BAB VII PENUTUP. memaksimalkan potensi wisata. Tahap-tahap partisipasi yang dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

BAB VIII PENUTUP. Setelah melakukan penelitian dan analisis terhadap hasil-hasil penelitian. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA

PRINSIP-PRINSIP DASAR KELOMPOK DI DUSUN MUARA TIGA KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PALU TAHUN 2018

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TERBATAS MEROKOK

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mengaktualisasikan kepentingannya guna menjawab kebutuhan

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 3

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

KEPALA DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK PERATURAN DESA DEMPET NOMOR 06 TAHUN 2O16 TENTANG

BAB IV KESIMPULAN. aktivitas pariwisata bersifat positif dan negatif. Dampak positif yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

UJI PETIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAAN DAN PARIWISATA TENTANG PASAR PESONA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

KKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kesimpulan dari hasil penelitian berikut dengan beberapa rekomendasi yang

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN I- 1 LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

VISI MISI DAN PROGRAM KERJA AZAS (AZAN PIOLA & SYAMSU BOTUTIHE)

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh)

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 348/Kpts/TP.240/6/2003 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA HORTIKULTURA MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

Transkripsi:

BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Hasil penelitian ini berupa pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat dan strategi masyarakat untuk memaksimalkan potensi wisata yang ada didaerahnya. Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat merupakan sebuah wujud dari partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, sedangkan pengorganisasian masyarakat merupakan bagian dari partisipasi sebagai strategi masyarakat untuk memaksimalkan potensi wisata. Tahap-tahap partisipasi yang dilakukan masyarakat Kalibiru sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Suhendra (2003:32) yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, tahap ini merupakan langkah awal yang melibatkan seluruh masyarakat Kalibiru dalam proses pembangunan. Pengambilan keputusan dilakukan guna menyamakan tujuan bersama, sehingga dalam pelaksanannya tidak terdapat anggota yang memiliki kepentingan yang berbeda. Keterlibatan langsung seluruh masyarakat penting pada tahap ini, karena tanpa adanya partisipasi dari masyarakat proses dan pelaksanaan pembangunan tidak akan berjalan dengan baik. 2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting karena merupakan inti dari pembangunan. Partisipasi masyarakat Kalibiru dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga, pertama adalah partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran 134

dimana masyarakat bebas mengemukakan pendapatnya. Sumbangan pemikiran berkaitan dengan pengelolaan apa yang akan dilakukan nantinya dalam memanfaatkan hutan. Kedua adalah sumbangan materi yang dapat digunakan dalam proses pembangunan wisata alam Kalibiru, sumbangan tersebut dapat berupa bahan bangunan. Ketiga adalah partisipasi dalam bentuk tindakan sebagai anggota program, masyarakat Kalibiru bergotong-royong dalam membersihkan hutan yang akan dibuka menjadi sebuah kawasan wisata. Selain itu masyarakat bekerja sama dalam membangun kawasan wisata meskipun tanpa mendapat imbalan yang pasti. 3. Tahap menikmati hasil, tahap ini dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan yang telah dilakukan. Keberhasilan masyarakat Kalibiru dalam melakukan pengelolaan wisata berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat. Hal tersebut dapat diketahui dari kontribusi wisata alam terhadap masyarakat sekitar, yaitu dengan memberikan dana senilai Rp. 300.000,00 untuk setiap KK di dusun Kalibiru. Selain itu, pihak HKm juga memberikan sejumlah dana sosial dan aktif dalam kegiatan sosial yang ada di masyarakat. 4. Tahap evaluasi, pengelola wisata alam Kalibiru selalu melakukan evaluasi setiap bulan yang bertujuan untuk memperbaiki maupun meningkatkan kualitas pengelolaan. Hal tersebut dianggap penting karena berkaitan dengan keberlanjutan wisata alam Kalibiru. 135

Keberhasilan masyarakat Kalibiru dalam mengelola dan memaksimalkan potensi yang ada di daerahnya adalah karena adanya partisipasi penuh dari masyarakat melalui beberapa tahap yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan temuan penulis yang didapatkan dilapangan terdapat beberapa strategi pengelolaan wisata yang terdapat dalam tahapan partisipasi masyarakat. Pertama adalah mengumpulkan seluruh anggota masyarakat dan menampung keinginan masyarakat untuk melakukan sebuah pembangunan. Pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat Kalibiru adalah bentuk kesadaran terhadap rusaknya hutan sekitar yang diakibatkan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga hutan menjadi gundul dan rusak. Masyarakat harus mempunyai keinginan dan tujuan yang sama agar dapat melakukan perubahan, selain itu pembangunan yang dilakukan harus memberikan dampak positif bagi masyarakat baik dari segi ekonomi maupun dari segi sosial. Kedua adanya pendampingan yang dilakukan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat terkait guna mempermudah masyarakat dalam melakukan pembangunan dan menghindari resiko-resiko yang berkaitan dengan proses hukum. Hal tersebut membantu masyarakat Kalibiru dalam mengurus Ijin Usaha Pemanfaatan Pengelolaan HKm (IUPHKm), karena hutan yang terdapat di sekitar wilayah Kalibiru merupakan hutan milik pemerintah. Adanya pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat harus sesuai dengan peraturan pemerintah terkait pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm), masyarakat juga diharuskan untuk membuat Rencana Operasional (RO) setiap satu bulan sekali. Pembangunan yang 136

