BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK 2 Mei Bandar Lampung. Gede Merta Mertana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja (adolescence) dalam bahasa inggris,

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk bagi kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia. cenderung meningkat (Notoatmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. menghisap rokok yang diminati oleh banyak kaum laki-laki.

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab gangguan kesehatan dan kematian sebelum waktunya, yang bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PAPARAN MEDIA IKLAN DAN PERSEPSI DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dipandang oleh anggota masyarakat Indonesia (Wulandari, 2007). serius pada orang-orang yang bukan perokok.

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahkam teradi kecenderungan usia mullai merokok yang semakin muda.

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PRIA DI DESA KENTENG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Asrama Polisi Bojong Kota Tasikmalaya Terletak di Propinsi Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan terjadi perubahan fisik yang cepat menyamai orang dewasa, tetapi emosinya belum tentu mengikuti perkembangan jasmaninya.menurut Hurlock (1998) dalam Putri (2010), setiap periode tumbuh kembang mempunyai tahapan tersendiri, namun masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.kesulitan pertama, masalah anak yang sebagian besar diselesaikan oleh orang tua dan guru mengakibatkan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasinya.kedua, karena remaja merasa telah mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru. Sedangkan menurut Suryanah (1996) dalam Putri (2010) masalah dikalangan remaja yang banyak terjadi antara lain ketergantungan obat, ketergantungan alkohol, dan ketergantungan terhadap rokok. Jumlah perokok di dunia menurut WHO pada tahun 2009 mencapai 1,1 milyar yang terdiri dari 47% adalah pria, 12% adalah wanita dan 49% adalah anak-anak. Menurut Dr Robert Kim-Farley, utusan WHO di Jakarta, terdapat pergeseran persentase perokok dari pria ke wanita dan anak-anak (kammiaceh.org, 2009). Hal ini tentu saja merupakan hal yang sangat memprihatinkan dimana tumpuan bangsa adalah pada anak-anak dan wanita. Sedangkan survei 1

dilakukan oleh Global Health Proffesional Survei (GHPS) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 48,4% mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran di Indonesia adalah perokok dan 9,3%nya masih merokok hingga saat survei dilakukan (Suryo Sukendro, 2007). Rokok yang dihisap di dunia mencapai 15 miliar batang setiap harinya. Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia. Data terakhir yang di publikasikan WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa Indonesia setiap tahunnya mengonsumsi 215 miliar batang rokok, nomor 5 di dunia setelah Cina (1.543 miliar batang). Amerika Serikat (451 miliar batang), Jepang (328 miliar), dan Rusia (258 miliar). Menurut Bank Dunia, konsumsi Indonesia sekitar 6,6 persen dari seluruh konsumsi dunia ( WHO, 2002). Survei yang dilaksanakan di Indonesia menunjukkan angka yang beragam yaitu 4% anak sekolah dan 2,9% mahasiswi merokok (Yumaria, 2002). Selain itu, survei yang dilakukan oleh Komnas Perlindungan Anak dengan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, pada tahun 1995, prevalensi perokok remaja usia 15-19 tahun adalah 13,7% dan pada tahun 2004 menjadi 32,8%. Hasil penelitian di Australia menunjukkan bahwa 70.000 orang mulai merokok setiap tahunnya pada usai 12-17 tahun (Zhu dkk., 1999). Jakarta, remaja mulai merokok sejak usia 15 tahun. Penggunaan berbagai jenis Napza tidak akan terlepas dari penggunaan rokok; karena menurut Thoha (2006), jika

