FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN INSTRUMEN MUSIK KARUNGUT DI KALIMANTAN TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen

FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK KRUMPYUNG DI DESA HARGOWILIS KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menyanyi adalah suatu kegiatan memproduksi suara, untuk membawakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung Alasan peneliti melakukan penelitian ditempat ini berawal dari

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki dengan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena. kesenian dan kekriyaan. Kesenian dan kebudayaan dapat mengalami

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB III METODE PENELITIAN

PROSES PEMBELAJARAN MUSIK BAGI KELOMPOK BAND JUST 4_U DI SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

26 Sekar Larasati, 2014 Gaya Vokal Waldjinah pada Langgam Keroncong Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB III METODE PENELITIAN

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN INSTRUMEN MUSIK KARUNGUT DI KALIMANTAN TENGAH THE FUNCTION AND PERFORMANCE OF KARUNGUT MUSICAL INSTRUMENT IN CENTRAL KALIMANTAN Oleh: jenny andany taruna, universitas negeri yogyakarta, jenny.andany@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi dan bentuk penyajian instrumen musik Karungut di Kalimantan Tengah. Penelitian ini difokuskan pada fungsi dan bentuk penyajian instrumen musik Karungut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengambil lokasi di Palangka Raya dan Sanggar Seni Parung Panginyah, Kuala Kurun. Data penelitian diperoleh dari tokoh Karungut, tokoh masyarakat adat, dan pelatih sanggar melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kredibilitas data diuji menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik Karungut di Kalimantan Tengah memiliki fungsi sebagai (1) pengungkapan emosi, (2) sarana komunikasi, (3) sarana hiburan, (4) sarana pendidikan, (5) sarana ekonomi, dan (6) pengiring tari. Bentuk penyajian instrumen musik Karungut berupa ansambel. Penyajiannya meliputi peran instrumen, jumlah instrumen, posisi instrumen, dan lagu yang disajikan. Kecapi tali 2 sebagai instrumen pengiring utama, kecapi tali 3, suling, rabab, gandang, dan garantung sebagai instrumen pengiring pendukung. Kata kunci: fungsi, bentuk penyajian instrumen, karungut Abstract This study aims at describing the function and the form of the presentation of Karungut musical instrument in Central Kalimantan. This study focuses on the function and the form of the presentation of Karungut musical instrument. This study used descriptive qualitative research. The research was conducted in Palangka Raya and Parung Panginyah Art Studio, Kuala Kurun. The data were collected from Karungut character, local people, and studio trainer by using observation, interviews, and documentation. The credibility data were validated by using triangulation by data source and triangulation by method. Data were analyzed by using data reduction, data display, and conclusion drawing/ verification. The findings of the data showed that Karungut music in Central Kalimantan had several functions, as (1) emotional expression, (2) means of communication, (3) entertainment media, (4) education media, (5) economic media, and (6) dance instrumental. The form of Karungut musical instrument presentation was ensemble. The presentation was the role of the instrument, the number of the instrument, the position of the instrument, and the song performed. Kecapi tali 2 was as the main musical instrument, whereas kecapi tali 3, flute, rabab, gandang, and garantung were as the supporting musical instrument. Keywords: function, the form of the presentation of instrument, karungut PENDAHULUAN Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang dalam kehidupan masyarakatnya yakni suku Dayak dalam melaksanakan berbagai upacara, khususnya upacara adat, keagamaan, perkawinan, dan syukuran sangat lekat dengan berbagai kegiatan kesenian. Menurut kepercayaan suku Dayak di Kalimantan Tengah pada zaman dulu, manusia diturunkan dari langit oleh Ranying Hatala Langit (Tuhan) dengan alat untuk menurunkan manusia yang bernama Palangka Bulau diiringi dengan alunan suara/tembang sehingga dipercaya pada saat itulah alunan suara/tembang berasal (Dehen, 2004: 1). Karungut merupakan salah satu kesenian tradisional suku Dayak berupa nyanyian yang pada zaman dahulu menggunakan bahasa Sangiang yaitu bahasa asli nenek moyang suku Dayak yang berfungsi untuk menyampaikan

