2015 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA PENENTUAN NILAI KALORI MAKANAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

BAB I PENDAHULUAN. dominan dalam berbagai bidang kehidupan.. Salah satu bidang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai negara yang memiliki sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

S, 2015 PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU

BAB I PENDAHULUAN Rika Novi Marantika, 2014 Profil Model Mental Siswa Pada Penentuan H Reaksi Penetralan Dengan Tdm-Iae

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

LKS XI MIA KELOMPOK :... ANGGOTA :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan

DAFTAR ISI. Halaman. Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

2016 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING REAKSI TRANSESTERIFIKASI PADA KONTEKS PEMBUATAN BIODIESEL

2015 REDESAIN KONTEN DAN PEDAGOGIK GENERIK MATERI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut teori pembelajaran konstruktivisme, peranan aktif siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dapat belajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru diharapkan mengupayakan

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui. pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Agar tujuan tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nurul Arini Pratiwi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Pendidikan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan

Program Studi Pendidikan Kimia, Departemen Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI, Bandung, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

I. PENDAHULUAN. diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efi Irawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

I. PENDAHULUAN. tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) dalam pembelajaran merupakan ciri khas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun sains, ilmu yang pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses,

BAB I PENDAHULUAN. Majunya suatu Negara ditentukan oleh kualitas pendidikannya. sistematis untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menurut data dari PISA (Programe of International Student

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Siti Sya adah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. yang mengambil benda sebagai objek. Ilmu kimia sebagai ilmu yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disebut juga sains merupakan ilmu yang berkaitan

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahan ajar merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Bahan ajar merupakan pedoman dalam mengarahkan aktivitas pembelajaran sekaligus merupakan substansi kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dalam belajar (Depdiknas, 2008, hlm. 6). Oleh karena pentingnya bahan ajar maka sudah sewajarnya setiap guru mengembangkan bahan ajar. Pentingnya pengembangan bahan ajar oleh pendidik juga dipertegas dalam peraturan perundang-undangan. Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran. Dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses diatur tentang perencanaan pembelajaran yang mensyaratkan pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu elemen dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Depdiknas, 2008, hlm. 1). Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum yang berlaku (Depdiknas, 2008, hlm. 8). Dalam kurikulum diatur mengenai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran meliputi tujuan, isi, cara, serta bahan pelajaran yang digunakan, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka sebelum melakukan pengembangan bahan ajar guru perlu menganalisis kurikulum. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam kurikulum 2013, aktivitas pembelajaran khususnya pembelajaran sains, diselenggarakan dengan mengimplementasi pendekatan saintifik. Siswa diarahkan untuk menemukan dan membangun konsep 1

2 melalui serangkaian kegiatan penyelidikan, meliputi: mengamati, menanya, mengumpulkan data, menganalisis, dan mengkomunikasikan. Proses pembelajaran harus memberikan ruang bagi pengembangan kreativitas dan kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik maupun psikologis siswa (Permendikbud, 2013, hlm.1). Termokimia merupakan salah satu topik esensial dalam ilmu kimia yang dipelajari pada tingkat SMA. Hal ini didasarkan pada definisi kimia menurut BSNP (2006, hlm 459) bahwa ilmu kimia berkaitan dengan susunan materi, sifat materi, perubahan materi, serta energi yang terlibat dalam perubahan materi. Topik termokimia berkaitan dengan kalorimetri, yaitu teknik pengukuran perubahan energi yang menyertai proses kimia atau fisika. Mengingat pentingnya topik termokimia maka sudah seharusnya pembelajaran yang dilakukan mengarahkan siswa pada pemahaman konsep secara utuh. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep-konsep inti dari termokimia masih rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa tidak dapat membedakan antara kalor dengan suhu (Quan, 2011, hlm.3). Temuan lain yang dikemukakan oleh Greenbowe (dalam Yalćinkaya, 2009, hlm.6) menunjukkan bahwa siswa tidak dapat mengidentifikasi sistem dan lingkungan serta tidak memahami hubungan antara aliran kalor, kapasitas kalor, dan perubahan suhu. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep-konsep termokimia, salah satunya mengenai konsep kalorimetri, maka siswa perlu diberikan pengalaman belajar melalui kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi (Salirawati, 2009, hlm.1). Untuk mengarahkan siswa dalam kegiatan praktikum maka diperlukan suatu bahan ajar. Jenis bahan ajar yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan praktikum berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Di Indonesia, hingga saat ini telah dikembangkan LKS praktikum berbasis learning cycle 7E pada penentuan kalor reaksi netralisasi (Fathiyah, 2012, hlm.1). Meskipun LKS ini dinilai dapat membantu siswa dalam kegiatan praktikum, akan tetapi masih ditemukan keterbatasan terkait dengan topik praktikum dan kesesuaian dengan tuntutan kurikulum.

