BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya (Izhar,1998).

BAB II LANDASAN TEORI

Peningkatan Ketrampilan Siswa Membaca Nyaring Melalui Metode Latihan Terbimbing Pada Siswa Kelas III SDN Paranonge

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terjalin komunikasi antar manusia. Disamping itu manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dapat

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB II KAJIAN TEORI. komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting yang sangat strategis karena memberikan bekal kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS. SCRIPT di KELAS V SD N 111/I KOMPLEK AIR PANAS KABUPATEN BATANG HARI

Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Kelas II SDN Lalong Melalui Media Gambar Seri

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Mire Melalui Penggunaan Media Gambar Seri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Dengan belajar tentunya seseorang berharap akan ada perubahan. yang didapatkan sebagai efek dari kegiatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 2 Nomor 2, Juni 2017

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran wajib diajarkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. 2.1.2. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsurunsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari 6

7 pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method). 2.1.3. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1997). Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lainlain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. 2. Strategi Penyampaian Pembelajaran Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada

8 pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes). 3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang digunakan selama proses pembelajaran. 2.1.4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia ( Membaca ) 2.1.4.1. Hakikat Membaca 1) Hakikat dan Proses Membaca Sejalan dengan pendapat tersebut, Burns (1984:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks. Dalam membaca, pembaca harus harus mampu menangkap sejumlah simbol tertulis yang dibaca dan menginterpretasikan simbol-simbol atau kata-kata yang dibaca, memahami alur berpikir dan bentuk-bentuk gramatikal tulisan, menghubungkan pengalaman yang telah mereka peroleh sebelumnya untuk memahami makna kata-kata yang ia baca, mengingat apa yang telah mereka baca dan menghubungkannya dengan ide-ide yang terdapat dalam bacaan dan kenyataan yang ada, membuat kesimpulan dan penilaian terhadap materi yang dibaca, serta menghubungkan minat dan sikap yang mempengaruhi keberhasilan membacanya. Dengan demikian jelaslah bahwa kegiatan membaca bukan merupakan kegiatan yang mudah dan muncul dengan sendirinya. Kemampuan membaca dapat ditingkatkan melalui pembelajaran membaca dan juga latihan yang tepat.

9 2) Faktor yang Menentukan Keberhasilan Membaca Banyak faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam membaca. Burns (1994) mengemukakan adanya enam faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang dalam membaca. Keenam faktor tersebut adalah: (1) latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca terutama yang sesuai dengan materi bacaan, (2) penguasaan bahasa bacaan, (3) minat terhadap bacaan, (4) kesiapan sosial dan emosional, (5) kesiapan fisik, dan (6) kemampuan berpikir. Pertama, pengelaman dan pengetahuan yang luas (skemata) merupakan faktor yang sangat penting dalam membaca. Dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang sesuai dengan materi bacaan, pembaca mampu mengenali dan memahami konsep-konsep dan katakata yang dibacanya, selanjutnya mampu memahami makna kata-kata tersebut dengan tepat dan cepat. Pengalaman merupakan dasar pembentukan konsep-konsep dan konsep-konsep adalah dasar penguasaan kosakata (perbendaharaan kata). Kedua, penguasaan bahasa merupakan faktor yang sangat penting dalam membaca karena pada hakikatnya membaca merupakan kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan media bahasa tulis. Dengan menguasai bahasa yang digunakan dalam bacaan, pembaca akan dapat memahami pesan yang disampaikan penulis dengan tepat dan cepat. Ketiga, minat terhadap bacaan merupakan faktor penting dalam membaca. Dengan memiliki minat terhadap bacaan, akan mendorong pembaca untuk selalu ingin mengetahui isinya. Dengan demikian, kegiatan membaca dirasakan sebagai kegiatan yang menyenangkan. Keempat, kesiapan (kematangan) sosial dan emosional juga berpengaruh terhadap keberhasilan membaca. Hal ini sesuai dengan hakikat membaca sebagai kegiatan komunikasi dengan media bahasa

10 tulis. Dalam berkomunikasi, pihak yang berkomunikasi harus saling menjalin hubungan yang harmonis. Untuk itu, kematangan sosial dan emosional sangat penting agar pembaca dapat mengendalikan emosinya. Kelima, kesiapan fisik terutama kesehatan indra penglihatansangat menentukan keberhasilan membaca. Pada saat membaca, pertama kali yang dilakukan oleh pembaca adalah menangkap lambang-lambang tulisan. Keenam, kemampuan berpikir sangat menentukan keberhasilan membaca. Telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara kemampuan berpikir atau intelegensi dengan kemampuan membaca. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa di samping tiga aktivitas berbahasa yang lainnya. Di antara keempat keterampilan tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan yang bersifat menerima/reseptif (pasif), yang meliputi keterampilan menyimak dan membaca, serta keterampilan yang bersifat mengungkapkan/produktif (aktif) yang meliputi keterampilan menulis dan berbicara (Rejana 1996:133). 2.1.4.2. Definisi Membaca Ada beberapa ahli yang memberikan batasan tentang definisi membaca. Menurut Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan 1994:7). Selanjutnya masih dari sumber yang sama, membaca dapat diartikan pula sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain-yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.

