BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi audit delay, ukuran

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maksimum. Penelitian ini menggunakan current ratio (CR), debt to equity ratio

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Net Profit Margin

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. purposif. Deskripsi dari masing-masing variabel penelitian sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keputusan investasi terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Consumer

Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Sektor Keuangan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BEI (Bursa Efek Indonesia) selama periode tahun 2010 sampai 2014.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (penawaran saham

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH RISIKO INVESTASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUBSEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur dari periode

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. normal sehingga data normalnya berjumlah 360. Tabel 4.1. Descriptive Statistics AR 360 -,79,46 -,2687,25580

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam analisis statistik obyek penelitian pada sub bab ini, peneliti

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan ditampilkan secara sendiri-sendiri. Penelitian ini mengunakan alat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjelaskan karakteristik sampel terutama yang mencakup nilai rata-rata (mean),

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

PENGARUH ATRIBUT PERUSAHAAN DAN FAKTOR AUDIT TERHADAP AUDIT KETERLAMBATAN (AUDIT DELAY) PADA INDUSTRI OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. deviasi dari setiap variabel dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bidang consumer and goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum (institusi/perusahaan/responden) Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Audit, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) audit Lag pada perusahaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data. Tabel 4.1. Hasil Perolehan Data Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. periode dan dipilih dengan cara purposive sampling artinya metode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PEMBAHASAN. Penelitian ini menguji pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang baik

: Berkat Kristian Zega NPM : Pembimbing : Anne Dahliawati, SE., MM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan atau mendeskripsikan suatu data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perolehan sampel dan data tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to

HASIL UJI REGRESI PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. Descriptive Statistics

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode yang sudah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif Análisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada data rentet waktu yang digunakan dalam penelitian ini. Perubahan yang terjadi diukur berdasarkan nilai terendah dan tertinggi dari masing-masing periode pengamatan serta berdasarkan nilai rata-rata dari masing-masing tahun. Selain nilai tertinggi, terendah dan nilai rata-rata pada análisis deskriptif dilakukan juga penghitungan nilai stándar deviasi. Stándar deviasi merupakan simpangan baku dari data yang digunakan dalam penelitian. Tabel 4.1 Deskriptif Statistik N Statistics DEL AUDLEY AUDOPN OPNCHC Valid 104 94 104 104 Missing 0 10 0 0 Mean -1,8269 59,7553,8750 1,1538 Std. Deviation 24,07651 18,14676,33232,45729 Variance 579,678 329,305,110,209 Skewness,443 -,379-2,301 3,073 Std. Error of Skewness,237,249,237,237 Kurtosis 4,574 -,368 3,359 8,823 Std. Error of Kurtosis,469,493,469,469 Range 174,00 75,00 1,00 2,00 Minimum -84,00 16,00,00 1,00 Maximum 90,00 91,00 1,00 3,00 Sum -190,00 5617,00 91,00 120,00 Sumber: Data diolah (2017) 60

61 A.1.a Variabel Independen Audit Delay / AUDLEY (X1) Nilai terendah (mínimum) sebesar 16 sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 91. Nilai mean sebesar 59.7553 dengan nilai standar deviasi sebesar 18.14676. Nilai rata-rata sebesar 59.7553 menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan LQ 45 memberikan laporan auditan pada bulan Februari atau 59 hari setelah laporan keuangan dibuat. Audit delay terendah sebesar 16 hari terdapat pada PT. Bank Rakyat Indonesia periode 2013 dan 2014. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode 2013 dan 2014 PT. Bank Rakyat Indonesia telah melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit hanya dalam tempo 16 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Audit delay terlama terjadi pada laporan keuangan audit PT. Gudang Garam periode 2015. Pada periode tersebut penyelesaian audit terjadi pada akhir waktu yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Pada periode tersebut PT. Gudang Garam memerlukan waktu sampai dengan 91 hari (31 Maret 2016) untuk menyelesaikan auditnya. A.1.b Variabel Independen Opini Audit / AUDOPN (X2) Pada opini audit hanya terdapat dua pilihan jawaban yaitu 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian dan 0 untuk opini selain wajar tanpa pengecualian. Nilai ratarata sebesar 0.8750 menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian karena nilai rata-rata mendekati angka 1. Mayoritas emiten mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian, sehingga nilai rata-rata variabel opini audit mendekati angka 1. Hanya terdapat beberapa emiten yang memperoleh opini selain wajar tanpa pengecualian.

