BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan bunyi yang disebut dengan bahasa. laku bahkan kebiasaan-kebiasaan tokoh idolanya sendiri. Seperti misalnya jika

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan sifat sosial yang dimilikinya tentu mereka akan saling berinteraksi. Dalam

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia menekankan pentingnya penguasaan empat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, kemampuan berbicara atau bercerita, keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa. tepat bila antara penutur dan mitra tutur saling memahami.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan sasaran pembelajaran berbahasa Indonesia di sekolah dasar.

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan dalam kehidupan manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Terampil berbahasa sangat penting dikuasai.

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mempersatukan keberagaman bahasa, adat-istiadat, suku, dan budaya.

YUNICA ANGGRAENI A

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. kompetensinya yaitu mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui. kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. kata yang sesuai yang terdapat pada KD menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan. Aktivitas belajar dapat merangsang siswa terlibat secara aktif

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan suatu bangsa, sehingga kualitas pendidikan sangat. diperhatikan oleh pemerintah. Hingga saat ini pemerintah terus

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat di pisahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah terdiri atas keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia secara sadar. Bahasa harus mampu menampung perasaan dan pikiran pemakainya, serta dapat menimbulkan adanya saling pengertian antara penutur dan pendengar, antara pembaca dan penulis. Hanya manusia yang mempunyai keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keadaan sadar yang dapat menghasilkan bunyi yang disebut dengan bahasa. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan ini adalah dasar pembelajaran bahasa Indonesia. Salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk dalam pembelajaran di SMP adalah keterampilan berbicara yaitu mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui kegiatan bercerita. Pembelajaran bercerita ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan siswa dalam bidang bahasa, khususnya berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Miliasari (2009:9) menyatakan bahwa: rendahnya kemampuan berbicara peserta didik juga sangat dipengaruhi oleh rendahnya motivasi, semangat, serta kurangnya percaya diri yang dapat mengakibatkan peserta didik malu dan takut ditertawakan apabila salah dalam berbicara. 1

2 Berdasarkan pengalaman yang dialami selama mengadakan PPLT ditemukan fenomena, siswa cenderung tidak mampu mengikuti pembelajaran bercerita, siswa terlihat malas-malasan saat mengerjakan tugas bercerita dari guru. Banyak di antara siswa yang memilih melakukan aktivitas di luar pembelajaran, misalnya berbicara di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku tersebut menunjukan bahwa minat dan antusias siswa terhadap pembelajaran bercerita tergolong rendah. Ketika guru memberikan tugas bercerita, banyak di antara siswa yang mengeluh dan tidak menginginkan tugas tersebut. Pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan alat berpikir terlihat pada mata pelajaran bahasa yang diberikan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Sungguhpun demikian penguasaan dan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi yang baik dan benar belum selalu memuaskan. Masih ada sejumlah siswa yang selalu ragu untuk berbicara. Ada rasa takut berbicara kalaukalau mengatakan hal yang salah atau mengatakan hal yang benar dengan cara yang salah. Persoalan inilah yang dialami oleh para siswa SMP. Suasana belajar menjadi pasif dan tidak bersemangat, akibat tidak adanya keberanian berbicara untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. Joseph, Siswandi (2006:5-6) menyatakan bahwa : Kurangnya keterampilan berkomunikasi seorang anak, juga merupakan dampak pendidikan di dalam keluarga dan masyarakat. Orang tua dan masyarakat kurang memberi kesempatan atau kurang mendorong anak berbicara mengutarakan pendapat dan perasaannya serta kurang memberikan perhatian atau penghargaan kepada anak anak ketika ia berbicara mengungkapkan pikiran atau isi hatinya. Tidak jarang terjadi orang tua

3 atau anggota keluarga lain menghentikan atau melarang anak berbicara. Keadaan lingkungan demikian memberikan pengaruh negatif pada kemampuan anak berbahasa dan mengurangi keberanian menyampaikan pendapatnya dengan menggunakan bahasa. Hal ini juga terlihat dari berbagai faktor penyebab mengapa siswa tidak mendapatkan nilai maksimal, diantaranya dalam proses pembelajaran berbicara khususnya kompetensi dasar bercerita, selama ini pembelajaran bercerita tidak dilakukan secara serius dan siswa beranggapan bahwa bercerita merupakan bagian sepele yang sering dilakukan oleh siapa pun sehingga tidak memerlukan keterampilan khusus dalam pelaksanaannya. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya kreativitas guru dalam menentukan teknik pembelajaran keterampilan berbicara kepada siswa. Para guru pada saat proses belajar-mengajar di kelas lebih cenderung berfokus pada keterampilan lain, seperti keterampilan membaca, keterampilan menulis dan keterampilan mendengarkan. Hal itu disebabkan oleh para guru yang lebih berfokus pada hasil UN (Ujian Nasional) yang akan diraih siswa nantinya. Faktor lainnya, siswa cenderung kurang berani bercerita di depan umum. Siswa merasa takut salah, malu, grogi, tegang, dan kurang percaya diri bila ditunjuk untuk bercerita di depan kelas, hal tersebut disebabkan pula karena siswa tidak menguasai bahan cerita dan siswa kurang mampu mengorganisasikan perkataannya pada saat bercerita. Selain itu, faktor luar diri siswa juga berpengaruh misalnya, penggunaan teknik pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa juga mempengaruhinya, serta kondisi dan tata ruang kelas yang tidak