2 Jurnal Pendidikan Musik Edisi... Tahun..ke.. 20... cerita-cerita rakyat yang mengisahkan tokoh legendaris dan juga sebagai sarana berguru (Andianto, 1984: 31). Seiring berkembangnya zaman, bahasa Sangiang semakin pudar dan digantikan dengan bahasa Dayak Ngaju yang lebih mudah dimengerti. Fungsinya juga semakin berkembang yaitu digunakan sebagai sarana untuk menghibur diri dan menidurkan anak yang mana di dalamnya dimuat unsur-unsur pendidikan, percintaan, bahkan keagamaan. Alat musik tradisional kecapi pun dimainkan untuk mengiringi Karungut. Kesenian ini biasanya ditampilkan dalam acara perkawinan, syukuran, dan acara-acara resmi pemerintah seperti peresmian suatu tempat, dan penyambutan tamu kehormatan sebagai sarana hiburan, bahkan sekarang dijadikan sebagai ajang lomba yang setiap tahun diadakan oleh pemerintah untuk memeriahkan hari jadi kabupaten maupun provinsi Kalimantan Tengah. Keberadaan musik tradisional khususnya Karungut pada saat ini dianggap kuno dan kurang populer dibandingkan dengan musik modern, hal ini ditunjukkan dengan keberadaan pelestari Karungut yang didominasi oleh kalangan tua yang jumlahnya semakin berkurang karena faktor usia. Penyebab lain yang membuat Karungut kurang popular adalah karena sumber tertulis yang ditemui tidak menjelaskan secara spesifik mengenai kesenian ini, bahkan sangat jarang dan sulit untuk ditemukan sehingga sulit untuk mencari informasi lebih dalam mengenai kesenian ini, sehingga dikhawatirkan kesenian ini cepat maupun lambat akan hilang eksistensinya. Permasalahan tersebut yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kesenian Karungut terkait fungsi, karena dengan mengetahui fungsi maka akan lebih mudah bagi masyarakat untuk mengapresiasi kesenian ini, kemudian terkait bentuk penyajian instrumen karena kesenian ini biasanya diiringi oleh permainan instrumen tradisional khas Dayak. Penelitian ini diharapkan dapat membangun minat dan pengetahuan masyarakat dari berbagai kalangan khususnya generasi muda agar kesenian Karungut tetap memiliki eksistensi yang baik di kalangan masyarakat luas khususnya masyarakat Kalimantan Tengah. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian mengenai Fungsi dan Bentuk Penyajian Instrumen Musik Karungut di Kalimantan Tengah ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti sebagai instrumen kunci berusaha mendeskripsikan makna dari berbagai data yang telah terkumpul melalui observasi di lokasi penelitian, wawancara bersama informan, dan dokumentasi, sehingga didapatkan gambaran mengenai fungsi dan bentuk penyajian instrumen musik Karungut di Kalimantan Tengah. Sumber Data Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2002: 112) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas tokoh/pelaku kesenian yang masih aktif dan produktif dalam menciptakan lagu-lagu Karungut yaitu Bapak Syaer Sua dan Bapak Ucun A. Tingang, tokoh masyarakat adat Dayak