3 Topik praktikum kalorimetri mengenai penentuan kalor reaksi netralisasi telah banyak dikembangkan (Yaksic, 2012). Padahal, reaksi kimia yang terjadi dan dapat ditentukan perubahan energinya secara eksperimen bukan hanya reaksi netralisasi melainkan masih banyak reaksi yang lainnya seperti reaksi pembakaran dan reaksi pelarutan. Untuk meningkatkan pemahaman konsep yang utuh mengenai kalorimetri maka perlu adanya upaya untuk mengembangkan topik praktikum lainnya terkait kalorimetri. Berkaitan dengan tuntutan kurikulum, LKS yang telah dikembangkan kurang melatih siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Hal ini terlihat dari prosedur percobaan yang telah diberikan dalam LKS sehingga siswa hanya dituntut untuk mengikuti prosedur. Karakteristik LKS seperti ini tergolong jenis LKS cookbook menurut Arslan (2014, hlm. 408). Selain itu, LKS praktikum yang dikembangkan masih menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan tugas yang diberikan dalam menjawab pertanyaan dan merumuskan kesimpulan yang tergolong mudah bagi siswa SMA. Padahal, menurut teori perkembangan piaget, anak usia lebih dari 11 tahun sudah memasuki tahap operasional formal, yang artinya anak sudah mampu menyelesaikan permasalahan dengan cara yang lebih baik dan lebih kompleks dibanding anak yang masih berada pada tahap operasional konkret (Slavin dalam Trianto, 2009, hlm.197). Berbeda dengan LKS cookbook, dalam LKS inkuiri terbimbing guru tidak memberikan prosedur dan tabel pengamatan, melainkan hanya memberikan permasalahan dan pilihan alat dan bahan yang dapat digunakan. Siswa juga diarahkan untuk menentukan variabel serta cara mengukurnya (Kimberly dalam Froschauer, 2013, hlm.145). Dengan kata lain, siswa diarahkan untuk merancang percobaan secara mandiri berdasarkan permasalahan yang diberikan, mulai dari menentukan variabel, memilih alat dan bahan, merancang prosedur, serta menyajikan hasil percobaan. Dengan demikian, penggunaan LKS praktikum inkuiri terbimbing tidak hanya dapat melatih keterampilan berpikir, melainkan juga mengembangkan kreativitas siswa dalam merancang percobaan. Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini dilakukan pengembangan LKS praktikum inkuiri terbimbing. Adapun topik praktikum yang

4 dikembangkan adalah penentuan nilai kalori makanan. Penentuan nilai kalori makanan merupakan salah satu aplikasi dari kalorimetri yang terkait dengan penentuan kalor reaksi pembakaran. Selain itu, praktikum penentuan nilai kalori makanan dapat dilakukan dengan menggunakan kalorimeter sederhana (Flinn scientific, 2011, hlm.1). Dengan demikian, praktikum ini dapat diaplikasikan di sekolah. Berdasarkan uraian tersebut maka judul penelitian yang dilakukan adalah Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) praktikum inkuiri terbimbing pada penentuan nilai kalori makanan. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi bahwa LKS praktikum mengenai kalorimetri yang telah dikembangkan masih memiliki keterbatasan terkait dengan topik praktikum dan kesesuaian dengan tuntutan kurikulum. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengembangkan topik praktikum lainnya mengenai kalorimetri serta LKS praktikum yang dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir sekaligus mengembangkan kreativitasnya. Topik praktikum yang dapat dikembangkan adalah penentuan nilai kalori makanan. Praktikum penentuan nilai kalori makanan dapat dilakukan dengan kalorimeter sederhana sehingga layak untuk diaplikasikan di sekolah. Adapun jenis LKS yang tepat untuk dikembangkan adalah LKS praktikum inkuiri terbimbing. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Bagaimana hasil pengembangan LKS praktikum inkuiri terbimbing pada penentuan nilai kalori makanan?. Secara khusus, permasalahan penelitian diuraikan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik LKS praktikum kalorimetri yang digunakan di SMA Kota Bandung pada saat ini? 2. Bagaimana hasil penyusunan LKS praktikum inkuiri terbimbing pada penentuan nilai kalori makanan? 3. Bagaimana keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS praktikum inkuiri terbimbing pada penentuan nilai kalori makanan?

