yang sangat

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SOLO FUTSAL CENTER

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM

Landasan Hukum Alasan PT Liga Indonesia Membatalkan Turnamen. Isu Hukum:

AKADEMI SEPAKBOLA INTERNASIONAL LIVERPOOL FC MEDAN 04/24/2014 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat sekarang ini olahraga sangat digemari banyak orang diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. ditunjang oleh atlet yang berbakat dalam cabang olahraga tertentu maka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah

BAB I PENDAHULUAN. karena olahraga merupakan alat pendidikan agar terjadi keseimbangan antara

Studi tentang pembinaan prestasi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) kabupaten Wonogiri periode kepengurusan tahun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. olahraga bagi kesehatan dilihat dari banyaknya masyarakat yang

dimainkan oleh laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Di yang cukup menggembirakan, namun dalam kancah sepak bola internasional

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sepak Bola: Stadion: a. b.

Desain Kompetisi Sepak Bola Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Solo International Futsal Academy Solo International Futsal Academy

Kompetisi antar-klub amatir di Kabupaten Purworejo PENDAHULUAN. Ada banyak klub sepak bola amatir di Kabupaten Purworejo, baik yang sudah

MEMBENAHI SISTEM PEMBINAAN OLAHRAGA KITA Oleh: Agus Mahendra

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat nasional di Indonesia yang diselenggarakan PSSI. Galatama juga menjadi pioner berdirinya kompetisi semi-profesional dan

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut:

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Studi tentang perkembangan klub bola voli popsi sragen tahun Oleh : Kuwat Budi Cahyono NIM K

BAB I. A. Latar Belakang

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SEPAKBOLA JAWA TENGAH DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Pendidikan Latihan dan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Profil Kondisi Fisik Pemain Tim Persib Bandung U-21

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah suatu cabang olahraga permainan yang populer dan. sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik tua

BAB I PENDAHULUAN. olahraga yang paling digemari masyarakat, terbukti dengan adanya klub-klub

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. National Basket League (NBL) terjadi peningkatan jumlah penonton sebanyak 30% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV STRATEGI KEMENPORA MENGHADAPI SANKSI FIFA. persepakbolaan dunia tanpa campur tangan dari kekuatan politik dan aktor-aktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (DBL) Indonesia, setelah berakhirnya babak Championship Series di Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULAN. di Indonesia, metodologi kepelatihan harus ditingkatkan untuk dalam upaya. meningkatkan prestasi dalam cabang sepakbola.

PSIKOLOGI PELATIHAN FISIK

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga olahraga menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agung Dwi Juniarsyah, 2013

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bola voli sendiri tidak terpaku hanya untuk bermain di lapangan outdoor saja,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang

BAB I PENDAHULUAN. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demikian itu berolahraga dapat dilakukan dimana saja. Salah satu olahraga yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan futsal ditandai dengan banyak didirikannya lapangan. futsal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta sejak tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

BAB I PENDAHULUAN. berguna membentuk jasmani dan rohani yang sehat.sampai saat ini olahraga telah

BAB I PENDAHULUAN. olahraga merupakan hal mutlak yang esensial untuk. perkembanngan dan kemajuan hidup suatu bangsa. Betapa tidak Olahraga mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang banyak

MEMBANGUN FONDASI PEMBINAAN SEPAKBOLA USIA DINI YANG LEBIH KOKOH UNTUK MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN SEPAKBOLA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR TAHUN 2007 S/D Oleh Eka Nugraha, Cs. BIDANG PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR PB PASI

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Financial Accounting Standart Boards (FSAB), aktiva adalah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui aktivitas jasmani memberi kesempatan yang sangat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di tanah air saat ini semakin kurang baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

1. PENDAHULUAN. Siswa SMP merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dibina dan. pertumbuhan dan perkembangan remaja.