3 Ngaju yaitu Bapak Talisman D. Daya dan Bapak Sius D. Daya, Bapak Firion Waiser Duling selaku pimpinan sekaligus pelatih kesenian Karungut sanggar seni Parung Panginyah, dan studi pustaka. Segala yang teramati di lapangan dan pernyataan-pernyataan yang disampaikan informan dalam sesi wawancara merupakan data utama dalam penelitian ini. Untuk melengkapi data utama, peneliti melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari sumber tertulis berupa buku, artikel, arsip, dokumen pribadi, maupun dokumen resmi terkait kesenian Karungut ditinjau dari fungsi dan bentuk penyajian instrumennya. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Palangka Raya dan Sanggar Seni Parung Panginyah di Kuala Kurun, Kabupaten Gunung Mas pada bulan Juni 2015. Instrumen Penelitian Alat atau instrumen penelitian utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti sebagai instrumen utama berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan berdasarkan data-data yang diperoleh (Sugiyono, 2014: 306). Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci yang menetapkan fokus masalah yaitu fungsi dan bentuk penyajian instrumen musik Karungut berdasarkan permasalahan yang ada, memilih informan yang benar-benar memahami kesenian Karungut sehingga dapat memberikan pemaparan yang jelas mengenai fungsi dan bentuk penyajian instrumen musik Karungut, melakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, pertanyaan terkait fungsi dan bentuk penyajian instrumen musik Karungut, serta melaksanakan tahapan analisis data. Untuk menjadi instrumen kunci peneliti berusaha menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi di lapangan, membekali diri dengan pengetahuan yang luas terkait kesenian Karungut dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber. Untuk memudahkan dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, alat perekam, dan kamera. Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2014: 309) pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan lebih ditekankan pada teknik observasi berperan serta, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif yang mana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan latihan Karungut di sanggar seni Parung Panginyah, kemudian mewawancarai responden yang telah ditetapkan mengacu pada pedoman wawancara yang telah disusun terkait fungsi dan bentuk penyajian instrumen musik Karungut dan dibantu dengan alat tulis dan perekam suara dari handphone, dan terakhir mengumpulkan dokumen berupa rekaman audio, audio visual, catatan pribadi informan serta foto-foto yang

4 Jurnal Pendidikan Musik Edisi... Tahun..ke.. 20... diperoleh di lapangan terkait fungsi dan bentuk penyajian instrumen musik Karungut di Kalimantan Tengah. Triangulasi Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2014: 396). Dalam penelitian ini, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Uji kredibilitas dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yaitu mengecek data yang diperoleh melalui berbagai informan yaitu tokoh Karungut, tokoh masyarakat adat, dan pelatih sanggar, kemudian triangulasi teknik dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi terkait fungsi dan bentuk penyajian instrumen Karungut. Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2014: 333) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Terdiri atas 3 tahap yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Proses reduksi data dalam penelitian ini dimulai dari memilih data yang telah terkumpul yang ada keterkaitannya dengan fokus masalah yaitu fungsi dan bentuk penyajian instrumen musik Karungut sedangkan data di luar fokus masalah tersebut dipisahkan terlebih dahulu, kemudian memisahkan antara mana data yang berkaitan dengan fungsi Karungut dan mana data yang berkaitan dengan bentuk penyajian instrumennya, sehingga jelas kategorinya disesuaikan dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan teks naratif berkaitan dengan fungsi dan bentuk penyajian instrumen musik Karungut guna memudahkan peneliti menarik kesimpulan dan verifikasi mengenai apa saja fungsi Karungut dan bagaimana bentuk penyajian instrumennya serta unsur-unsur yang ada di dalamnya dengan tetap menyesuaikan pada teori yang telah dipaparkan. Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada atau diungkapkan oleh peneliti lain, yang mana suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas menjadi jelas dalam hal ini terkait fungsi Karungut dan bagaimana bentuk penyajian instrumennya serta unsur-unsur di dalamnya mengacu pada teori yang telah dipaparkan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karungut merupakan salah satu kesenian tradisional yang ada di Kalimantan Tengah berupa nyanyian diiringi dengan permainan alat musik tradisional yang dinyanyikan dalam bahasa Dayak Ngaju. Tema dalam Karungut meliputi tema kepahlawanan, pembangunan, pendidikan, adat budaya, percintaan, kesehatan, bahkan kritikan kepada pemerintah. Dalam menyanyikan Karungut,