11 2.1.4.3 Tujuan Membaca Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang ketika mereka melakukan aktivitas membaca. Antara seorang pembaca dengan pembaca yang lain pastinya memiliki tujuan yang berbeda terhadap aktivitas membaca mereka. Pada umumnya orang membaca bertujuan untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan untuk memahami makna bacaan (Tarigan 1994:9). Secara lebih khusus masih dari sumber yang sama,tarigan menyebutkan bahwa tujuan membaca pada kebanyakan orang adalah sebagai berikut. (1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus; atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). (2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik atau menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami oleh sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). (3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). (4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitaskualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini

12 disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). (5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). (6) Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita akan berbuat seperti apa yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca meneliti membaca mengevaluasi (reading to evaluate). (7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaiman dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast) )Anderson dalam Tarigan 1994:9-10). 2.1.4.4 Hakikat Membaca dalam Kurikulum Sekolah Dasar Di bagian awal penelitian, yaitu pada subbab latar belakang, sudah disebutkan pentingnya pengajaran membaca untuk siswa sekolah dasar, khususnya siswa kelas 1. Jenis pembelajaran membaca yang diajarkan guru di sekolah dasar tentu berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi materi membaca ini tentu saja disesuaikan dengan tingkatan kelas. Jenis membaca yang diajarkan di kelas 1 pastilah berbeda dengan jenis membaca yang diajarkan di kelas 2,3,4,5, dan 6, begitu pula sebaliknya. Namun secara garis besar jenis membaca yang diajarkan di sekolah dasar terbagi menjadi dua macam. Petama adalah membaca permulaan dan yang kedua adalah membaca pemahaman. Membaca permulaan diberikan di kelas 1 dan kelas 2, sedangkan membaca pemahaman diberikan di tingkat berikutnya mulai kelas 3 sampai kelas 6 (Supriyadi 1996:127).

13 Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis di kelas-kelas awal disebut pelajaran membaca dan menulis permulaan, sedangkan dikelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan menulis lanjut. Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran. Tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (BNSP, 2006). Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan ketrampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa, mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli. Materi pokok membaca permulaan yang diberikan di kelas 1 dan 2 berkisar pada materi: (1) pelatihan lafal, baik vokal maupun konsonan, (2) latihan nada/lagu ucapan, (3) latihan penguasaan tanda-tanda baca,

14 (4) latihan pengelompokkan kata/frasa ke dalam satuan-satuan ide (pemahaman), (5) latihan kecepatan mata, (6) latihan ekspresi (membaca dengan perasaan). Sedangkan pembelajaran membaca di kelas 3,4,5, dan 6, lebih menitikberatkan pada pengembangan pokok bahasan membaca pemahaman dari berbagai macam wacana, seperti narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Sedangkan jenis keterampilan membaca yang biasa dikembangkan dalam membaca pemahaman adalah membaca teknik (untuk orang lain yang membacakan), membaca dalam hati, membaca cepat, dan membaca permulaan (Supriyadi 1996:127). Sedikit berbeda dengan penjelasan Supriyadi, dalam Kurikulum Sekolah Dasar 1994, penggolongan membaca di sekolah dasar terbagi atas membaca permulaan dan membaca lanjutan. Membaca permulaan diberikan di kelas 1 dan kelas 2, sedangkan membaca lanjutan diberikan di kelas 3,4,5, dan kelas 6. Untuk membaca permulaan, lebih ditekankan pada membaca teknik, sedangkan untuk membaca lanjutan keterampilan membaca yang dikembangkan adalah membaca teknik, membaca dalam hati, membaca cepat, dan membaca bahasa. Dari penjelasan tentang jenis pengajaran membaca di sekolah dasar di atas, terlihat bahwa jenis membaca permulaan diajarkan sepenuhnya di kelas 1 dan 2. Membaca permulaan yang diberikan di kelas 1 dan kelas 2 lebih ditekankan peda upaya guru untuk menjadikan anak melek huruf, artinya mendidik agar anak dapat mengenali dan mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, sedangkan membaca lanjutan di kelaskelas yang lebih tinggi (kelas 3-6), tujuan pelajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada upaya memperlancar kemampuan murid dalam mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang bermakna dan makna itu dipahami oleh anak (melek wacana) (Supriyadi 1996:128).