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak zaman dulu, olahraga telah dikenal sebagai aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat dan sekarang ini banyak pemain yang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. regional dari suatu masyarakat/bangsa (Nauright, 2004). Lippe (2002) & Horne

BAB I PENDAHULUAN. klub-klub sepakbola yang memiliki pemain-pemain yang berkualitas. Untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 ANALISIS KEBUTUHAN LATIHAN TEKNIK PEMAIN SEPAKBOLA DALAM LIGA SUPER INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di tanah air saat ini semakin kurang baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Tenis adalah salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Munculnya Undang Undang No. 3 Tahun 2005 belum memberikan jaminan sepenuhnya akan terdongkraknya olahraga Indonesia. Terbitnya Undang-Undang tersebut masih sebatas pada keberhasilan keberadaan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI sebagai wujud nyata terbitnya Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini ditunjukkan dengan masih terpuruknya olah raga nasional dalam berbagai kancah olah raga internasional. Terpuruknya prestasi olahraga nasional disebabkan oleh beberapa faktor yang saling kait mengkait. Hal ini dikemukakan oleh Ketua KONI dan KOI yang menyatakan bahwa disamping masih rendahnya komitmen politik olah raga, juga dijauhkannya sarana dan prasarana pembinaan dari wilayah pendidikan. Jadi, untuk bisa membangkitkan prestasi olahraga diperlukan komitmen pemerintah yang tinggi, selain perlu dibangun sarana dan prasarana olahraga di setiap provinsi (Kompas, 8 September 2010). Salah satu jenis olah raga yang dari dulu hingga sekarang masih belum menunjukkan prestasi yang membanggakan adalah olah raga sepak bola. Olah raga yang sudah menjadi olah raga rakyat tersebut ternyata masih belum mampu berprestasi di kancah internasional. Hal ini disebabkan oleh faktor pembinaan yang kurang baik. 1

2 Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga dalam bentuk permainan yang sudah membudaya bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat yang melakukan olahraga tersebut. Olahraga ini juga paling banyak digemari mulai untuk hobi (kegemaran) sampai pada tingkat yang lebih tinggi yaitu sepakbola prestasi baik untuk kategori amatir maupun nonamatir (profesional). Sepakbola sebagai olahraga yang memasyarakat di Indonesia, sepakbola memiliki induk organisasi olahraga yang membidangi masalah persepakbolaan yaitu Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). PSSI sebagai induk organisasi olahraga sepakbola di Indonesia yang bersekretariat di Jakarta merupakan anggota dari Asosiasi Sepakbola Asia (AFC) dan FIFA sebagai Federasi Sepakbola Internasional. PSSI mengatur seluruh kegiatan persepakbolaan di seluruh Indonesia, pada tingkat daerah PSSI mempunyai Pengurus Daerah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (Pengda PSSI) sebagai induk organisasi olahraga sepakbola di tingkat daerah (Propinsi) yang mengatur seluruh aktivitas persepakbolaan di tingkat daerah. Salah satu cara yang ditempuh dalam usaha peningkatan prestasi sepak bola adalah mengatur segala kegiatan persepakbolaan secara berjenjang baik di tingkat usia dini, remaja ataupun senior. Disamping itu harus didukung dengan adanya wadah atau organisasi yang dapat mewujudkan usaha peningkatan prestasi tersebut. Susunan organisasi yang sistematik dan terkoordinasi sangat diperlukan untuk memajukan prestasi persepakbolaan Indonesia.