5 pangarungut atau penyanyi tidak menggunakan bantuan notasi tertulis dalam bentuk apapun tetapi hanya mengandalkan perasaannya, dalam hal ini membutuhkan bakat dan keterampilan khusus dalam menyanyikannya yaitu fasih berbahasa Dayak Ngaju, memiliki suara yang merdu serta lihai memproduksi cengkok-cengkok yang seringkali muncul dalam setiap bait dan merupakan ciri khas dari sebuah Karungut. Karungut lebih mengarah kepada bentuk puisi yang mana sistem pembaitannya teratur. Setiap bait terdiri atas empat baris kalimat dan setiap baris kalimat rata-rata terdiri atas tiga sampai lima kata yang tersusun atas delapan sampai sepuluh suku kata. Sistem persajakannya juga jelas dengan aturan yang mantap yaitu suku kata setiap akhir baris pasti memiliki bunyi yang sama yang jika digambarkan berpola a a a a atau b b b b, dan seterusnya. Kata-kata yang dipakai adalah kata-kata pilihan yang cocok untuk mendukung makna dan sesuai dengan irama. Jumlah bait tergantung keinginan penciptanya. Berikut telaah mengenai fungsi Karungut berdasarkan data hasil penelitian: 1. Pengungkapan emosional Informan mengungkapkan bahwa Karungut adalah sarana untuk mencurahkan isi hati seseorang terhadap suatu hal, misalnya menceritakan mengenai bagaimana perjalanan hidupnya, mengagumi seseorang, senang, dan sedih yang masing-masing perasaan tersebut dituangkan dalam lirik Karungut itu sendiri. Pada Karungut yang berjudul Akan Gubernur KDH Kalimantan Tengah (Untuk Gubernur KDH Kalimantan Tengah) yang diciptakan khusus untuk menyambut tamu kehormatan yaitu Bapak Tjilik Riwut yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur Kalimantan Tengah, terlihat bahwa penciptanya mewakili masyarakat mengungkapkan kegembiraan terhadap kedatangan dan rasa kagum terhadap sosok tersebut. 2. Sarana Komunikasi Informan menyatakan bahwa musik Karungut merupakan salah satu sarana untuk mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan kepada pendengar melalui liriknya. Pesan-pesan yang disampaikan dikategorikan berdasarkan tema-tema seperti kepahlawanan, pembangunan, pendidikan, adat budaya, percintaan, kesehatan, bahkan kritikan kepada pemerintah. Karungut berjudul Kalteng Bahadat (Kalteng Beradab) ciptaan Bapak Syaer Sua merupakan salah satu Karungut yang fungsinya mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan kepada masyarakat Kalteng untuk hidup beradab. 3. Sarana Hiburan Informan mengungkapkan bahwa Karungut dapat mewakili bahkan menyentuh perasaan pendengarnya ditinjau dari liriknya sehingga hal tersebut dapat menjadi media hiburan. Karungut juga ditayangkan dalam siaran televisi lokal, siaran radio, dan ditampilkan untuk mengisi acara-acara yang dilaksanakan pemerintah, menyambut tamu, bahkan dalam festival budaya yang dilaksanakan setiap tahun. Karungut yang ditampilkan untuk memberikan hiburan di suatu acara liriknya menyesuaikan permintaan atau tema acara,