62 A.1.c Variabel Independen Perbaikan Opini Audit / OPNCHC (X3) Pada variabel ini nilai mínimum sebesar 1 mewakili opini wajar tanpa pengecualian, sedangkan nilai maksimum 3 mewakili opini wajar dengan pengecualian. Nilai rata-rata sebesar 1.1538 dengan standar deviasi sebesar 0.45729. Pada variabel perbaikan opini audit terdapat beberapa emiten yang mengalami penurunan nilai opini, sehingga menyebabkan adanya nilai negatif pada perbaikan opini audit. A.1.d Variabel Dependen Reporting Delay (Y) Variabel reporting delay memiliki nilai minimal mínimum sebesar -84 dan maksimum sebesar 90. Nilai rata-rata variabel sebesar -1.8269 dengan standar deviasi sebesar 24.07651. Nilai reporting delay mínimum yang menunjukkan nilai negatif terjadi karena terdapat periode yang tidak mencantumkan tanggal pelaporan, sehingga menyebabkan nilai menjadi negatif. Nilai maksimum sebesar 90 menunjukkan bahwa terdapat perusahaan yang memberikan laporan mendekati akhir batas yang telah ditetapkan oleh peraturan. 2. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan pengujian regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas data, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolinieritas.

63 2.a Uji Normalitas Data Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan dalam penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan histogram. Gambar 4.1 Histogram Normalitas Hasil pengujian histogram menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karen puncak data mengikuti puncak kurva lonceng. Dengan demikian data dapat digunakan dalam analisis statistik selanjutnya. 2.b Uji Multikolinieritas Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat dua atau lebih variabel bebas yang berkorelasi secara linier. Apabila terjadi keadaan ini maka kita akan menghadapi kesulitan untuk membedakan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Indikasi terjadinya multikolinieritas dapat dideteksi dengan cara melihat nilai VIF-nya pada masing-masing variabel bebas.

64 Apabila terdapat nilai VIF diatas 10, maka di dalam model tersebut, terdapat gejala multikolinieritas. Tabel 4.2 Hasil Pengujian Multikolinieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF - (Constant) -35,742 7,399 4,831,000 1 AUDLEY,187,096,173 1,957,053 1,000 1,000 OPNCHC 21,327 3,683,512 5,791,000 1,000 1,000 a. Dependent Variable: DEL Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa antara variabel independen yang satu dengan yang lain tidak menunjukkan gejala kolinearitas (tidak ada hubungan yang sangat kuat antara variabel independen) karena nilai VIF masingmasing variabel bebas kurang dari 10. Dengan demikian asumsi atas multikolinieritas untuk pengujian regresi ganda telah terpenuhi. 2.c Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas Menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians berbeda, disebut heteroskedastitas.

65 Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan scatterplot dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: - Jika titik-titik data menyebar tanpa membentuk pola tertentu, maka dapat dinyatakan pada model regresi tidak terdapat gejala heterokedastisitas. - Jika titik-titik data menyebar dan membentuk pola tertentu seperti lingkaran atau garis mendatar, maka dapat dinyatakan pada model regresi terdapat gejala heterokedastisitas. Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa titik-titik data menyebar tanpa membentuk pola tertentu. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala heterokedastisitas.

66 2.d Uji Autokorelasi Autokorelasi menunjukkan bahwa ada korelasi antara error periode t dengan error periode sebelumnya (t-1) dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi. Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson. Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1,537 a,289,273 16,71539 1,957 a. Predictors: (Constant), OPNCHC, AUDLEY b. Dependent Variable: DEL Sumber: Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Dari tabel 4.3 diketahui nilai Durbin-Watson (DW) adalah sebesar 1,957. Dengan menggunakan tabel DW diketahui nilai dl untuk k = 2 dan n = 94 adalah sebesar 1,643 dan nilai du adalah sebesar 1,686, dengan menggunakan nilai dl dan du dapat dibuat pembagian daerah Durbin Watson seperti berikut : Gambar 4.3 Pembagian Daerah Durbin Watson Dengan berpedoman pada pembagian daerah DW di atas terlihat bahwa nilai 1,957 berada di daerah tidak ada autokorelasi.

