STANDAR KINERJA KALIBRATOR DOSIS. Suzie Darmawati

dokumen-dokumen yang mirip
ANTARBANDING PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 57 Co DAN 131 I (II)

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

KAnANPERANANSUMBERSTANDAR RADIONUKLIDA DI RUMAH SAKIT

INTERKOMPARASI PENGUKURAN KAPSUL DALAM Ir-192 UNTUK UJI TAK MERUSAK

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

INDUSTRI NUKLIR MENJADI HARAPAN

PENENTUAN CALIBRATOR SETTING CAPINTEC CRC-7BT UNTUK SAMARIUM-153

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA

UJI KESTABILAN PENCACAH RADIASI DOSE CALIBRATOR

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RADIOFARMASI ( 2.0)

KENDALI KUALITAS DAN JAMINAN KUALITAS PESAWAT RADIOTERAPI BIDIKAN BARU LABORATORIUM METROLOGI RADIASI

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DOSIS PERORANGAN MENGGUNAKAN THERMOLUMINISENCE DOSIMETER (TLD)

*48622 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 197 TAHUN 1998 (197/1998) TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PENENTUAN DOSIS SERAP LAPANGAN RADIASI PERSEGI PANJANG BERKAS FOTON 10 MV DENGAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197 TAHUN 1998 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/528/2017 TENTANG PENUNJUKAN RUMAH SAKIT PELAKSANA LAYANAN HEPATITIS C

TANGGAPAN THERMOLUMINESCENT DOSIMETER CaSO 4 :Dy TERHADAP MEDAN RADIASI CAMPURAN BETA, GAMMA DAN MEDAN RADIASI CAMPURAN BETA GAMMA

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KALffiRASI ALA T UKUR AKTIVITAS DOSE CALIBRA TOR SECARA SIMUL TAN.

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter

METODE KALIBRASI MONITOR GAS MULIA MENGGUNAKAN SISTEM SUMBER GAS KRIPTON-85 STATIS

PROSPEK DAN TANTANGAN PEMANFAATAN IPTEK NUKLIR DALAM BIDANG KEDOKTERAN DI INDONESIA

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

KAJIAN WAKTU PARO 90 Sr MENGGUNAKAN ALAT UKUR STANDAR DOSIMETER FARMER NE 2570/B DAN NE2570/A

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

NUKLIR DI BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF

2015, No Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 N

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137, K-40 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

2015, No Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4370); 4. Perat

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

KAJIAN BIAYA PENANGANAN LIMf.AH RADIOAKTIF BUANGAN PASIEN YANG MENGALAMI ABLASI DAN TERAPI DENGAN SUMBER RADIOISOTOP TERBUKA DI RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

Pemanfaatan Alat Standar Primer untuk Peningkatan Kualitas Nilai Kalibrasi Alat Ukur Radioaktivitas di Bidang Kedokteran Nuklir

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

2013, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS AKUMULASI RADIOFARMAKA Tc-99m MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja

STANDARDISASI F-18 MENGGUNAKAN METODE SPEKTROMETRI GAMMA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

TUPOKSI FISIKAWAN MEDIS

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

SASARAN XENON PAD A PRODUKSI IODIUM-125 PENDAHULUAN ABSTRAK ABSTRACT. 24- ISSN Rohadi Awaludin

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV

STANDARDISASI 1251 DAN PENENTUAN WAKTU PARO SERTA RESPON KAMAR PENGION

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

EVALUASI KINERJA DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-55tR UNTUK PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOISOTOP 175 Yb