dilakukan oleh masyarakat harus disepakati oleh pemerintah dan tidka boleh dilakukan secara sembarangan. Hal ini merupakan salah satu cara masyarakat Kalibiru agar terhindar dari masalah hukum yang akan mengancam keberlangsungan pembangunan nantinya, dengan bantuan LSM tersebut masyarakat mendapatkan ijin pengelolaan hutan sementara selama 35 tahun dihitung dari tahun 2008. Langkah yang ketiga adalah membuat perencanaan pembangunan yang telah disepakati bersama. Perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat Kalibiru adalah terkait dengan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam rangka memanfaatkan Hutan Kemasyarakatan. LSM melakukan pengarahan terkait dengan pemanfaatan hutan agar masyarakat yang dulunya awam mempunyai gambaran yang akan dilakukan. Yayasan Damar merupakan sebuah lembaga yang peduli terhadap kelestarian hutan, oleh karena itu Yayasan ini membantu masyarakat dalam melakukan perencanaan pengelolaan hutan. Perencanaan ini dilakukan secara partisipatif yang artinya melibatkan seluruh anggota masyarakat dalam proses pembangunan. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan membentuk sebuah organisasi sebagai sarana untuk mewujudkan pembangunan. Setelah melakukan perencanaan partisipatif, masyarakat kalibiru membentuk sebuah organisasi yang anggotanya adalah seluruh masyarakat Kalibiru. Organisasi tersebut bernama HKm Mandiri, pemanfaatan pengelolaan hutan oleh organisasi ini terdiri dari koperasi, peternakan, pertanian, dan wisata yang berarti bahwa 137

organisasi pengelolaan wisata alam Kalibiru merupakan sub unit HKm Mandiri. Organisasi pengelola wisata alam Kalibiru mempunyai peran yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena banyak menyerap tenaga kerja. Langkah yang kelima adalah pelaksanaan pembangunan oleh organisasi tersebut. Dari yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa rganisasi pengelola wisata alam Kalibiru merupakan organisasi sosial yang fungsional,dimana pimpinan mempunyai hak untuk melimpahkan wewenangnya kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, selanjutnya pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya. Dengan kata lain, organisasi pengelola wisata mempunyai struktur dan pembagian kerja yang jelas. Pembagian kerja dilakukan oleh pihak HKm dan pengelola sebagai pelaksananya, yang dibagi dalam beberapa divisi yaitu divisi pengembangan wisata, divisi IPTEK, divisi perdagangan, divisi retribusi, divisi transportasi, divisi keamanan, divisi jasa outbound, serta divisi bantuan komunikasi. Setiap divisi mempunyai koordinator yang bertugas mengontrol anggota, koordinator tersebut biasanya lebih tua dibandingkan anggotanya. Hal tersebut dimaksudkan agar anggota lebih patuh terhadap koordinator, namun koordinator juga tetap berdasarkan kemampuan dan kepribadiannya. Pengurangan atau penambahan anggota setiap divisi didasarkan pada kebutuhan pengelola. 138

Langkah terakhir adalah adanya sistem kontrol organisasi yang bertujuan untuk mencegah disfungsi dan melakukan pengelolaan resiko, selain itu juga terdapat strategi stabilisasi dan peningkatan traffic pengunjung. Pencegahan disfungsi yang dilakukan oleh pengelola wisata terkait dengan anggotanya adalah dengan memastikan bahwa setiap anggota mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya, hal tersebut akan dijelaskan sebelum masyarakat masuk dalam pengelolaan. Selain itu ketegasan ketua dalam mengontrol anggotanya juga sangat diperlukan agar anggota tidak menganggap sepele tugas yang telah diberikan. Adanya koordinator dalam setiap divisi juga dimaksudkan agar dapat meminimalisir konflik sejak dini, artinya pengelola akan lebih cepat mengetahui permasalahan yang terjadi dalam setiap divisi. Peraturan yang tegas juga diterapkan oleh pengelola wisata, setiap anggota harus memenuhi jam kerja dengan melakukan finger print setiap harinya. Pengelolaan resiko yang berasal dari luar adalah dengan mencegah kecelakaan lalu lintas dengan cara memberlakukan sistem buka tutup jalan. Selain itu untuk mencegah terjadinya longsor, pengelola juga melakukan penanaman dengan teknik terassering. Sedangkan peningkatan traffic pengunjung yang dilakukan oleh pengelola wisata adalah dengan melakukan inovasi setiap tahunnya. 7.2.Saran Pada penelitian ini, penulis memiliki beberapa pemikiran yang diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengkaji pengelolaan wisata alam Kalibiru maupun hal lain yang masih terkait dengan wisata tersebut. Saran ini didasarkan pada analisis penulis mengenai data yang diperoleh dan fakta yang ada 139