6 Jurnal Pendidikan Musik Edisi... Tahun..ke.. 20... sedangkan yang ditampilkan di siaran televisi lokal maupun radio temanya bisa lebih beragam. 4. Sarana Pendidikan Informan mengungkapkan bahwa Karungut memuat pesan mengenai pendidikan, pesan moral, ajakan maupun larangan yang sesuai dengan budaya setempat yang dimuat dalam liriknya. Karungut yang dijadikan sebagai media pendidikan terdapat pada Karungut berjudul Manuntut Ilmu Metuh Tabela (Tuntut Ilmu di Masa Muda) ciptaan Kurnia Untel. 5. Sarana Ekonomi Menurut informan dalam sesi wawancara, Karungut dapat menjadi sarana untuk mendapatkan sejumlah uang bagi pelaku kesenian ini, yang mana ketika diundang untuk mengisi hiburan dalam sebuah acara maka akan mendapatkan imbalan sejumlah uang, selain itu Karungut juga diciptakan untuk direkam dalam bentuk Compact Disc kemudian dijual ke masyarakat di Kalimantan Tengah sehingga juga menghasilkan sejumlah uang. 6. Sarana Pengiring Tari Menurut pernyataan informan, Karungut juga bisa digunakan untuk mengiringi tarian dengan syarat tema dan lirik Karungut harus disesuaikan dengan tarian yang akan disajikan sehingga terdapat sikronisasi antara tarian dan Karungut sebagai musik pengiringnya. Dokumentasi audio visual yang didapatkan mengenai tarian tradisional Dayak yang diiringi Karungut pada acara Gelar Budaya Etnik se- Nusantara Tahun 2014 di Yogyakarta menunjukkan bahwa Karungut juga berfungsi mengiringi tarian. Bentuk penyajian instrumen musik Karungut meliputi: 1. Peran Instrumen Kecapi tali 2 berperan sebagai instrumen pengiring utama, dengan pola iringan sebagai berikut : Gambar 1. Pola iringan kecapi tali 2 Kecapi tali 3, suling, rabab, gandang, garantung berperan sebagai instrumen pengiring pendukung, dengan pola iringan sebagai berikut : Gambar 2. Pola iringan kecapi tali 3 Gambar 3. Pola permainan suling dalam lagu Mahaga Budaya Itah Gambar 4. Pola iringan rabab Gambar 5. Pola iringan gandang Gambar 6. Pola iringan garantung

7 2. Jumlah Instrumen Dalam kesenian Karungut, vokal/pangarungut cukup 1 orang, jumlah instrumen pengiring utama yaitu kecapi tali 2 harus lebih dominan daripada jumlah instrumen pengiring pendukung dalam hal ini kecapi tali 3, rabab, suling, gandang, dan garantung. Dalam penelitian ini, jumlah instrumen pengiring utama yaitu kecapi tali 2 berjumlah 4 buah, instrumen pengiring pendukung kecapi tali 3 berjumlah 1 buah, suling 1 buah, rabab 1 buah, gandang 3 buah, dan garantung 1 buah. 3. Posisi Instrumen Posisi instrumen pada pertunjukkan diatur sedemikian rupa guna keseimbangan bunyi antar instrumen musik pengiring dengan tetap menonjolkan instrumen pengiring utama yaitu kecapi tali 2. Pangarungut berada di tengah-tengah instrumen pengiring, kecapi tali 2 sebagai instrumen pengiring utama ditempatkan pada posisi yang utama pula yaitu di depan dan sebagian berada di tengah, sedangkan instrumen pengiring pendukung lainnya berada pada posisi tengah hingga belakang. 4. Lagu yang disajikan Dalam pertunjukan kesenian Karungut yangdilaksanakan untuk keperluan penelitian yaitu 2 buah lagu yang berjudul Mahaga Budaya Itah (Melestarikan Budaya Kita) dan Pamaju Seni Budaya Itah (Majukan Seni BudayaKita) ciptaan Bapak Ucun A.Tingang yang berisi pesan untuk menjaga dan melestarikan seni dan budaya Kalimantan Tengah. Berikut transkrip notasi kedua lagu tersebut : Gambar 7. Transkrip notasi vokal lagu Mahaga Budaya Itah (Melestarikan Budaya Kita) Gambar 8. Transkrip notasi vokal lagu Pamaju Seni Budaya Itah (Majukan Seni Budaya Kita) Lagu beserta aransemen yang dimainkan oleh pemain instrumen sanggar seni Parung Panginyah ini termasuk vokal dimainkan atau dinyanyikan tanpa menggunakan bantuan notasi dalam bentuk apapun karena hanya mengandalkan kepekaan dari masing-masing pemain yang telah terlatih sehingga sudah terbiasa dalam memainkan masing-masing instrumen, dalam hal ini termasuk dalam bentuk penyajian. Bermain musik melalui pendengaran yaitu mereproduksi secara aural sebuah lagu yang dipelajari secara imitasi.