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

Slandar Kinerja Ka/ibralor Dosis Suzie Darmawali STANDAR KINERJA KALIBRATOR DOSIS Suzie Darmawati ABSTRAK ST ANDAR KINERJA KALIBRA TOR DOSIS. Kalibrator dosis adalah alat ukur yang banyak digunakan di rumah sakit untuk keperluan penentuan aktivitas radionuklida dalam pelayanan kedokteran nuklir. Komisi Elektroteknik lnternasional (IEC, International Electrotechnical Commission) telah menyusun dokumen IEC 1303:1994 yang dapat digunakan sebagai panduan untuk menguji kinerja alat ukur ini. Makalah ini secara singkat menjelaskan kandungan dokumen IEC tersebut, disamping menguraikan pengkajian yang pernah dilakukan terhadap kinerja ketepatan alat ukur ini di Indonesia melalui pengukuran antar-banding. Disarankan bahwa pihak rumah sakit dapat memiliki seorang fisikawan medik yang dapat melakukan pengujian terhadap kalibrator dosis yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut. Pentingnya standar kinerja yang dituangkan dalam bentuk Standar Nasional Indonesia juga disinggung. ABSTRACT PERFORMANCE STANDARD FOR DOSE CALIBRATOR. Dose calibrater is an instrument used in hospitals to determine the activity of radionuciide for nuclear medicine purposes. International Electrotechnical Commission (IEC) has published IEC 1303: 1994 standard that can be used as guidance to test the performance of the instrument. This paper briefly describes content of the document, as well as explains the assessment that had been carried out to test the instrument accuracy in Indonesia through intercomparison measurement. Its is suggested that hospitals acquire a medical physicist to perform the test for its dose calibrator. The need for performance standard in the form ofindonesian Standard is also touched. Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir, SATAN 43

Jumal Radioisotop dan Radiofarmaka Journal of Radioisotopes and Radiopharmaceuticals Vol. 5. No. 1.2. Oktober. 2002 PENDAHULUAN Kalibrator dosis adalah alat ukur yang banyak digunakan di rumah sakit untuk keperluan penentuan aktivitas radionuklida dalam pelayanan kedokteran nuklir. Sebagai detektor bagi alat ukur ini biasanya digunakan kamar pengion atau GM. Dengan semakin berkembangnya kedokteran nuklir di Indonesia, kebutuhan akan kalibrator dosis ini juga menjadi semakin besar. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia yang telah memiliki unit kedokteran nuklir berada di pula Jawa, kecuali satu yang berada di kota Padang. Tabel I memberikan daftar rumah sakit yang telah memiliki unit kedokteran nuklir tersebut. Tabell. Rumah sakit yang memiliki unit kedokteran nuklir. 1. RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta 2. RS Jantung Harapan Kita, Jakarta 3. RS Kanker Dharmais, Jakarta 4. RS MMC, Jakarta 5. RS Pusat Pertamina, Jakarta 6. RSPAD Gatot Subroto, Jakarta 7. RS Fatmawati, Jakarta 8. RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung 9. RS Dr. Karyadi, Semarang 10. RS Dr. Sardjito, Yogyakarta 11. RS Dr. Sutomo, Surabaya 12. RS Dr. Syaiful Anwar, Malang 13. RS Dr. Jamil, Padang Soebowo [1] telah menguraikan secara komprehensif mengenai status pelayanan kedokteran nuklir di Indonesia, yang meliputi teknik pemeriksaan yang dilakukan, aktivitas pemeriksaan, hasil rata-rata pemeriksaan, dan sarana yang ada. Selain itu, diuraikan pula mengenai belum maksimalnya pelayanan karena masih banyaknya kendal3 permasalahan, yang meliputi kendala internal, eksternal, dana, dan pesaing. Salah satu kendala internal yang patut mendapat perhatian adalah sarana, atau lebih spesifik lagi adalah kineija kalibrator dosis yang digunakan. Kinerja yang baik akan menentukan keberhasilan pemeriksaan. Untuk itu maka dalam makalah ini akan diuraikan secara singkat mengenai standar kinerja kalibrator dosis yang diacu secara internasional. 44

