BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Simpulan Sejalan dengan permasalahan yang dirumuskan dan berdasarkan hasil analisis

dokumen-dokumen yang mirip
Bahasa dan Budaya Jawa Seloguding-an. di Kabupaten Probolinggo: Potret Kebertahanan. Sebuah Entitas Masyarakat Jawa Lama dalam Dominasi Madura

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah suatu sistem simbol yang arbitrer untuk suatu simbol kerjasama.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang erat sehingga keberadaan bahasa tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. pertama, yaitu kategori kosakata dasar yang dikuasai siswa di sekolah dasar sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis pada bab IV diperoleh temuan-temuan berupa pola

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari bahasa. Bahasa menyerap masuk ke dalam pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan,

BAB I PENDAHULUAN. Secara rutin manusia pasti berintaraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi

ALIH KODE DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR KELAS VII MTS AL-KAUTSAR SRONO BANYUWANGI

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

2016 PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA CIREBON DI KALANGAN GENERASI MUDA

JURNAL CAMPUR KODE PADA STATUS FACEBOOK SISWA SMA DI KEDIRI TAHUN 2014

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Adanya variasi bahasa dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian bahasa Jawa juga memiliki dialek yang tidak sedikit. dialek Banyuwangi, dialek Surabaya, dan dialek Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menguasai bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. pandangan sebagian masyarakat yang tidak merasa perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial dalam upaya berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizqi Aji Pratama, 2013

SITUASI KEBAHASAAN DALAM BAHASA INDONESIA A. Aspek Sosiolinguistik Bahasa adalah sesuatu yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia tentu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Khusnul Khotimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam macam suku bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya tergolong masyarakat dwibahasawan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia

CAMPUR KODE DALAM IKLAN ACARA DI RADIO RRI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN DI STATUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya air dan udara yang menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. membaca yang baik akan menunjang keberhasilan hal-hal yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis interaksi antarmanusia sangat beragam. Salah satu contoh interaksi terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

Transkripsi:

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Sejalan dengan permasalahan yang dirumuskan dan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka di akhir penulisan ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: Pertama pada kilasan struktur VBJS, VBJS sebagai variasi dari BJ tentu memiliki variasi-variasi yang khas yang membedakan dengan variasi BJ lainnya. Variasi-variasi tersebut tercermin pada beberapa tataran seperti fonologi, leksikal, morfologi, semantik dan sintaksis, namun demikian hanya sebagian variasi yang khas dalam VBJS yang akan ditampilkan dalam simpulan ini. Pada tataran fonologi VBJS terdapat pola variasi antara lain: VBJS [o] BJB [u], VBJS [ə] BJB [a], VBJS [e] BJB [i], dan VBJS [ε] BJB [i]. Sementara pada tataran morfologi VBJS memiliki pola variasi, seperti penggunaan prefiks VBJS a- yang berfungsi sama seperti prefiks {ber-} dalam BI dan prefiks VBJS {e-} yang berfungsi seperti prefiks {di-} dalam BI. Masih pada tataran morfologi VBJS juga terdapat pola variasi yang khas seperti adanya penggunaan proklitik VBJS /jə / lho VBJS /bəh/ lho VBJS /ma / atau /me / kok dan enklitik, VBJS /c t/ memang, VBJS /rah/ lho VBJS /koh/ lho VBJS /ḍa / bukan/tidak. Dalam kaitan klitik, penelitian ini memiliki perbedaan sudut pandang dengan penelitian Wibisono (2006:209) yang dilakukan di wilayah Jember. Wibisono mengidentifikasi partikel VBJS /bəh/ lho, VBJS /c /