mempunyai masalah yang tidak terselesaikan, maka remaja yang merokok pada akhirnya akan menggunakan narkoba. Menurut Saprudin (2007), alasan remaja merokok di Depok, Jawa Barat adalah karena melihat teman 28,43%, melihat orang tua /keluarga 19,61, melihat tokoh/artis 16,66%, menghilangkan stress 3,92% dan tidak pernah mendapatkan informasi tentang bahaya merokok sebesar 10,79%. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok di Australia adalah karena tekanan peer, berteman dengan perokok usia muda, status sosial ekonomi rendah, mempunyai orang tua yang merokok, saudara kandung, lingkunga sekolah dan tidak percaya bahwa merokok menggangu kesehatan (Zhu dkk., 2002). Penelitian lain di Indonesia yang di lakukan oleh Global Tobacco perilaku merokok karena Youth Survey (GTYS) atau survei merokok pada remaja di Jakarta menunjukan perilaku merokok karena lingkungan keluarga 66,8% dan 93,2% karena faktor media. Selain mempunyai teman yang merokok faktor yang juga dapat mempengaruhi kebiasaan adalah penurunan prestasi sekolah dan harga diri rendah (Sells dan Blum(2002) dalam Hitchcock (2001). Menurut Emilia (2008), perilaku merokok berkaitan dengan pengetahuan, sikap seseorang terhadap rokok dan pendidikan. Di Indonesia, belum ada kurikulum khusus tentang masalah berhubungan dengan rokok. Informasi bahaya merokok dimasukkan sebagai salah satu topik dalam mata pelajaran Biologi dan Pendidikan Jasmani. Pengetahuan yang cukup akan memotivasi individu untuk berperilaku sehat. Orang yang dipenuhi banyak

informasi (pengetahuan) akan mempersepsikan informasi tersebut sesuai dengan predisposisi psikologisnya. Pengetahuan yang memadai tentang bahaya rokok bagi kesehatan diharapkan membuat orang yang belum merokok tetap tidak merokok dan para perokok yang sudah terlanjur bisa menghentikan kebiasaan yang sangat berbahaya ini (Putri, 2010). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui,adapun cara mengetahui sesuatu dapat di lakukan dengan cara mendengar,melihat,merasa, dan sebagainya. Sedangkan pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan didalam ingatan atau di gabungan, dengan suatu pengaharapan akan masa depan sesuai dengan apa yang telah di amati pada masa lain (Puryanto, 2012). Menurut Hendra (2008), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Diantaranya yaitu umur, dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh, Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahauan. Lingkungan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan

memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang. Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. Pendidikan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuan. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Berdasarkan hasil pengamatan dan studi pendahuluan dengan 10 siswa di SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto di ketahui 2 siswa kurang mengetahui tentang bahaya merokok 2 siswa cukup mengetahui tentang bahaya merokok dan 6 siswa tidak mengetahui sama sekali tentang bahaya merokok dan mereka yang tidak mengetahui sama sekali masih cuek dan masih merokok dengan enak saja, Khususnya siswa putra. Dari pengamatan peneliti di ketahui adanya pelajar SMA yang merokok di warung, di kamar mandi sekolah dan tempat umum lainnya. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dan sikap, terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya merokok di SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto. B. Rumusan Masalah Jumlah perokok yang selalu meningkat di antaranya pada pelajar putra maupun putri pernah merokok, mereka menganggap merokok juga akan menambah teman dan membuat mereka lebih atraktif Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat di rumuskan masalah penelitian:

Pengaruh Pendidikan Kesehatan dan Sikap,Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya merokok? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dan sikap terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya merokok di SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto. 2. Tujuan Khusus: a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada pelajar SMA muhammadiyah 1 Purwokerto. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada pelajar SMA muhammadiyah 1 Purwokerto. c. Untuk mengetahui sikap pada pelajar SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto sebelum diberikan pendidikan kesehatan d. Untuk mengetahui sikap pada pelajar SMA muhammadiyah 1 Purwokerto sesudah diberikan pendidikan kesehatan. e. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dansikap terhadap tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok di SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teori

a. Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya tentang bahaya merokok terhadap tingkat pengetahuan pada pelajar. b. Sebagai bahan masukan dalam menyusun program kesehatan bagi pelajar dan komunitas sekolah c. Memberikan informasi tentang faktor pengetahuan utama yang mempengaruhi bahaya merokok pada pelajar. 2. Secara Praktek a. Menambah pengetahuan dan ketrampilan bagi peneliti. b. Meningkatkan pemahaman penulis terhadap pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok terhadap peningkatan pengetahuan pada pelajar. 3. Bagi peneliti Sebagai bahan masukan untuk penelitian berikutnya yang berhubungan dengan pengetahuan tentang bahaya merokok 4. Bagi Institusi Pendidikan a. Sebagai tambahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan khususnya tentang Pengaruh pendidikan kesehataan dan sikap, terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya merokok. b. Sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya tentang faktorfaktor yang mempengaruhi bahaya merokok. 5. Bagi tempat penelitian Hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya merokok sehingga remaja akan terhindar dari penyakit yang di akibatkan dari merokok.

E. Penelitian Terkait 1. Dari hasil penelitian Fitriani (2001) dengan judul Pengaruh pendidikan kesehatan,pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok. Subjek penelitian berdasarkan pengetahuan sebelum dan sesudah di berikan pendidikan kesehatan kelompok kontrol di dapatkan bahwa sebelum maupun sesudah perlakuan pengetahuan siswa mengalami perubahan tetapi tidak signifikan yaitu sebelum perlakuan dalam kategori kurang sebanyak 10 siswa (62,5%) sedangkan dalam kategori cukup sebanyak 6 siswa (37,5%), dan sesudah perlakuan yaitu dalam kategori kurang sebanyak 12 siswa (75%) sedangkan dalam kategori cukup sebanyak 4 siswa (25%) pada tahun 2001. Persamaan dari penelitian adalah tema tentang pengetahuan dan bahaya merokok. Sedangkan perbedaandengan dari penelitian adalah dari variabel bebas, tempat dan waktu penelitian, sampel yang di gunakan, umur responden. 2. Dari hasil penelitian Vidiawaty (2003) denga judul Hubungan antara Locus of Control dan sikap Remaja Terhadap Iklan Rokok. Studi pada 78 Remaja Sekolah Menengah Umum di Jakarta Barat. Locus of Control adalah orientasi kontrol individu terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara Locus Control dengan sikap remaja terhadap iklan rokok. Melalui hasil ini dapat dikatakan bahwa semakin ekternal locus of control remaja semakin setuju sikapnya terhadap iklan rokok. Persamaan dari penelitian tema

tentang merokok, responden remaja pada pelajar. Perbedaan dari penelitian jumlah responden, tempat penelitian, waktu dan perbedaan variabel terikat. 3. Dari hasil penelitian Hendry Guutama (2003) dengan judul Hubungan Antara Konformitas dan Persuasi Jalur Periferal Terhadap Level Pengkonsumsian Rokok Pada Usia Dewasa Muda. Subjek dalam penelitian ini dalah 60 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Instrumen ukur yang di gunakan adalah kuesioner konformitas, kuesioner persuasi jalur periferal, dan kuesioner level pengkonsumsian rokok. Perhitungankorelasi menggunakan teknik korelasi Pearson product-moment. Hasil penelitian Pertama penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara konfirmitas terhadap level pengkonsumsian rokok pada usia dewasa muda. Hasil kedua penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persuasi jalur periferal terhadap level pengkonsusmsian rokok pada usia dewasa muda. Persamaan penelitian tema tentang merokok, jumlah sample yang di gunakan. Perbedaan penelitian adalah waktu, tempat penelitian. 4. Dari hasil penelitian Febriana dwicahyani (2011) dengan judul Tingkat pengetahuan bahaya rokok pada remaja penelitian ini menggunakan metode deskritif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat remaja tentang bahaya merokok dengan pengetahuan baik yaitu 25 orang (50,0 %), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 orang (48,0%), dan tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (2,0%). Secara umum hasil penelitian ini dalam kategori baik. Perbedaan keaslian dengan penelitian yang penulis ambil adalah pada hasil penelitian. Hasil penelitian di SMP Negeri 7 Wonogiri kebanyakan siswa memiliki pengetahuan cukup sebanyak 48 siswa(63,2%), baik sebanyak 15 siswa (19,7%) dan kurang sebanyak 13 (17,1%).