Slandar Kinelja Kalibralor Dosis Suzie Darmawali PARAMETER KINERJA Standar kineija kalibrator dosisi secara internasional diberikan oleh Komite Elektroteknik Internasional (IEC, International Electrotechnical Commission) pada publikasi 1303 yang terbit tahun 1994 dengan judul Medical electrical equipment Radionuclide calibrators - Particular methods for describing performance [2]. Parameter kineija yang utama adalah : 1. ketepatan alat ukur, 2. kelinieran sistem, 3. kedapatulangan sistem, 4. karakteristik kerapatan udara, 5. karakteristik volume sampel, 6. tanggapan latar, 7. kedapatv\angan j angka panj ang, 8. kineija p'erisai radiasi. Ketepatan alat ukur Ketepatan alat ukur adalah nisbah (ratio) antara nilai terukur dengan nilai sebenarnya. Untuk menentukan ketepatan alat ukur dapat dilakukan pengukuran dengan metode uji primer atau metode uji sekunder. Metode pertama dilakukan untuk alat ukur acuan dengan menggunakan sumber radiasi standar, sedang metode kedua dilakukan untuk alat ukur individual dengan membandingkan hasil pengukuran radionuklida antara alat ukur acuan dengan alat ukur yang diuji. Metode pertama juga umumnya dilakukan oleh laboratorium kalibrasi, sementara metode kedua merupakan metode yang dilakukan oleh rumah sakit. Pada metode uji primer, pengujian harus diulang untuk setiap radionuklida dan untuk setiap jenis wadah sampel yang memiliki faktor radionuklida tersendiri. Untuk setiap jenis wadah, volume larutan sumber standar harus sarna dengan volume acuan untuk wadah tersebut. Sedang aktivitas sumber standar harus diketahui dan tertelusur ke standar nasional. Pengukurannya sendiri harus berulang-ulang hingga simpangan baku rata-rata, Sm, dari nilai terukur adalah kurang dari dua persepuluh ketidakpastian, So, dari aktivitas sumber standar. Jika nilai aktivitas terukur dinyatakan sebagai Am, dan aktivitas sumber standar adalah Ao, maka faktor radionuklida untuk sumber standar tersebut dinyatakan sebagai Ao/Arru sedang ketepatan alat ukur diberikan sebagai AI = Arr/Ao. 100%. Nisbah Arr/Ao, Srr/Am, dan So/Ao harus dinyatakan dalam persentase. Kesalahan fraksional AI merupakan kombinasi kuadrat dari So/Ao dan Srr/Am, atau: 45

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Journal of Radioisotopes and Radiopharmaceuticals Vol. 5, No. 1,2, Oktober, 2002 (1) Pada metode uji sekunder, sumber radionuklida harusdiukur baik di alat ukur yang diuji maupun di alat ukur acuan. Pengukuran juga harus dilakukan berulang hingga simpangan baku kedua pengukuran kurang dari dua persepuluh ketidakpastian aktivitas sumber standar yang digunakan untuk pengukuran ketepatan alat ukur acuan. Radionuklida yang banyak digunakan untuk keperluan ini adalah 241Am, 57CO,137Cs,dan 60Co. 131Ijuga dapat digunakan. Jika nilai aktivitas terukur rata-rata dengan alat ukur acuan adalah Ay, nilai aktivitas terukur rata-rata dengan alat ukur yang diuji Az, simpangan baku rata-rata Ay adalah Sy, dan simpangan baku rata-rata Az adalah Sz, maka ketepatan alat ukur diberikan sebagai : (2) sedang kesalahan fraksional diberikan sebagai : (3) Kelinieran sistem Kelinieran sistem adalah fungsi yang menghubungkan aktivitas teramati dengan yang diharapkan jika aktivitas sumber radioaktif divariasikan. Penentuan kelinieran sistem juga dilakukan dengan metode uji primer dan metode uji sekunder, sesuai dengan status alat ukumya. Masing-masing metode uji juga dapat dilakukan dengan metode decaying source atau dengan metode graduated source. Pada metode decaying source, suatu radionuklida berumur pendek dimasukkan ke dalam posisi pengukuran. Aktivitas sumber saat awal pengukuran paling sedikit harus sarna besar dengan aktivitas maksimum yang akan digunakan pada nlat ukur. Dua pengukuran paling tidak dilakukan untuk setiap periode umur paro dan dicatat selama beberapa peri ode umur paro hingga bacaan kurang dari sepuluh kali bacaan latar. 46