249 sangat, VBJS /rah/ lho sebagai partikel penegas, sementara dalam penelitian ini partikel tersebut digolongkan sebagai ungkapan ketidakpercayaan dan kekagetan. Pada tataran sintaksis, VBJS terdapat variasi berupa penggunaan bentuk pasif yang khas seperti penggunaan kata BI oleh atai bi dalam kalimat VBJS dianggap sebagai bentuk pasif keharusan bukan manasuka. Kata bi dalam bentuk pasif disebut sebagai sebuah keharusan karena jarang terjadi dalam VBJS terutama dalam tuturan menghilangkan satu unsur kata tersebut. Penggunaan bentuk pasif bi dalam BS berlaku hampir untuk semua bentuk kalimat pasif sebagaimana pola pembentukan pasif dalam BM. Dalam kaitan penggunaan bahasa, di desa Selogudig Wetan dan Selogudig Kulon, kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo berdasarkan hasil identifikasi dapat ditarik sebuah kesimpulan (1) Dalam sebuah peristiwa tutur yang melibatkan KMS dengan KMS bahasa yang digunakan bersifat variatif yaitu VBJS, ragam Bahasa Jawa (BJ) halus, Bahasa Indonesia (BI), dan Bahasa Madura (BM), tergantung konteksnya. (2) Penggunaan bahasa antara KMS dengan Kelompok Mandhalungan (KM) bahasa yang digunakan juga bervariasi, yaitu VBJS atau BM, (3) Pengunaan bahasa antara KMS dengan Kelompok Madura Asli (KMA) bahasa yang dipilih atau digunakan adalah VBJS dan BI, (4) Penggunaan bahasa antara KMS dengan Kelompok Surabaya-an (KS) bahasa yang digunakan adalah VBJS, dan (5) Penggunan bahasa antara KMS dengan Kelompok Mataraman (KMT), bahasa yang digunakan adalah BJ ragam halus. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa dalam KMS tidak mengenal penggunaan speech level atau tingkat tutur sebagaimana yang terdapat di wilayah Mataraman umumnya. Dalam penelitian ini walaupun ditemukan beberapa

250 peristiwa tutur, yang memperlihatkan seorang dari KMS menggunakan BJ ragam halus, namun hal itu bukan merupakan gambaran umum yang mewakili KMS. Dari keseluruhan peristiwa tutur di dalam KMS, terdapat satu peristiwa tutur yang unik terutama penggunaan bahasa dalam keluarga yang berlatar belakang kawin campur antara KMS dengan KM dengan penggunaan bahasa secara bersamaan yaitu VBJS dan BM dalam sebuah peristiwa tutur. Walaupun di dalam peristiwa tutur VBJS dan BM digunakan secara bersamaan, namun komunikasi berjalan lancar tanpa adanya salah paham. Terkait dengan faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan atau penggunaan bahasa di Selogudig Wetan dan Selogudig Kulon, kecamatan Pajarakan, kabupaten Probolinggo ditemukan beberapa alasan atau penyebab antara lain; (1) Menciptakan suasana percakapan santai dan akrab: Bagi kalangan KMS, VBJS cocok digunakan dalam suasana percakapan yang santai dan akrab seperti pertemanan dan ketetanggaan. Penggunaan VBJS di kalangan KMS dapat dikatakan sebagai symbol dari egalitarian atau kesamaan derajat, yang tidak membedakan kelas sosial, sehingga ketika menggunakannya, suasananya tidak terkesan kaku dan monoton karena setiap orang dapat menyampaikan perasaannya secara bebas tanpa ada kungkungan dari sebuah aturan yang mengikatnya. (2) Sebagai salah satu bentuk kesetian dan penghormatan kepada pasangan: Seseorang penutur yang memiliki karakter akomodatif dan pengertian dapat dilihat bagaimana seseorang itu dapat menghargai orang terdekatnya seperti istri dan orang-orang disekitarnya dengan menggunakan bahasa yang digunakan oleh lingkungannya. Selain dapat dikatagorikan sebagai sebagai akomodatif, affirmatif, dan pengertian ia juga dapat digolongkan sebagai seorang yang setia pada pasangan karena