15 Jadi, jenis membaca yang diajarkan di sekolah dasar adalah sebagai berikut. (1) Membaca permulaan yang diberikan di kelas rendah (kelas 1 dan 2 SD). Membaca permulaan yang dimaksud adalah jenis membaca teknik atau membaca nyaring. (2) Membaca lanjutan yang diberikan di kelas 3 sampai kelas 6 SD. Membaca lanjutan yang dimaksud adalah (a) membaca teknik dengan sasaran yang berbeda dengan membaca teknik di kelas rendah, (b) membaca dalam hati, (c) membaca cepat, dan (d) membaca bahasa. 2.2 Media Pembelajaran 2.2.1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari kata medium yang secara harifiah artinya perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997:2) media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi Media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar diantaranya kartu kata. 2.2.2. Macam macam Media Pembelajaran Secara umum terdapat 4 jenis media pembelajaran: 1) Media visual ( grafik, diagram,kartu, bagan karikaturia pro, dll) 2) Media audio ( radio, tape, recorder, lab bahasa dll ) 3) Media proyeksi ( OHP, proyektor, dll ) 4) Audio visual ( tv, komputer, vcd, dll ) 2.2.3. Pengertian Media Kartu Kata Flas card atau Education Card adalah kartu- kartu bergambar yang dilengkapi kata- kata yang diperkenalkan oleh Glenn Doman. Gambar- gambar dikelompokkan pada flashcard. Antara lain: seri binatang. Buah- buahan, pakaian, warna, bentuk, angka dan kata.

16 Tujuan dari kartu kata adalah melatih kemampuan otak kanan untuk menginggat gambar dan kata- kata sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan. Kartu kata dalam penelitian ini berupa media dalam permainan menemukan kalimat.siswa diajak bermain dengan menyusun kata- kata menjadi sebuah kalimat. 2.2.4. Kelebihan Penggunaan Media Kartu Kata Dalam kegiatan pembelajaran, secara umum media kartu kata mempunyai kelebihan untuk : 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis. 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya objek benda yang terlalu besar. 3) Fungsi yang lain dari media adalah dapat mengatasi sikap pasif siswa. Siswa menjadi aktif karena gairah belajar mereka meningkat. 2.2.5. Kelemahan Penggunaan Media Kartu Kata 1) Pembelajaran Kurang Menarik dibandingkan dengan media gambar 2) Hanya dapat digunakan dalam lingkup kerja kelompok. 3) Kalau siswa belum memahami kosakata dengan baik pembelajaran akan sulit dilakukan 2.3. Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Media Kartu Kata Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting yang kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan pembelajaran. 2.3.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Media Kartu Kata Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merujuk dengan apa yang akan dikerjakan seseorang sebagai subyek

17 dalam belajar. Sedangkan mengajar menujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru dalam mengajar. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya ( Slameto,2003). 2.3.2 Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan kartu kata Langkah awal pembelajaran dengan kartu kata adalah: 1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. 2) Setiap kelompok menyusun kartu kartu kata menjadi sebuah kalimat. 3) Masing-masing kelompok melaporkan hasil jawaban dipapan tempel. 4) Semua anak membaca kemudian menyalinnya dibuku tulis. 2.3.3 Faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya. a. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. 1) Kecerdasan/intelegensi 2) Bakat 3) Minat 4) Motivasi b. Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995: 60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.

18 1) Keadaan keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. 2) Keadaan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. 3) Lingkungan masyarakat di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak. Berdasarkan kajian tentang berbagai pendapat mengenai prestasi belajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran tertentu setelah siswa mengalami proses belajar untuk mencapai tujjuan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes dalam satu satuan waktu, berupa semester atau tahun pelajaran. Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil menurut Syaiful Bahri Djamarah Dan Aswan Zain (2002: 120) Ialah: 1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual ataupun kelompok. 2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran Intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa. Salah satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai pretasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka hadapi. Salah satunya dengan menggunakan media kartu kata. 2.4. Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Siti Komariah (2010) dengan judul penelitian Penggunaan Kartu Huruf dan Kartu Kata Untuk Meninggkatkan Aktivitas dan Ketrampilan Membaca Nyaring Pada Pelajaran Bahasa

19 Indonesia Kelas I Semester I SDN Kalipancur I Kec. Blado Kab. Batang, peneliti termotivasi mencoba menggunakan media yang sama tetapi penerapan teknik penerapanya berbeda. Berdasarkan penelitian- penelitian Diatas dan permasalahan yang ada di kelas I SDN Keteleng 01 khususnya mata pelajaran membaca dan menulis, peneliti tertarik untuk meningkatkan hasil belajar dengan melakukan penelitian menggunakan kartu kata. 2.5. Kerangka Berfikir Pada tahap awal sebelum guru menggunakan media kartu kata, hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Negeri Keteleng 01 masih rendah dengan rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia tersebut guru berupaya meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dengan melakukan inovasi pembelajaran yang dilakukan adalah mengemas pembelajaran dengan media kartu kata. Kondisi awal Guru belum menggunakan media kartu kata Hasil belajar rendah < KKM (70) Tindakan Guru menggunakan media kartu kata Siklus I ada peninggkatan hasil belajar < dari KKM (belum tuntas ) Kondisi akhir 2.6. Hipotesis Tindakan 80 % siswa KKM ( 70 ) Siklus II Peningkatan hasil belajar KKM 70 sudah tuntas

20 Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah Melalui Penggunaan media kartu kata dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia, materi Membaca Permulaan siswa kelas I SDN Keteleng 01 Kecamatan Blado Kabupaten Batang tahun pelajaran 2011/ 2012