Siandar Kinerja Kalibralor Dosis Suzie Darmawali Hasil pengukuran selanjutnya digambar terhadap waktu tengah peri ode pengukuran pada grafik semi-log. Dari gambar ini nilai aktivitas teramati pada saat tetjadi perbedaan antara nilai teramati dan nilai yang diramalkan dengan ekstrapolasi dari nilai rendah sebesar 1% dari nilai teramati dan 5% dari nilai teramati harus ditemukan dan dicatat. Pada metode graduated source, beberapa sumber harns disiapkan dengan pengenceran dari larutan suatu radionuklida yang sarna yang telah diketahui aktivitasnya dan sedemikian rupa sehingga tidak diperlukan koreksi peluruhan. Sumber dengan aktivitas maksimum harus sarna dengan aktivitas maksimum penggunaan alat ukur, sedang sumber dengan aktivitas minimum harus sedemikian rupa sehingga bacaan dari sumber kurang dari sepuluh kali bacaan latar. Pengukuran dilakukan dengan memberikan koreksi terhadap latar dan ketakmumian radioaktif. Dari hasil pengukuran, nisbah aktivitas terukur dengan aktivitas yang diharapkan harus dihitung untuk setiap pengukuran. Harga aktivitas teramati harus digambar terhadap harga aktivitas yang diharapkan dan harga nisbah. Perbedaan sebesar 1% dan 5% seperti untuk metode decaying source juga harus dicatat. Kedapatulangan sistem Kedapatulangan sistem juga dilakukan dengan metode uji primer dan metode uji sekunder. Pada metode uji primer, beberapa sumber radioaktif disiapkan dari larutan suatu radionuklida yang waktu paronya cukup besar sehingga tidak perlu dilakukan koreksi peluruhan saat pengukuran. Aktivitas terendah harus menghasilkan bacaan sekitar lima kali bacaan latar, sedang aktivitas tertinggi harus lebih besar dari 20% aktivitas maksimum untuk alat ukur. Paling sedikit dilakukan sepuluh kali pengukuran untuk setiap aktivitas.. Pada metode uji sekunder, dua buah sumber radioaktif disiapkan dari larutan suatu radionuklida yang waktu paronya cukup besar sehingga tidak diperlukan koreksi peluruhan saat peluruhan. Aktivitas terendah harus menghasilkan bacaan sekitar lima kali tingkat bacaan latar, sedang aktivitas tertinggi harus I GBq. Sepuluh kali pengukuran harus dilakukan dan dicatat. Koefisien variasi untuk setiap tingkat aktivitas A harus dicatat dan dihitung dari: CVA 1 = A ;=1 ;=1 n(n -1) (4) dengan Ai adalah harga terukur ke-i, n jumlah pengukuran, dan A harga rata-rata. 47

Jumal Radioisotop dan Radiofannakn Journal of Radioisotopes and Radiophannaceuticals Vol. 5, No. 1,2, Oktober, 2002 Karakteristik kerapatan ndara Karakteristik kerapatan udara adalah fungsi dua dimensi yang menghubungkan bacaan alat ukur dengan suhu dan tekanan. Pengujian dilakukan dengan menempatkan alat ukur di suatu kamar dengan suhu dan tekanan yang bisa divariasikan antara + 10 C - +40 C dan 106 kpa - 94 kpa. Suatu sumber radioaktif kemudian ditempatkan pada alat ukur dan suhu serta tekanan ditetapkan pada + 10 C dan 106 kpa. Karena karakteristik kerapatan udara bergantung juga pada energi gamma, prosedur di atas dilakukan untuk beberapa radionuklida seperti 24lAm, 57CO,137Cs,dan 6OCO.1311juga dapat digunakan. Dalam evaluasinya hasil pengukuran harns dikoreksi dengan latar dan pelurnhan. Untuk setiap radionuklida, tentukan harga YT,P, yaitu rata-rata pengukuran pada suhu T dan tekanan P, dan harga ET,P, yaitu E = 273+T Po T,P 273 + 1: o. P (5) dengan T dan P adalah suhu dan tekanan saat pengukuran, sedang To dan Po adalah suhu dan tekanan acuan, yaitu 20 C dan 100 kpa, Untuk setiap radionuklida, harga YT,p dan ET,P digambar pada kertas grafik linier dengan YT,p sebagai sumbu y dan ET,p sebagai sumbu x, Dari kurva ini harga YTo,po harns ditentukan. Karakteristik kerapatan udara diperoleh dengan menentukan nisbah Yr,p dengan YTo,Po Karakteristik volume sampel Karakteristik volume sampel adalah fungsi yang menghubungkan bacaan :llat ukur dengan volume sampel untuk wadah tertentu pada posisi tertentu di kamar pengion. Tanggapan latar Uji untuk menentukan tanggapan latar inheren dan tanggapan terhadap medan radiasi yang diketahui harns dilakukan untuk setiap alat ukur acuan. Uji tanggapan latar inheren dilakukan dengan menempatkan alat ukur di daerah dengan tingkat radiasi kurang dari 0,2 j.tsv/jam dan dengan menggunakan faktor radionuklida l37cs. Suatu seri pengukuran kemudian dilakukan, dan harga rata-rata dan simpangan bakunya dicatat. 48