67 3. Uji Hipotesis Model I 3.a Analisa Koefisien Determinasi (Uji R 2 ) Uji signifikansi model dilakukan dengan melihat nilai R 2 yang terdapat pada tabel model summary. Hasil pengujiannya disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1,537 a,289,273 16,71539 1,957 a. Predictors: (Constant), OPNCHC, AUDLEY b. Dependent Variable: DEL Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Tabel 4.4 di atas menunjukkan nilai R 2 sebesar 0,289 yang berarti bahwa perubahan variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel bebas sebesar 28,9% pengaruh lainnya sebesar 71,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. 3.b Uji Simultan (Uji F) / Uji Anova Selanjutnya untuk menentukan apakah variabel bebas secara bersamasama memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel bebas digunakan uji F atau uji Anova. Ho : Variabel bebas secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap reporting delay Ha : Variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap reporting delay

68 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis secara simultan (Uji F) ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 10320,821 2 5160,411 18,469,000 b 1 Residual 25425,785 91 279,404 Total 35746,606 93 a. Dependent Variable: DEL b. Predictors: (Constant), OPNCHC, AUDLEY Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat nilai F adalah sebesar 18,469 dengan nilai sig sebesar 0,000. Nilai sig sebesar 0,000 bila dibandingkan dengan nilai alpha sebesar 0,05 (5%) adalah lebih kecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. 3.c Uji Parsial (Uji t) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada kolom sig. Nilai sig yang ditampilan oleh output SPSS menunjukkan nilai probabilitas suatu koefisien regresi (B) yang digunakan untuk menerima atau menolak hipótesis penelitian. Selain itu untuk menentukan apakah suatu hipótesis dapat diterima dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Hasil pengujian hipótesis dengan menggunakan SPSS disajikan pada tabel di bawah ini.

69 Tabel 4.6 Hasil pengujian Hipotesis Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -35,742 7,399-4,831,000 AUDLEY,187,096,173 1,957,053 OPNCHC 21,327 3,683,512 5,791,000 Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 berikut: Hasil pengujian hipotesis untuk masing-masing variabel adalah sebagai 1) Pengujian Hipotesis Pertama (Ha1) Pada pengujian hipotesis pertama variabel independen audit delay (AUDLEY) memiliki nilai t hitung sebesar 1,927 dengan nilai sig sebesar 0,053. Dengan membandingkan nilai Nilai sig sebesar 0,053 tersebut lebih besar dari 0,05, maka hipotesis yang diterima pada pengujian pertama adalah hipotesis H01 yaitu variabel X1 (audit delay) tidak berpengaruh terhadap Y (reporting delay). 2) Pengujian Hipotesis Kedua (Ha2) Pada pengujian hipotesis kedua variabel independen perbaikan opini audit (OPNCHC) memiliki nilai t hitung sebesar 5,791 dengan nilai sig sebesar 0,000. Dengan membandingkan nilai t Nilai sig sebesar 0,000 tersebut lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis yang diterima pada pengujian kedua adalah hipotesis Ha2 yaitu variabel X2 (OPNCHC) berpengaruh terhadap Y (reporting delay).

70 4. Uji Hipotesis Model II 4.a Analisa Koefisien Determinasi (Uji R 2 ) Uji signifikansi model dilakukan dengan melihat nilai R 2 yang terdapat pada tabel model summary. Hasil pengujiannya disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.7 Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1,423 a,179,171 21,92793 2,010 a. Predictors: (Constant), AUDOPN b. Dependent Variable: DEL Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Tabel 4.7 di atas menunjukkan nilai R 2 sebesar 0,179 yang berarti bahwa perubahan variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel bebas sebesar 17,9% pengaruh lainnya sebesar 82,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. 4.b Uji Simultan (Uji F)/ Uji Anova Selanjutnya untuk menentukan apakah variabel bebas secara bersamasama memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel bebas digunakan uji F atau uji Anova. Ho : Variabel bebas secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap reporting delay Ha : Variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap reporting delay

