II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

dokumen-dokumen yang mirip
PENDEKATAN BIOREGION DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM (P-SDA) 1

V. ANALISIS DAN SINTESIS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Draft Proposal. Pendahuluan

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mangrove merupakan vegetasi yang kemampuan tumbuh terhadap salinitas air

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

Secara umum pembagian wilayah berdasarkan pada keadaan alam (natural region) dan tingkat kebudayaan penduduknya (cultural region).

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

TAHAPAN KEGIATAN ARL PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI ANALISIS TAPAK/LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

ARSITEKTUR LANSKAP ANALISIS TAPAK TAHAPAN KEGIATAN ARL 9/7/2014 ARL 200. Departemen Arsitektur Lanskap CONTOH ANALISIS TAPAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

III. METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Peta Jawa Barat. Peta Kabupaten Bogor

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

BAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Standar Kompetensi Guru (SKG) a b C D E 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MANAGEMENT OF THE NATURAL RESOURCES OF SMALL ISLAND AROUND MALUKU PROVINCE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

50. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI SMA/MA

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau dengan garis pantai sepanjang km, merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Reklamasi Rawa (HSKB 817)

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

Transkripsi:

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik didalamnya. Bioregion mengacu pada daerah geografis juga kesadaran manusia mengenai tempat dan cara hidup di tempat tersebut (Berg, 1991). Menurut Berg (2002), deskripsi dari bioregion tidak hanya digambarkan dengan menggunakan informasi ilmu alam tetapi juga sumber lainnya yaitu studi antropologi, nilai-nilai sejarah, perkembangan sosial budaya, tradisi, dan seni. Bioregion secara etimologi diartikan sebagai ruang kehidupan yaitu kawasan yang unik yang dibatasi oleh alam dengan geografis (landform, tanah dan lain-lain), hidrologi (banjir, siklus air dan lain-lain), iklim (curah hujan, pola hujan dan lain-lain) dan karakter ekologi untuk mendukung komunitas manusia dan non manusia. Bioregion didefinisikan secara bervariasi terdiri dari geografi DAS, ekosistem tumbuhan dan hewan, landform serta budaya manusia yang khas yang tumbuh dari potensi alam (Thayer, 2003). WALHI (2001) mendefinisikan bioregion sebagai wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, flora, fauna asli dan pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan serta kondisi kesadaran untuk hidup di wilayah tersebut. Bioregion memadukan ekosistem darat, peisisir dan laut, termasuk ekosistem pulau kecil dengan masyarakat dan kebudayaannya dalam konteks ruang. Bioregion merupakan suatu teritori tanah dan air yang lingkupnya tidak ditentukan oleh batasan politik, melainkan oleh batasan geografis komunitas manusia dan sistem ekologi. Wilayah ini cukup luas guna memelihara integritas komunitas biologis, menunjang proses ekologis yang penting, dan juga mencakup komunitas manusia yang terlibat di dalam pengelolaan, pemanfaatan, dan pemahaman sumber daya biologi. Wilayah ini juga cukup kecil sehingga oleh masyarakat dianggap sebagai kampung halamannya, mempunyai identitas kultural yang unik serta mempunyai hak utama untuk menentukan pembangunannya sendiri (WRI-IUCN-UNEP, 1991 dalam Kartodiharjo, 2001)

5 Karakteristik bioregion menurut (WRI-IUCN-UNEP, 1991, dalam Kartodiharjo, 2001) adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai keberagaman ekosistem namun memiliki ketergantungan satu sama lain 2. Menyatukan ekosistem alam dengan masyarakat sehingga dapat menjamin integritas, resiliensi, dan produktivitas. 3. Tidak dibatasi oleh administrasi atau etnis 4. Memerlukan riset, ilmu pengetahuan, dan pengetahuan lokal 5. Pendekatan kooperatif dan adaptif Berdasarkan definisi dan karakteristik diatas, bioregion dapat digunakan sebagai: 1. Batasan ekosistem dan sosial budaya 2. Pendekatan dalam merencanakan suatu kawasan 3. Proses untuk merencanakan suatu kawasan 2.2 Bioregionalisme Bioregionalisme berasal dari dua kata, yaitu bios dan region. Bios berasal dari bahasa Yunani yang berarti cara untuk hidup, sedangkan region berasal dari bahasa latin yang berarti wilayah. Bios merupakan cara untuk manusia hidup, sedangkan region merupakan konteks geografi yaitu area tertentu dimana manusia beraktivitas didalamnya. Sumberdaya bioregional dapat diartikan sebagai bentuk kehidupan yang terjadi diantara daerah-daerah yang berbeda, sedangkan bioregionalisme merupakan variasi dari kondisi sumberdaya bioregional, serta konsep dan teori yang berasosiasi dengannya (Foster, 1986). Menurut Parsons (1985), bioregionalisme merupakan prinsip-prinsip dan cara berpikir mengenai kehidupan dalam kerangka regional. Bioregionalisme merupakan cara berpikir dan bertindak dalam menghadapi keragaman geografis dan budaya, serta tanggung jawab terhadap komunitas lokalnya. Bioregionalisme menganjurkan agar perwilayahan (dalam tata pemerintahan maupun perencanaan) lebih didasarkan pada karakteristik alamiah daripada keputusan politis yang dibuat oleh manusia. Dengan ini kemandirian lokal diharapkan dapat lebih terwujud dan pengaruh globalisasi dapat lebih dilunakkan (Kurniawaty, 2001).