Siandar Kinerja Kalibralor Dosis Suzie Darmawali Untuk pengujian tanggapan latar terhadap medan radiasi yang diketahui, sumber 137Csdengan aktivitas 2 MBq ditempatkan pada jarak 1 m dari sumbu vertikal kamar pengion. Posisi vertikalnya hams sarna tinggi dengan pusat kamar pengion. Faktor radionuklida 137Csjuga digunakan. Sebanyak sepuluh pengukuran kemudian dilakukan dengan memberikan koreksi terhadap radiasi latar. Harga rata-rata dengan simpangan bakunya dicatat dan dinyatakan sebagai aktivitas teramati per MBq. Kedapatulangan jangka panjang Penentuan kedapatulangan jangka panjang dilakukan dengan melakukan sepuluh kali pengukuran dengan selang waktu yang sarna selama satu bulan terhadap sumber radionuklida yang telah diketahui faktor radionuklidanya. Untuk setiap pengukuran diambil sejumlah bacaan untuk memperoleh harga rata-ratanya. Untuk data ini, kedapatulangan jangka panjang dilaporkan sebagai koefisien variasi harga rata-rata yang dihitung dengan persamaan (4). Kinerja perisai radiasi Jika perisai radiasi tersedia sebagai pilihan bagi kamar pengion, dilakukan: uji berikut hams pengukuran ketepatan alat ukur pengukuran tanggapan latar pengukuran kedapatulangan jangka panjang Uji ini hanya dilakukan dengan sumber 137Csdengan atau tanpa perisai terpasang. Setiap efek pada faktor radionuklida hams diaamati dan dicatat. PEMBAHASAN Agar harga aktivitas radionuklida yang diberikan kepada pasien dapat akurat, kalibrator dosis diharapkan dapat bekerja dengan kinerja yang prima. Untuk itu maka sebaiknya pengujian yang diuraikan di atas dapat dilakukan oleh setiap mmah sakit yang memiliki kalibrator dosis tersebut. 49