3 PERSIS SOLO sebagai salah satu klub sepak bola di Indonesia yang berada di Kota Solo saat ini kondisinya cukup memprihatinkan. Tanpa harus mulukmuluk, kesebelasan yang menjadi kebanggan Kota Solo sendiri juga terasa tenggelam di pentas sepak bola Jawa Tengah. Begitu miris memang jika harus melihat dan merunut perjalanan tim Persis Solo, klub sepak bola asli Solo, dalam mengikuti kompetisi nasional. Prestasi terakhir yang terbilang cukup membanggakan hanyalah diukir pada kompetisi Liga Indonesia musim kompetisi 2006/2007 di mana Persis berhasil tampil di final Liga Indonesia divisi satu. Itu pun, Persis harus menerima kenyataan hanya berkutat sebagai runner up di bawah Persebaya Surabaya yang menjadi juara. Di musim berikutnya, 2007/2008, Persis tampil di kasta tertinggi kompetisi sepak bola nasional, namun Persis hanya berprestasi gagal promosi ke kompetisi Liga Super Indonesia. Musim 2008/2009, kembali Persis Solo hanya berkompetisi di kompetisi level kedua. Prestasi yang diukirnya kala itu adalah berhasil lolos dari jerat degradasi meski harus megap-megap berjuang di akhir kompetisi. Pada musim 2009/2010 yang baru saja usai, Persis akhirnya tidak bisa terselamatkan lagi. Bermodalkan hidup mandiri untuk mengarungi kompetisi, ternyata belum cukup bagi Persis untuk bisa mempertahankan hidupnya. Menurut peraturan, Persis harus terkena degradasi musim ini karena hanya bisa menghuni juru kunci di klasemen akhir. Ironis sekali memang, kota dengan kemajuan ekonomi paling pesat, bangunan gedung-gedung tinggi bertingkat, pusat perbelanjaan disana-sini,

4 ternyata tidak bisa membentuk sebuah tim sepak bola yang kuat dan tangguh dan bisa banyak berbicara di kompetisi nasional. Di tingkat Jawa Tengah, Solo terbukti kalah bersaing dengan kabupaten kecil seperti Jepara yang mampu menjadi satu-satunya wakil dari Jawa Tengah yang mengirimkan klub sepak bolanya berkompetisi di Liga Super Indonesia. Apa yang salah dengan sepak bola di Solo? Ditinjau dari jumlah klub sepakbola yang berada di bawah naungan PERSIS SOLO sebenarnya sudah cukup banyak. Di Surakarta terdapat sekitar 27 klub amatir yang bernaung di bawah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Surakarta. Di antaranya Persis Junior, U-18, dan 26 klub amatir di bawah binaan Persis (http://pialadunia.tempointeraktif.com/hg/sepakbola/2011/01/17/brk,2011 0117-306877,id.html). Terpuruknya prestasi PERSIS SOLO di kancah persepakbolaan nasional bahkan memunculkan wacana pembubaran klub ini. Hal ini dikemukakan oleh Ketua Umum Persis Solo FX Hadi Rudyatmo yang menyatakan bahwa kemungkinan Persis mundur dari kompetisi PSSI itu. Pengunduran diri Persis, menurut Rudy, dikarenakan pembiayaan operasionalnya selama mengikuti kompetisi menguras APBD Kota Solo sehingga sangat membebani Pemerintah Kota Solo (Koran bola, Januari 9, 2011). Keterpurukan klub sepakbola PERSIS Solo tersebut tidak terlepas dari pengelolaan pembinaan tim sepakbola yang dilakukannya. Pembinaan yang dilakukan selama ini kurang memperhatikan aspek kompetisi antarklub yang berada di bawah naungan tim ini. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan para

5 pemain kurang berpengalaman dalam menghadapi iklim kompetisi yang sangat ketat. Pengalaman dalam berkompetisi merupakan aspek yang penting dalam keberhasilan tim untuk meraih kesuksesan. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kase, dkk (2006: 1-26) yang melakukan perbandingan terhadap strategi yang dilakukan oleh dua klub sepakbola terkemuka, yaitu Real Madrid dan Barcelona selama musim kompetisi 2005/2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua klub, yaitu Real Madrid dan Barcelona FC, membangun tim mereka dari tiga kategori pemain. Ketiga kategori pemain meliputi: 1) pemain bintang; 2) pasukan yang berasal dari pemain-pemain papan atas dari klub-klub nasional maupun internasional; dan 3) pemain junior yang berasal dari akademi sepakbola yang mereka miliki. Perbedaan strategi kedua tim adalah bahwa Real Madrid lebih banyak memainkan pemain-pemain kategori 1 dan 2 dalam kompetisi yang mereka mainkan. Barcelona lebih memilih keseimbangan proporsi antara pemain kategori 3, yaitu pemain junior, dengan pemain kategori 2. Prestasi yang diperoleh ternyata menunjukkan bahwa Barcelona mampu meraih prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan Real Madrid. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa pembinaan bagi pemain muda akan lebih efektif dengan cara memberikan lebih banyak pengalaman bertanding melalui kompetisi. Faktor lain yang dianggap dapat menunjang keberhasilan dalam olah raga adalah psikologi olah raga. Dukungan yang diberikan oleh psikologi olahraga