71 Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis secara simultan (Uji F) ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 10661,808 1 10661,808 22,174,000 b 1 Residual 49045,077 102 480,834 Total 59706,885 103 a. Dependent Variable: DEL b. Predictors: (Constant), AUDOPN Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Berdasarkan tabel 4.8 di atas terlihat nilai F adalah sebesar 22,174 dengan nilai sig sebesar 0,000. Nilai sig sebesar 0,000 bila dibandingkan dengan nilai alpha sebesar 0,05 (5%) adalah lebih kecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. 4.c Uji Parsial (Uji t) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada kolom sig. Nilai sig yang ditampilan oleh output SPSS menunjukkan nilai probabilitas suatu koefisien regresi (B) yang digunakan untuk menerima atau menolak hipótesis penelitian. Selain itu untuk menentukan apakah suatu hipótesis dapat diterima dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Hasil pengujian hipótesis dengan menggunakan SPSS disajikan pada tabel di bawah ini.

72 Tabel 4.9 Hasil pengujian Hipotesis Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -28,615 6,082-4,705,000 AUDOPN 30,615 6,502,423 4,709,000 Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Pada pengujian hipotesis opini audit (AUDOPN) memiliki nilai t hitung sebesar 4,709 dengan nilai sig sebesar 0,000. Dengan membandingkan nilai Nilai sig sebesar 0,000 tersebut lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis yang diterima adalah hipotesis Ha yaitu variabel opini audit berpengaruh terhadap Y (reporting delay). B. Pembahasan B.1 Pengaruh Audit Delay terhadap Reporting Delay Perusahaan LQ 45 Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit delay secara statistic tidak memberikan pengaruh terhadap reporting delay. Hal ini ditunjukkan dengan nilai sig yang lebih besar dari 0.05, sehingga hipotesis yang diterima adalah hipotesis nol atau tidak terdapat pengaruh audit delay terhadap reporting delay. Secara teori Audit delay adalah selisih waktu antara akhir tahun laporan keuangan dengan tanggal penyelesaian proses audit yang tertera dalam laporan keuangan. Laporan keuangan di Indonesia selalu berakhir di tanggal 31 Desember, sedangkan perusahaan akan melaporkan atau mempublikasikan laporan keuangannya setelah melalui proses audit, sehingga dalam laporan

73 pertanggungjawaban direksi tanggal yang dicantumkan tidak sama dengan tanggal berakhirnya laporan keuangan. Peraturan perundang-undangan yang berlaku memberikan tenggang waktu selama 90 hari bagi perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit. Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan auditing menunjukkan adanya perbaikan terhadap laporan keuangan yang menyebabkan tertundanya laporan keuangan. Opini audit modifikasi, atau opini selain wajar tanpa pengecualian, dianggap sebagai kabar buruk oleh perusahaan sehingga manajer memilih untuk melakukan proses negosiasi dengan para auditor, mengakibatkan penundaan dalam pengeluaran opini audit yang buruk (Cullinan et al., 2012). Dalam signaling theory, penundaan publikasi dijadikan sinyal bagi pemakai laporan keuangan akan adanya kabar buruk dalam perusahaan. Pada penelitian ini, audit delay tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap reporting delay dengan tingkat signifikan sebesar 0.053. Kondisi ini dapat saja terjadi karena adanya beberapa perusahaan yang tidak mencantumkan tanggal terbitnya laporan keuangan yang telah diaudit. Meskipun jumlahnya kecil namun hal ini mempengaruhi hasil penelitian. Hasil juga menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan yang masuk ke dalam kategori LQ 45 merupakan perusahaan yang taat hukum dan memiliki kinerja yang bagus, sehingga selalu menampilkan laporan keuangannya tepat waktu atau tidak melebihi batas yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