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Journal of Radioisotopes and Radiopharmaceuticals Vol. 5, No. 1,2, Oklober, 2002 Secara peraturan perundangan, saat ini yang baru diatur adalah kewajiban untuk melakukan standardisasi terhadap setiap sumber radioaktif standar [3]. Ketentuan ini juga berlaku hanya untuk sumber standar yang belum mempunyai sertifikat dan tanda standardisasi, dan diketahui ada perubahan fisik, walaupun sudah mempunyai sertifikat dan tanda standardisasi. Namun demikian, Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir BAT AN, saat masih bernama Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi, pernah mengadakan kegiatan antar-banding pengukuran aktivitas sumber 57CO dan 1311 dengan beberapa rumah saki! yang memiliki unit kedokteran nuklir. Dari pengukuran diperoleh bahwa hasil antar-banding sangat bervariasi dari 0-30% untuk sumber 57CO dan antara 0-52% untuk sumber 1311, dengan alat ukur dengan detektor GM umumnya memberikan hasil yang tinggi dan alat ukur dengan detektor kamar pengion menunjukkan perbedaan yang relatif lebih kecil. Hasil ini juga menunjukkan masih banyaknya hal yang harus diperbaiki agar pelayanan yang diberikan rumah sakit memiliki tingkat ketepatan dan kepercayaan yang tinggi. Mengingat pentingnya kinerja kalibrator dosis bagi keselamatan dan kesembuhan pasien, maka rumah sakit sebaiknya melakukan sendiri pengujian kinerja terhadap alat ukur ini. Pekerjaan pengujian ini juga sebaiknya dilakukan oleh seorang fisikawan medik yang bekerja penuh di rumah sakit untuk melakukan semua pekerjaan fisika di rumah sakit tersebut. Sayangnya, saat ini pihak rumah sakit belum menyadari sepenuhnya akan kepentingan tenaga fisikawan medik di rumah sakit. Kalaupun ada rumah sakit yang telah mempekerjakan seorang fisikawan medik, pekerjaan yang dilakukan oleh fisikawan ini baru terbatas pada pekerjaan di unit radioterapi. Di masa mendatang diharapkan bahwa tidak hanya ada penambahan jumlah fisikawan medik di rumah sakit di Indonesia, nai\lun juga jenis pekerjaan yang ditanganinya bervariasi. Untuk lebih memperkuat dasar bagi pentingnya pengujian kinerja kalibrator dosis, maka tidak berlebihan jika diharapkan dapat ditetapkan suatu standar nasional Indonesia (SNI) mengenai kinerja kalibrator dosis ini. Dokumen lec 1303: 1994 merupakan dokumen yang tepat untuk diacu menjadi SNI tersebut. Negara Australia dan Selandia Baru, misalnya, juga mengambil dokumen lec tersebut sebagai acuan untuk standar mereka dalam kinerja kalibrator dosis, namun dengan membuang butir karakteristik kerapatan udara karena tidak relevan dengan praktek di Australia dan Selandia Baru [5]. 50

Standar Kinerja Kalibrator Dosis Suzie Darmawati PENUTUP Kalibrator dosis merupakan alat ukur yang sangat berperanan penting dalam pelayanan kedokteran nuklir. Komisi Elektroteknik Intemasional (IEC, International Electrotechnical Commission) telah menyusun dokumen IEC 1303:1994 yang dapat digunakan sebagai panduan untuk menguji kineija alat ukur ini. Dari hasil antar-banding yang pemah dilakukan diketahui bahwa ban yak hal yang harus diperbaiki agar pelayanan kedokteran nuklir yang diberikan rumah sakit di Indonesia dapat memiliki tingkat ketepatan dan kepet:cayaan yang tinggi. Disarankan agar rumah sakit dapat menunjuk seorang fisikawan medik yang dapat ditugaskan antara lain untuk mengerjakan tugas pengujian kineija kalibrator dosis, disamping suatu Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk melakukan pengujian kineija terse but juga perlu disusun. DAFT AR PUST AKA 1. SOEBOWO SOEMEWO. Status Pelayanan Kedokteran Nuklir Pada Rumah Sakit Rumah Sakit di Indonesia Dewasa Ini dan Permasalahannya. Prosiding Semiloka Pengembangan Pelayanan Kedokteran Nuklir dan Radioterapi Sebagai Profit Center di Rumah Sakit. BATAN, Jakarta, 2001, 4-13. 2. IEC 1303:1994. Medical electrical equipment - Radionuc/ide calibrators Particular methods for describing performance. 3. Keputusan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional No. 84/DJNI/199l tentang Kalibrasi Alat Ukur Radiasi dan Keluaran Sumber Radiasi, Standardi~asi Radionuklida, dan Fasilitas Kalibrasi. 4. ERMI JUIT A, NAZAROH, SUNARYO, et.a!. Antarbanding Pengukuran Aktivitas Isotop 57Co dan 1311 (II). Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. BAT AN, Jakarta, 1996, 75-80. 5. AS/NZS 4354: 1995. Medical electrical equipment - Radionuclide calibrators Particular methods for describing performance. 51