6 terhadap atlet antara lain meliputi: 1) Memahami dan menjelaskan sikap dan tingkah laku; 2) Mengontrol dan mengendalikan pikiran, perasaan, dan perilaku; 3) Menggambarkan dan meramalkan perilaku; 4) Membantu mengatasi permasalahan; dan 5) Membantu meningkatkan performa (Hudaya, 2007). Berkaitan dengan hal ini, Anshel (dalam Murphy, 2005) mengemukakan bahwa terdapat tiga bentuk layanan psikologi olahraga yaitu layanan klinis, layanan edukatif, dan layanan penelitian. Layanan klinis meladeni atlet yang menderita masalah emosional yang gawat seperti depresi dan rasa panik. Layanan edukatif terkait dengan komponen pengajaran kepada atlet dalam membantu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan psikologis seperti rileksasi, konsentrasi, visualisasi, dan manajemen stres, termasuk juga layanan konseling kepada atlet yang membutuhkan. Layanan penelitian menjadi tanggungjawab para akademisi yang menjadikan psikologi olahraga sebagai bidang keahliannya. Hasil-hasil penelitiannya harus dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, dan dipresentasikan dalam seminar atau konferensi yang relevan. Wann (1997; dalam Apruebo, 2005) mengemukakan satu bentuk layanan lain yaitu layanan aplikatif, di mana psikolog olahraga menerapkan teori dan hasil penelitian ke dalam praktek di lapangan. Tujuannya untuk membantu atlet memperoleh kesejahteraan psikologis dan kesehatannya, di samping dalam usaha meningkatkan penampilannya. Hal yang sama berlaku pula pada klub sepakbola PERSIS SOLO Junior. Pengelolaan tim sepakbola PERSIS Junior harus dilakukan secara integral yang

7 melibatkan berbagai elemen yang ada. Hambatan dalam hal pembiayaan menjadi salah satu kendala tersendiri. Kurangnya dana menjadi masalah klasik yang harus dihadapi oleh PERSIS Solo Junior menjadi semacam permasalahan yang dihadapi bersama oleh seluruh tim sepakbola di Indonesia. Berangkat dari latar belakang penelitian di atas, peneliti ingin mengkaji tentang pengelolaan tim sepakbola Persis Junior sehingga mampu berprestasi di tingkat nasional di tengah keterbatasan yang ada. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka fokus penelitian ditekankan pada karakteristik pengelolaan pembinaan fisik dan teknik atlet sepakbola pada klub sepakbola Persis Junior Surakarta. Fokus tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi empat permasalahan, yakni: 1. Karakteristik perencanaan pengelolaan pembinaan fisik dan teknik tim 2. Karakteristik pengorganisasian pengelolaan pembinaan fisik dan teknik tim 3. Karakteristik pelaksanaan pengelolaan pembinaan fisik dan teknik tim 4. Karakteristik evaluasi pengelolaan pembinaan fisik dan teknik tim sepakbola klub Persis Solo Junior. C. Tujuan Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dibahas, maka penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk

8 mendeskripsikan karakteristik pengelolaan pembinaan fisik dan teknik atlet sepakbola pada klub sepakbola Persis Solo Junior. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis: 1. Karakteristik perencanaan pengelolaan pembinaan fisik dan teknik tim 2. Karakteristik pengorganisasian pengelolaan pembinaan fisik dan teknik tim 3. Karakteristik pelaksanaan pengelolaan pembinaan fisik dan teknik tim 4. Karakteristik evaluasi pengelolaan pembinaan fisik dan teknik tim sepakbola klub Persis Solo Junior. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia olah raga baik yang bersifat praktis maupun teoritis. Manfaat tersebut antara lain: 1. Bagi Dunia Olah Raga a. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik pengelolaan pembinaan fisik dan teknik tim sepakbola klub Persis Solo Junior. b. Sebagai gambaran bagi Klub Sepakbola Persis Solo dalam upaya peningkatan pembinaan persepakbolaan guna mempersiapkan tim sepak bola yang berkualitas.

9 c. Sebagai bahan masukan bagi para penentu kebijakan dalam rangka peningkatan mutu olah raga nasional, khususnya cabang sepak bola. 2. Bagi Atlet Olah Raga a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan bagi atlet olah raga khususnya cabang sepak bola mengenai karakteristik pengelolaan pembinaan tim sepakbola. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para atlet cabang sepakbola mengenai arti penting pola pembinaan dalam olah raga sehingga dapat dijadikan pemacu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. E. Definisi Istilah Agar pembahasan permasalahan lebih terfokus, maka perlu dilakukan definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun definisi istilah yang digunakan meliputi sebagai berikut. 1. Manajemen Olah Raga U.U. R.I. No. 3, Tahun 2005, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, pada Bab IV menyebutkan adanya tiga ruang lingkup olahraga yang meliputi kegiatan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Oleh karenanya dikenal manajemen olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Manajemen olahraga pendidikan diterapkan dilingkungan sekolah baik pendidikan formal, non formal maupun pada perguruan tinggi. Manajemen olahraga rekreasi diterapkan pada organisasi olahraga

10 masyarakat. Sedangkan manajemen olahraga prestasi umumnya digunakan oleh induk-induk organisasi olahraga, tingkat kabupaten dan kota, tingkat propinsi maupun tingkat nasional, maupun pada organisasi perkumpulanperkumpulan olahraga, termasuk juga olahraga profesional. 2. Pengelolaan Pembinaan Olah Raga Pengelolaan pembinaan olah raga adalah model pembinaan bentuk segi tiga atau sering disebut pola piramid seharusnya berporos pada proses pembinaan yang bersinambung. Dikatakan bersinambung (kontinum) karena pola itu harus didasari cara pandang (paradigma) yang utuh dalam memaknai program pemassalan dan pembibitan dengan program pembinaan prestasinya. 3. Pengelolaan Pembinaan Fisik dan Teknik sepakbola Pengelolaan pembinaan fisik dan teknik adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan, mengorganisir, dan mengevaluasi kegiatan pembinaan olah raga yang berupa kegiatan fisik dan non fisik. 4. Perencanaan Pembinaan Fisik dan Teknik sepakbola Perencanaan pembinaan fisik dan teknik merupakan kegiatan menyusun program-program kegiatan dalam rangka mencapai tujuan, melalui kegiatan pembinaan fisik dan teknik sepakbola. 5. Pengorganisasi pembinaan Fisik dan Teknik sepakbola Pengorganisasian pembinaan fisk dan teknik sepakbola merupakan kegiatan menentukan personil pengurus tim, pemain, dan membagi tugas dan tanggung jawab.

11 6. Pelaksanaan pembinaan Fisik dan Teknik sepakbola Pelaksanaan pembinaan fisik dan teknik sepakbola adalah kegiatan mengimplementasikan rencana-rencana yang telah ditetapkan. 7. Evaluasi pembinaan Fisik dan Teknik sepakbola Evaluasi merupakan kegiatan menilai proses kegiatan dan hasil yang dicapai berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.