74 Penelitian yang dilakukan oleh Austine, et.al (2013) menunjukkan adanya pengaruh antara audit delay dengan ukuran perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan akan lebih baik dalam hal waktu pelaporan audit. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayamere dan Elijah (2015) yang menunjukkan bahwa audit delay dipengaruhi oleh ukuran perusahaan dan ukuran perusahaan audit. Pelaporan keuangan selalu diharapkan tepat waktu, karena jika perusahaan melakukan reporting delay maka akan mempengaruhi pengambilan keputusan investor. Reporting delay dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti audit delay, hal ini dikarenakan manajemen memerlukan waktu untuk melaporkan aspek transaksi. Penundaan laporan yang tidak semestinya akan menyebabkan laporan keuangan sebagai alat informasi perusahaan kehilangan relevansinya. Oleh sebab itu, manajemen memerlukan keseeimbangan dalam hal relevansi dan keandalan informasi karena pengambilan keputusan memerlukan pertimbangan yang matang. Signalling theory menjelaskan tentang suatu pihak (agent) menyampaikan informasi tentang dirinya sendiri kepada pihak lain (Connelly, 2012). Teori ini menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Informasi yang dipublikasi sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor untuk pengambilan keputusan investasi. Pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut dianggap sebagai signal baik maka terjadi perubahan dalam volume

75 perdagangan saham. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik merupakan sinyal baik dari perusahaan yang mengindikasikan adanya informasi positif yang berguna bagi investor. Sedangkan pengumuman laba yang terlambat merupakan sinyal buruk bagi investor. Investor menganggap keterlambatan pelaporan keuangan tersebut mengindikasikan kondisi kesehatan perusahaan yang buruk. Menurut IAI (2012) pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yaitu: 1. Investor. Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. 2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 3. Pemberi Pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memunginkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman dan bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

76 5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, akan tergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah. Mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat. Perusahaan memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terkahir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. B.2 Pengaruh Opini Audit terhadap Reporting Delay Perusahaan LQ 45 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap reporting delay. Hal ini ditunjukkan oleh nilai sig sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2007) dimana opini auditor mempengaruh ketepatan waktu pelaporan keuangan. Opini auditor seringkali dijadikan penilaian singkat atas informasi dalam laporan keuangan oleh pemakai laporan keuangan. Perusahaan dengan opini wajar tanpa pengecualian tidak akan merasa terganggu dengan opini tersebut, karena menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan pelaporan dan pencatatan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Beberapa penelitian

77 menunjukkan bahwa perusahaan dengan opini selain wajar tanpa pengecualian akan memperlambat waktu pelaporan laporan keuangan tahunannya. Sebaliknya perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian akan mempercepat laporan keuangan tahunannya. Cullinan et al. (2012) beragumen mengingat bahwa opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan dianggap sebagai kabar buruk oleh pasar saham, manajemen mungkin akan menunda untuk menunda rilis kabar buruk ini. Wirakusuma (2004) beragumen perusahaan cenderung akan memperlambat waktu penyampaian laporan keuangan dikarenakan menerima opini selain wajar tanpa pengecualian yang dianggap sebagai kabar buruk (bad news) (dalam Lestari, 2010). Laporan keuangan dianggap menyajikan wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, jika memenuhi kondisi berikut ini: e. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan. f. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah dijelaskan. g. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. h. Tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran.

78 Perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian menunjukkan bahwa dalam membuat laporan keuangannya, perusahaan telah memenuhi seluruh unsur pelaporan dan tidak melakukan kesalahan pencatatan. Opini audit selain wajar tanpa pengecualian selalu dianggap sebagai suatu berita buruk bagi manajemen. Pemberian opini oleh auditor menjadi salah satu indicator terjadinya reporting delay, karena perusahaan yang mendapatkan opini selain wajar tanpa pengecualian akan memilih untuk menunda laporan keuangan publikasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Pourali, et.al (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif dan signifikan antara audit delay dengan opini auditor. Opini wajar tanpa pengecualian yang diperoleh perusahaan akan membuat perusahaan melaporkan laporan keuangannya secara tepat. Pelaporan tepat waktu akan memberikan waktu yang lebih cepat bagi investor untuk mempelajari informasi yang ada di dalamnya. Informasi tersebut berguna untuk melakukan investasi atau menarik modal penyertaan. Menurut Hilmi dan Ali (2008) akuntan publik bertugas untuk memberikan assurance terhadap kewajaran dalam menyusun laporan keuangan yang diterbitkan oleh manajemen. Assurance tersebut berupa opini audit yang diberikan oleh auditor terhadap laporan keuangan. Opini audit merupakan pernyataan auditor terhadap pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum (Mulyadi, 2009).