di lapangan, dengan harapan dapat memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan agar semakin baik: a. Pengelolaan yang dilakukan sudah baik, namun harga setiap spot foto menurut salah satu pengunjung yang berwisata di Kalibiru cukup mahal. Apalagi itu belum termasuk biaya foto yang harus ada batas minimalnya perorang. Alangkah lebih baik batas minimal tersebut ditiadakan, sehingga pengunjung yang mempunyai uang seadanya pun tetap bisa berfoto. Menurut pengalaman penulis pada saat ingin berfoto, pengelola memperbolehkan untuk mengambil foto menggunakan kamera sendiri namun pengelola tidak bisa jika dimintai pertolongan untuk mengambilkan foto. Alangkah lebih baiknya jika kepuasan pengunjung tetap diutamakan, agar tidak terlihat terlalu mengutamakan keuntungan. Meskipun jasa foto tidak termasuk dalam manajemen pengelolaan, tetapi lebih baik lagi jika tetap membawa nama baik pengelola wisata Kalibiru. b. Pengelolaan wisata yang dilakukan oleh masyarakat menghasilkan dampak positif bagi kesejahteraan warganya, oleh karena itu harus lebih terbuka dengan masyarakat. Apalagi yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan pembagian hasil, bendahara harus mampu mencatat semua bentuk pengeluaran dan total pendapatan dengan detail agar tidak terjadi kesalahpahaman. Selain itu hal tersebut juga bersifat transparan yang artinya terbuka dan bisa dilihat oleh masyarakat. Pengelola yang ditugaskan dalam hal keuangan harus diseleksi dan tidak sembarang orang, karena dapat mempengaruhi sirkulasi keuangan. 140

c. Pengelolaan wisata Kalibiru yang dinilai berhasil dalam meningkatkan wisatawan pada kenyataannya masih terdapat beberapa aspek yang berada diluar manajemen, seperti jasa foto dan parkir. Meskipun begitu hal tersebut tidak menimbulkan konflik, namun alangkah baiknya apabila semua aspek yang berada dalam kawasan wisata ini dapat terintegrasi. Agar ke depannya dapat berjalan lancar dan dapat menghindari konflik antar individu didalam pengelolaan. d. Relasi atau hubungan sosial yang ada antar individu harus dijaga dengan baik, yaitu dengan cara mengadakan acara khusus untuk pengelola dan karyawan dalam bentuk outbound dengan tujuan membentuk pribadi yang lebih baik. Hal tersebut merupakan bentuk tindakan yang perlu dilakukan oleh para pengelola agar dapat memperbaiki generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan para pengelola dimasa yang akan datang. e. Disamping pengelolaan, alangkah baiknya apabila di kawasan wisata ini dilengkapi dengan toko oleh-oleh khas Kalibiru. Pengelola bisa memasukkan masyarakat asli Kalibiru maupun masyarakat dari dusun penyangga untuk bekerja sama dalam menjajakan oleh-oleh. f. Pengelola wisata alam bisa juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk mengasah kreatifitasnya, misalnya dengan mengelola sampah. Banyaknya pengunjung tentu juga akan berpengaruh pada banyaknya sampah, tentunya hal ini akan menjadi masalah baru apabila tidak dapat dikelola dengan baik. Oleh karena itu alangkah baiknya jika sampah tersebut diolah, wisata ini dapat menjadi sarana pemasaran dari hasil pengolahan sampah tersebut. 141

g. Pengelola beserta masyarakat dapat mengembangkan area wisata dengan sisi yang berbeda, misalnya dengan mengembangan tanaman hias maupun sayuran yang dapat memberikan kesan segar dan penghijauan di sekitar area wisata. Tanaman bunga dapat memperindah area wisata meskipun di wilayah ini cenderung bertanah kering namun terdapat banyak cara untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menanam beberapa tanaman yang cocok dengan lahan kering atau bisa juga teknik menanam dengan menggunakan pipa pralon. h. Pengelola tidak boleh merasa puas dengan hasil yang telah didapatkan, namun harus terus belajar agar dapat meningkatkan kualitas pengelolaan wisata. 142