251 seorang yang memiliki ego tinggi maka orang tersebut tidak mau menggunakan bahasa orang lain. (3) Keterbatasan penguasaan bahasa kedua: Adakalanya seseorang tidak mau menggunakan bahasa di luar bahasa ibu, salah satu faktornya adalah karena keterbatasan penggunaan bahasa kedua tersebut. (4) Anggapan bahasa kedua sebagai bahasa rendah: Jika sebagian yang lain menganggap, bahwa menggunakan VBJS adalah sebuah kebanggaan, namun juga terdapat sebagian yang lain yang menganggap bawa VBJS adalah bahasa rendahan, sehingga ia enggan menggunakan bahasa tersebut. (5) Kebiasaan sejak awal bertemu: Faktor kebiasaan sejak awal bertemu juga menjadi salah satu pemicu seseorang untuk tidak beralih ke bahasa yang lain (6) Ketiadaan tingkat tutur: Karena ketidaktersediaan tingkat tutur, menjadi salah satu penyebab seorang penutur memilih menggunakan BM. (7) Penunjukan simbol status: Bahasa di dalam masyarakat juga menjadi penanda status sosial seseorang, seperti penggunaan BJ ragam halus di wilayah pesisir Jawa Timur. Menurut sejarawan Tjipto mengatakan, bahwa sejak jaman penjajahan BJ ragam halus dianggap sebagai bahasa yang memiliki kedudukan yang tinggi yang umum digunakan oleh para priyayi. Fenoma tersebut sampai kini masih dapat dilihat di Selogudig kecamatan pajarakan kabupaten Probolinggo yang sebagian penuturnya adalah individu-individu yang memiliki status sosial tinggi seperti kepala, anggota DPR, atau orang kaya tertentu yang ingin disebut sebagai priyayi atau KMS menyebutnya sebagai parjəji. Hasil identifikasi pada peristiwa arah alih kode dalam KMS, di Selogudig Wetan dan Selogudig Kulon, kecamatan Pajarakan, kabupaten Probolinggo dapat disarikan sebagai berikut: Hasil identifikasi dalam peristiwa arah alih kode dalam KMS dapat disarikan sebagai berikut: (1) Alih kode dari VBJS ke BJ ragam halus, (2) Alih kode dari

252 VBJS ke BM, (3) Alih kode dari VBJS ke Bahasa Indoensia (BI), (4) Alih kode dari VBJS ke BM dan ke BI. (5) Alih kode dari BI ke VBJS, (6) Alih kode dari BI ke BM, (7) Alih kode dari VBJS ke BA, (8) Alih kode dari BM ke Bahasa Arab (BA), (9) Alih kode dari BI ke Bahasa Inggris (BIng). Sementara hasil identifikasi terhadap faktorfaktor yang memicu terjadinya peristiwa alih kode dalam KMS, yakni sebagai berikut: (1) Alih kode karena keinginan menyesuaikan diri dengan kode lawan tutur, (2) Alih Kode karena materi yang disampaikan, (3) Alih kode karena kendornya penguasan diri,(4) Alih kode karena adanya maksud-maksud tertentu, (5) Alih kode karena hadirnya orang ketiga, (6) Alih kode karena kalimat yang mendahului tuturan,(7) Alih kode karena keterbatasan penggunaan kode kedua, (8) Alih kode karena adanya penggunaan istilah populer, (9) Alih kode untuk peringkasan/efisiensi kode yang digunakan, dan (10) Alih kode untuk menunjukkan kedudukan sosial. 7.2 Saran Penelitian tentang penggunaan bahasa di Selogudig Wetan dan Selogudig Kulon, kecamatan Pajarakan, kabupaten Probolinggo ini, merupakan penelitian rintisan yang belum pernah ada sebelumnya. Untuk sebuah penelitian awal atau rintisan, penelitian ini dirasa cukup memberikan gambaran umum, tentang bagaimana keberadaan KMS dan situasi kebahasaannya. Beberapa informasi tentang sejarah dan budaya KMS dan budaya Mandhalungan di luar KMS juga telah dijelaskan secara umum di dalam penelitian ini. Dengan demikian, penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan awal bagi peneliti lain yang akan meneliti hal yang berkaitan dengan KMS dan VBJS atau penelitian yang sejenis. Dengan penelitian juga diharapkan pemerintah lokal, khususnya pemerintah

253 kabupaten Probolinggo untuk lebih memperhatikan dan melestarikan khazanah yang terdapat di Selogudig. Dilihat dari tataran kajian secara umum, penelitian tentang penggunaan bahasa di Selogudig Wetan dan Selogudig Kulon, kecamatan Pajarakan, kabupaten Probolinggo ini, memang belum sepenuhnya memenuhi harapan semua orang. Untuk itu, masih perlu ada kajian yang lebih intensif dan menyeluruh tidak hanya meliputi tataran penggunaan bahasa saja, namun juga dibutuhkan kajian-kajian pada tataran lainnya. Sebagai sebuah penyumbang khazanah kebahasaan dan kebudayaan yang unik dan khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, maka pantas kiranya KMS dan VBJS dijaga dan dilestarikan sebagaimana yang diamanahkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.