79 Pemberian opini audit berdasarkan pada isi dari laporan keuangan tersebut apakah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh IAI. Menurut IAI (2012) laporan keuangan yang lengkap meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Carslaw dan Kaplan (1991) opini wajar tanpa pengecualian ataupun wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan atas laporan keuangan tahunan diindikasikan sebagai good news yang cenderung lebih cepat dipublikasikan. Oleh sebab itu, perusahaan yang menerima opini audit selain wajar tanpa pengecualian dan wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan akan cenderung lebih lama untuk mempublikasikan laporan keuangannya kepada publik. B.3 Pengaruh Perbaikan Opini Audit terhadap Reporting Delay Hasil penelitian ini menunjukkan perbaikan opini audit mempengaruhi reporting delay. Hal ini ditunjukkan dengan nilai sig sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik opini audit yang diberikan akan mengurangi reporting delay. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cullinen, et.al (2012) yang menunjukkan bahwa perubahan opini auditor berpengaruh terhadap reporting delay. Perbaikan dalam opini audit yang diterima juga akan mempengaruhi ketepatan waktu pengungkapan laporan keuangan oleh perusahaan. Apabila dikaitkan dengan signaling theory maka kemungkinan ketepatan waktu pengungkapan laporan keuangan perusahaan dianggap investor sebagai sinyal

80 kabar baik, dalam hal ini ukurannya adalah peningkatan dalam opini audit (Cullinan et a.., 2012). Sinyal ini terlepas dari unexpected earning perusahaan atau unexpected earning perusahaan dianggap konstan. Semakin besar perbaikan opini audit yang diterima maka semakin cepat perusahaan mempublikasikan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan perbaikan opini audit yang besar menunjukkan peningkatan kualitas informasi keuangan yang lebih baik daripada perusahaan yang menerima perbaikan opini audit yang lebih kecil. Dalam penelitian Cullinan et al. (2012), perusahaan yang tahun sebelumnya mendapatkan opini wajar dengan pengecualian akan mengungkapkan laporan keuangannya lebih cepat dibandingkan perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan, diasumsikan pada tahun yang bersangkutan kedua perusahaan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian. Menurut Cullinan et al. (2012) penurunan opini audit memiliki efek yang lebih besar pada ketepatan waktu pelaporan daripada peningkatan opini audit. Besarnya perubahan opini audit dapat mempengaruhi waktu pelaporan audit kepada publik. Jika opini audit yang diterima oleh perusahaan mengalami perubahan dari wajar dengan pengecualian ke wajar tanpa pengecualian pada tahun berikutnya maka akan lebih cepat perusahaan dalam melaporkan laporan keuangan mereka. Namun, apabila perusahaan mendapatkan opini audit yang lebih buruk dari tahun sebelumnya, maka perusahaan akan melakukan reporting delay dalam melaporkan laporan keuangan mereka ke publik. Dyer dan Mc Hugh (1975) mendefinisikan dua kriteria ketepatan waktu pelaporan keuangan yaitu:

81 a. Preliminary lag atau Total lag yaitu interval jumlah hari dari tanggal akhir tahun laporan keuangan sampai tanggal pelaporan laporan keuangan ke bursa. b. Auditor s report lag: interval jumlah hari dari tanggal akhir tahun laporan keuangan sampai laporan keuangan ditandatangani oleh auditor. Sesuai dengan lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep- 346/BL/2011 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Secara Berkala Emiten atau Perusahaan Publik. Pada peraturan Bapepam Nomor X.K.2 menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan maksimal pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Jika laporan keuangan tidak tepat waktu di dalam mempublikasikan laporan keuangan tersebut, maka akan memberikan sinyal negatif kepada investor dan perusahaan akan dikenakan sanksi administratif dan denda. Berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.12 Tahun 2004 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 45 tahun 1995 mengenai penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal pada 19 bab XII mengenai sanksi administratif yang dinyatakan pada pasal 63 huruf e berisi: Emiten dan Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dimaksud dengan ketentuan bahwa jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) Pasar modal menganggap pelaporan keuangan yang disampaiakan tidak tepat waktu sebagai pelanggaran prinsip keterbukaan informasi di pasar modal.

82 Oleh karena itu, laporan keuangan sangat diharapkan pelaporannya dilakukan secara tepat waktu.