4 kondusif. Dengan demikian, dapat diidentifikasi bahwa keterampilan bercerita siswa masih rendah. Fenomena yang sering juga terjadi serig ditemui di kelas adalah karena siswa tampil satu persatu. Hal ini menyebabkan waktu pembelajaran semakin lama. Kurangnya waktu pembelajaran tersebut mengakibatkan guru kurang memberikan perhatian terhadap pembelajaran bercerita. Pembelajaran bercerita yang kurang mendapat perhatian tersebut dapat dilihat dari metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu teknik pembelajaran ekspositori. Pandangan guru terhadap teknik ekspositori memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Guru mrenyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penutup secara lisan yang dikenal dengan istilah ceramah. Berdasarkan permasalahan di atas, dibutuhkan perbaikan dalam pembelajaran bercerita yang dapat mendorong siswa secara keseluruhan agar aktif tampil bercerita di depan kelas. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar bercerita adalah dengan menggunakan teknik pembelajaran bercerita berpasangan. Teknik pembelajaran bercerita berpasangan merupakan teknik yang memberi kesempatan kepada siswa untuk tampil bercerita dihadapan temantemannya secara berpasangan. Satu kelompok terdiri dari dua orang siswa. Sewaktu mereka tampil bercerita, pasangan siswa tersebut dapat bercerita secara

5 bergantian dengan judul dan isi cerita yang sama. Teknik pembelajaran ini merupakan salah satu teknik pembelajaran Cooperatif Learning. Teknik pembelajaran inidapat mengefektifkan guru dalam waktu pembelajaran karena siswa diminta tampil berbicara di depan kelas dengan salah seorang temannya. Selain guru dapat mengefektifkan waktu pembelajaran, keunggulan teknik pembelajaran bercerita berpasangan dalam proses pembelajaran bercerita adalah dengan siswa yang lain dan menumbuh kembangkan sikap kerja sama dan percaya diri serta kekompakan pada diri siswa. Teknik pembelajaran bercerita berpasangan dikembangkan sebagai pendekatan interktif antara siswa, guru, dan bahan pengajaran (Lie, 2007: 71). Ditambahkannya, guru yang menggunakan teknik ini harus memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan pembelajaran dengan teknik bercerita berpasangan, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Hasil pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa semakin terdorong untuk belajar. Teknik pembelajaran bercerita berpasangan ini akan memotivasi untuk bekerja sama untuk tampil bercerita. Tiap kelompok tersebut akan bekerja sama untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam bercerita akan memotivasi siswa lain yang kurang terampil berbicara di depan kelas, sementara di kelas. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif terhadap kemampuan bercerita, akan diadakan kelas

6 pembanding dengan teknik ekspositori untuk mengetahui perbandingan hasil belajar bercerita siswa. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, akan diadakan penelitian dengan judul Pengaruh teknik pembelajaran bercerita berpasangan terhadap kemampuan kegiatan bercerita pada siswa kelas VII SMP 1 Doloksanggul Tahun Pembelajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah, yakni sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa bercerita masih rendah. 2. Masih ditemukan siswa yang gugup dalam berbicara/bercerita 3. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat untuk materi bercerita. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah adalah penyempitan masalah karena kompleksnya masalah yang diteliti. Masalah ini dibatasi pada persoalan pengaruh teknik pembelajaran bercerita berpasangan terhadap kemampuan bercerita, pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Doloksanggul Tahun Pembelajaran 2012/2013. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka dirumuskan sebagai berikut: 1. Berapakah nilai rata-rata kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 1 Doloksanggul Tahun Pembelajaran 2012/2013 setelah perlakuan teknik pembelajaran bercerita berpasangan?

7 2. Berapakah nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Doloksanggul Tahun Pembelajaran 2012/2013 kemampuan bercerita setelah mendapat perlakuan teknik pembelajaran ekspositori? 3. Adakah pengaruh yang signifikan teknik pembelajaran bercerita berpasangan terhadap kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Doloksanggul Tahun Pembelajaran 2012/2013 kemampuan bercerita? E. Tujuan Penelitan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 1 Doloksanggul Tahun Pembelajaran 2012/2013 dengan perlakuan teknik pembelajaran bercerita berpasangan. 2. Untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 1 Doloksanggul Tahun Pembelajaran 2012/2013 dengan perlakuan teknik pembelajaran ekspositori. 3. Untuk menjelaskan ada tidaknya pengaruh positif yang signifikan teknik pembelajaran cerita berpasangan terhadap kemampuan siswa dalam kegiatan bercerita oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tahun Pembelajaran 2012/2013. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkjan bermanfaat bagi pengembangan ilmu yang terfokus pada pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Manfaat Praktis

8 Penelitian ini selain memperkaya pengetahuan penulis, diharapkan dapat menambah wawasan setiap pembaca. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia khusunya pada kompetensi mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita, memberikan masukan kepada pihak sekolah yang diteliti untuk memacu siswa dalam meningkatkan hasil belajar yang lebih baik, serta memberikan arahan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan topik yang sama.