5 4. Bagaimana penilaian guru dan dosen terhadap LKS praktikum inkuiri terbimbing pada penentuan nilai kalori makanan? C. Pembatasan Masalah Penelitian perlu dibatasi agar lebih terarah dan memberikan informasi yang jelas. Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Analisis karakteristik LKS praktikum dibatasi pada buku dan modul yang memuat LKS atau prosedur praktikum pada topik terkait. 2. Langkah penelitian dan pengembangan LKS dibatasi hingga tahap uji coba terbatas serta tidak diuji pengaruhnya terhadap variabel lain. 3. Pelaksanaan praktikum nilai kalori makanan menekankan pada pengenalan prinsip kalorimetri menggunakan kalorimeter sederhana. Hal ini didasarkan pada keterbatasan kalorimeter sederhana dalam menentukan nilai kalor. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan LKS praktikum inkuiri terbimbing pada penentuan nilai kalori makanan serta menilai kualitasnya. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak dalam bidang pendidikan, diantaranya: 1. Bagi guru Keberadaan LKS praktikum ini diharapkan dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran mengenai kalorimetri serta menjadi acuan bagi guru-guru yang ingin mengembangkan LKS praktikum inkuiri terbimbing pada topik lainnya. 2. Bagi siswa Keberadaan LKS praktikum ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari subpokok materi kalorimetri serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya disamping keterampilan berpikir.

6 3. Bagi peneliti lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan LKS praktikum inkuiri terbimbing untuk mata pelajaran kimia ataupun mata pelajaran lainnya. F. Penjelasan Istilah Pengertian terkait istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: 1. Pengembangan adalah proses, cara, pembuatan, perbuatan mengembangkan sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989) 2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas dan petunjuk untuk menyelesaikan tugas (Depdiknas, 2008, hlm.13). 3. Praktikum Inkuiri terbimbing merupakan jenis praktikum dimana siswa diberikan permasalahan namun diarahkan untuk merancang prosedur percobaan dan menemukan hasil percobaan (Arslan, 2014, hlm.408). 4. Nilai kalori makanan adalah satuan untuk menyatakan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran zat makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) (Timberlake, 2012, hlm.65). G. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab dengan rincian masing-masing bab sebagai berikut: 1. BAB I Pendahuluan terdiri dari: a. Latar belakang penelitian menyajikan alasan mengangkat topik penelitian berdasarkan fakta, data, referensi, dan hasil penelitian relevan sebelumya. b. Identifikasi dan rumusan masalah menyajikan permasalahan yang menjadi fokus penelitian, dituliskan dalam rumusan masalah umum maupun rumusan masalah khusus. c. Pembatasan masalah menyajikan fokus penelitian yang dilakukan. d. Tujuan penelitian menyajikan luaran yang diharapkan dari penelitian ini. e. Manfaat penelitian menyajikan manfaat hasil penelitian bagi pihak-pihak terkait seperti guru, siswa, dan peneliti lain.

7 f. Penjelasan istilah menyajikan pengertian istilah-istilah yang dimuat dalam skripsi berdasarkan referensi yang digunakan. g. Struktur organisasi skripsi menyajikan gambaran isi skripsi secara umum. 2. BAB II Tinjauan pustaka berisi teori dan penelitian terkait bidang kajian. 3. BAB III Metode penelitian terdiri dari: a. Metode penelitian menyajikan definisi serta tahapan metode penelitian secara umum. b. Sumber data menyajikan informasi mengenai objek yang digunakan maupun subjek yang dilibatkan untuk memperoleh data penelitian. c. Alur penelitian menggambarkan tahapan penelitian secara singkat dalam bentuk diagram. d. Langkah-langkah penelitian menyajikan penjelasan tiap tahap penelitian. e. Instrumen penelitian menyajikan berbagai alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian. f. Pengolahan data menyajikan tahap-tahap pengolahan hasil penelitian hingga diperoleh suatu kesimpulan. 4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi hasil temuan yang diperoleh pada saat penelitian serta pembahasannya dikaitkan dengan rumusan masalah. 5. BAB V Kesimpulan dan Saran terdiri dari: a. Kesimpulan menyajikan gambaran umum hasil penelitian yang menjawab pertanyaan penelitian pada rumusan masalah. b. Saran menyajikan masukan untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian terkait.