8 Jurnal Pendidikan Musik Edisi... Tahun..ke.. 20... SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Fungsi Musik Karungut Kesenian tradisional Karungut di Kalimantan Tengah mempunyai beberapa fungsi yang meliputi: (1) pengungkapan emosi yaitu sarana untuk mengungkapkan/mencurahkan perasaan terhadap suatu hal yang dituangkan ke dalam lirik Karungut, (2) sarana komunikasi yaitu digunakan sebagai sarana yang komunikatif untuk menyampaikan pesan ditinjau dari temanya, (3) sarana hiburan yaitu sebagai sarana untuk memberikan hiburan bagi pendengar, (4) sarana pendidikan yaitu sebagai sarana untuk mengajarkan hal yang baik dan bermanfaat melalui liriknya, (5) sarana ekonomi yaitu sebagai sarana untuk mendapatkan uang, dan (6) pengiring tari yaitu sebagai sarana untuk mendukung pertunjukan tari. 2. Bentuk Penyajian Instrumen Bentuk penyajian instrumen musik Karungut berupa ansambel. Penyajiannya meliputi peran instrumen, jumlah instrumen, posisi instrumen, dan lagu yang disajikan. Kecapi tali 2 berperan sebagai instrumen pengiring utama, kecapi tali 3, suling, rabab, gandang, dan garantung berperan sebagai instrumen pengiring pendukung. Jumlah instrumen terdiri atas 1 orang pangarungut (vokalis), 4 buah kecapi tali 2, 1 buah kecapi tali 3, 1 buah suling, 1 buah rabab, 3 buah gandang, dan 1 buah garantung. Posisi instrumen diatur sedemikian rupa guna keseimbangan bunyi antar instrumen pengiring dengan tetap menonjolkan kecapi tali 2 sebagai instrumen pengiring utama. Lagu yang disajikan disesuaikan dengan tema acara, dalam penelitian ini lagu yang disajikan adalah Mahaga Budaya Itah (Melestarikan Budaya Kita) dan Pamaju Seni Budaya Itah (Majukan Seni Budaya Kita). Saran 1. Perlu adanya usaha untuk mempopulerkan Karungut kepada masyarakat terutama kalangan muda oleh pemerintah dan pihakpihak yang berkecimpung dalam kesenian ini salah satunya dengan cara menjadikan Karungut sebagai salah satu ekstrakurikuler seni di sekolah. 2. Bagi sanggar seni sebaiknya melakukan perekrutan rutin untuk pembaharuan pemain serta memiliki jadwal yang tersusun dengan baik untuk melaksanakan latihan yang terfokus pada musik Karungut dan membuat pertunjukan rutin agar musik ini semakin dikenal oleh masyarakat serta tumbuh rasa peduli dan cinta akan kesenian Karungut.

9 DAFTAR PUSTAKA Andianto, M.Rus, dkk. (1984). Sastra Lisan Dayak Ngaju. Jakarta: Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Daerah Kalimantan Tengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dehen, Andres, dkk. (2004). Seni Musik Karungut. Palangka Raya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Tengah Proyek Pembinaan Seni Budaya Daerah. Moleong, Lexy. J. (2002). Metodologi Penellitian Kualitatif (cetakan ke tujuh belas). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi. Yogyakarta: Alfabeta.