6 Menurut Berg (2002), paham bioregionalisme mencakup studi mengenai geografi, antropologi, sejarah, budaya dan seni, untuk mencapai tiga tujuan utama: 1. mengembalikan dan mempertahankan sistem alami lokal 2. melakukan paham berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti makanan, air, energi, pemukiman dan lain-lain 3. mendukung reinhabitation 2.3 Unit Ruang Bioregional Pendekatan bioregional menawarkan kerangka kerja berbasis ruang untuk perencanaan, konservasi dan pembangunan. Pendekatan ini membagi lanskap kedalam bagian-bagian berdasarkan kondisi geologi dan hidrologinya bukan berdasarkan batas-batas politik yang disusun pemerintah Jones et al (1998). Menurut Jones et al (1998) terdapat tiga unit ruang dalam bioregional, yaitu bioregion, unit lanskap, dan unit tempat. 1. Bioregion Unit bioregion merupakan wilayah yang homogen, yang memiliki kesamaan dan keunikan sumberdaya, misalnya keunikan sumber daya iklim, vegetasi, hidrologi, dan budaya. Unit bioregion juga merupakan unit terluas yang yang terdiri atas unit lanskap, dan unit tempat di dalamnya. 2. Unit Lanskap Unit lanskap merupakan sub bagian dari unit Bioregion. Unit lanskap juga terdiri dari unit-unit tempat yang memiliki kesamaan keunikan sumberdaya didalamnya. 3. Unit Tempat Unit tempat didefinisikan sebagai area yang mempunyai nilai intrinsik dan keunikan yang dapat dibedakan dengan area sekitarnya. Penamaan unit ini diusahakan dengan menggunakan nama lokal yang mendeskripsikan keunikan (nilai intrinsik) yang dimiliki daerah tersebut dan berarti bagi masyarakatnya. Setiap unit tempat memiliki nilai-nilai intrinsik yang mendeskripsikan keunikan-keunikan yang terdapat di area tersebut. Nilai intrinsik merupakan kekayaan ekonomi, alam dan edukasi di lahan tersebut yang membuat suatu tempat berbeda dan memberikan pengalaman yang sukar dilupakan, nilai intrinsik tersebut antara lain:

7 a. Pemandangan Daerah yang memiliki nilai intrinsik pemandangan dapat berupa daerah alami atau buatan manusia yang memiliki keindahan dan keunikan, seperti panorama laut, pedesaan, struktur yang indah, pantai, hutan hujan, sungai dan teluk. b. Sumber daya alami Nilai intrinsik Sumberdaya alami berupa penampakan fisik lahan dari daerah alami yang belum terganggu oleh manusia, seperti hutan, formasi geologi, lahan basah, tepi sungai, dan air terjun. c. Sejarah Nilai intrinsik sejarah terdapat pada daerah yang mengapresiasikan aktivitas manusia di masa lalu. Misalnya pekuburan, daerah bekas perang, gereja, tata ruang kota tua, arsitektur tradisional, dan pola pemukiman. d. Arkeologi Nilai intrinsik arkeologi terdapat pada daerah yang memiliki bukti-bukti fisik yang berhubungan dengan aktivitas sejarah/prasejarah di lokasi tersebut, seperti reruntuhan, artefak, dan bangunan-bangunan tua yang mampu membuktikan adanya sejarah masa lalu di tempat tersebut. e. Budaya Nilai intrinsik budaya terdapat pada daerah yang menginterpretasikan kehidupan masyarakat tradisional baik kegiatan sehari-hari maupun ritual budaya dan keagamaan. Misalnya kegiatan pertanian tradisional, tradisi lokal, industri lokal yang unik, makanan, musik, tarian, bahasa, dan pasar tradisional. f. Rekreasi, Nilai intrinsik rekreasi terdapat pada daerah yang mendukung aktivitas ruang luar, misalnya kegiatan pendakian, arung jeram, terbang layang, melihat burung, dan fotografi. 2.4 Pendekatan Bioregional untuk Perencanaan Thayer (2003) mengistilahkan ruang hidup dengan bioregion. Studi mengenai ruang hidup menghubungkan ruang alam, ruang spiritual, identitas, seni lokal, dan kearifan lokal kedalam pengetahuan yang holistik. Menemukan

8 pola keunikan dari suatu tempat dapat membangun kesadaran yang sangat bernilai dalam perencanaan, desain dan konservasi di skala regional. Pola bioregional unik secara regional dan sesuai dengan geomorfi, iklim, biotik dan budaya yang mempengaruhi suatu tempat. Pola bioregional bisa memberikan jalan untuk: 1. menghubungkan simbol-simbol dalam peta ke dalam data lingkungan 2. menghubungkan urutan dari simbol dan pola kedalam ruang dan waktu 3. memberikan bentuk ruang (melalui desain) ke lanskap masa depan 4. mencapai keberlanjutan dalam kombinasi ekologi dan budaya Selanjutnya Thayer (2003) menjelaskan, untuk setiap bioregion, ada perencanaan, desain dan manajemen yang unik yang akan menghasilkan pola lanskap yang unik secara bioregional. Perencanaan bioregional merupakan proses pengorganisasian yang memungkinkan masyarakat untuk bekerja bersama mengumpulkan informasi, menemukan potensi dan masalah di daerah mereka, menetapkan tujuan, merencanakan aktivitas mengambil langkah yang telah disetujui oleh komunitas untuk melestarikan daerah tersebut, dan mengevaluasi hasilnya (Miller, 1996).