BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan tidak kalah pentingnya dari keluarga maupun masyarakat.

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING. DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke. segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan.

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) di Fakultas Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses untuk memanusiakan manusia. Artinya. pendidikan dapat membentuk manusia dewasa, dalam arti mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang. serta untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu dibutuhkan suatu keadaaan yang menyenangkan demi

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan yang telah mengalami perkembangan, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap kehidupan tersebut, di satu sisi sangat bermanfaat bagi kehidupan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang dikumpulkan untuk menunjang kegiatan studi ini pada umumnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

BAB III METODE PENELITIAN DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN. layak dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

PENGELOLAAN KELAS DI MADRASAH ALIYAH AL IRSYAD TENGARAN TAHUN AJARAN 2007/2008

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, h. 2

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Setiap orang sejak awal sampai akhir sangat berurusan

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan suatu keadaan

BAB III METODE PENELITIAN. terletak di Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo No.143 Gresik. Alasan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga ahli pendidikan dan visi pendidikan yang tidak jelas. Selain itu masih. Indonesia semakin menurun (Silberman, 2007: xi).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. penulis akan mengemukakan metode penelitian induktif. Metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu rahmat yang tak

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

Penerapan Strategi Active Learning Dalam Pembelajaran Akidah Di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Oleh : LESTARI HIDAYAH A

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana

PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang pengumpulan datanya

PENERAPAN KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT DARUL FALAH LANGENHARJO SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Maka upaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diukur dengan angka atau istilahnya quantifiabel, berupa pemahaman terhadap

BAB I PENDAHULUAN. L.W. Stren (dalam Baharuddin, 2009: 73) mengatakan bahwa bakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. cara-cara yang akan digunakan bersifat operasional dari kegiatan yang akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia menurut Islam. Pada dasarnya manusia adalah makhluk Allah,

KOMPETENSI GURU BAHASA ARAB DALAM MENINGKATKAN. MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTs. MUHAMMADIYAH WARU BAKI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB III METODE PENELITIAN

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN SOLUSINYA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

PERAN GURU PAMONG DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP ISALM TERPADU AT-TAQWA KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bersifat pararel maupun yang menunjukkan perjenjangan. Setiap kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. motivasi kerja dalam mendukung kinerja sumber daya manusia. Motivasi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DISERTAI TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Arab merupakan bahasa al-qur an, bahasa komunikasi dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Kebijakan program untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan

BAB I PEDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keharusan dan keberhasilan pendidikan tersebut akan ditentukan oleh beberapa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian lapangan (field research) dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan menganalisa data adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hasil dari beberapa variabel yang telah ditetapkan melalui statistik.

BAB III METODE PENELITIAN. ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta- fakta atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. dibatasi oleh waktu, kapan pun dan dimanapun disepanjang hayatnya. dan yang terpenting adalah mempunyai akhlak dan moral yang baik.

BAB III METODE PENELITIAN. terjun langsung ke lapangan untuk meneliti implementasi metode cerita dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu pengembangan yang harus dibangun adalah pendidikan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penilitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah tempat belajar dan berlatih siswa dalam berbagai hal yang nantinya pasti akan dihadapi oleh para siswa dalam kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan masyarakat yang ada di sekitar lingkungan sekolah tersebut. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya, karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai dalam menyampaikan dan mengembangkan siswanya secara utuh. Guru harus memahami dan menghayati para siswa yang dibinanya, karena wujud siswa pada setiap saat tidak akan sama, sebab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak serta nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi gambaran para lulusan suatu sekolah yang diharapkan. Manajemen kelas yang efektif merupakan cinditio sine qua non (prasayarat mutlak) bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif (Ametembun, 1981: 3). Sebagai landasan terciptanya kondisi bagi proses belajar mengajar yang efektif, maka 1

2 pembinaan disiplin kelas dalam rangka manajemen kelas harus diarahkan, terutama kepada pengaturan orang-orang selain fasilitas-fasilitas di dalam kelas. Ada empat prinsip dasar dalam manajemen kesiswaan, yaitu : 1. Siswa harus diberlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka. 2. Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu, diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal. 3. Siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan. 4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotor (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998: 34). Kelas yang baik adalah yang tenang. Guru tidak harus membuat satuan pelajaran. Sekarang, guru sudah harus mempersiapkan pelajaran sebelumnya. Di dalam kelas, siswa tidak harus duduk dengan diam, mereka boleh ramai asal tertib mengerjakan tugasnya demi tercapainya tujuan belajar. Dengan berubahnya tuntutan tentang ketertiban kelas, maka guru diperlukan mengetahui bagaimana mengelola kelas dalam berbagai pelaksanaan metode mengajar. Di dalam kelas menggunakan metode ceramah, suasana kelas tentu lain dengan dalam kelas yang menggunakan metode diskusi, dan akan lain pula dengan kelas yang menggunakan metode eksperimen. Guru yang telah memahami sedalam-dalamnya berbagai metode, maka akan dapat memahami pula bagaimana situasi yang dikehendaki sesuai dengan metode yang digunakan (Arikunto, 1996: 4).

3 Guru harus menghentikan tingkah laku siswa yang menyeleweng perhatian di kelas, memberikan penghargaan kepada siswa yang menyelesaikan tugas atau dapat menjawab pertanyaan guru serta penetapan norma-norma atau kelompok yang produktif. Sehingga ketika guru memasuki kelas, maka seorang guru punya dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen atau pengelolaan kelas. Masalah yang berkaitan dengan pengajaran yaitu usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung, seperti mengajukan pertanyaan, memberikan informasi, membuat satuan pelajaran dan lain sebagainya. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Demikian juga guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Untuk memiliki kemampuan tersebut, guru perlu membina diri secara baik, karena fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa secara profesional didalam proses belajar mengajar. Dalam membina kemampuan para siswa, sudah barang tentu guru harus memiliki kemampuan tersendiri. Adapun kemampuan yang harus dimiliki guru meliputi kemampuan mengawasi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa, baik

4 personal, profesional maupun sosial. Tindakan seorang guru akan lebih efektif dalam menangani disiplin kelasnya bila ia dapat mengidentifikasi secara tepat hakekat masalah yang dihadapi, sehingga ia dapat memilih strategi penanggulangannya secara tepat pula (Ametembun, 1981: 10). Guru merupakan pendidik dan pengajar yang menyentuh kehidupan pribadi siswa, oleh siswa sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Disisi lain, guru harus pula memahami dan menghayati wujud anak lulusan sekolah sebagai gambaran hasil didikannya yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan filsafat hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia (Natawidjaya, 1989: 2). Sekolah merupakan suatu pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab untuk terus mendidik siswanya. Untuk itu, sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sebagai realisasi tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Adapun penanggung jawab kegiatan proses belajar di dalam kelas adalah guru, karena gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif. Dalam sistem pendidikan, manajemen kelas merupakan daerah otoriter bagi seorang guru. Keberhasilan guru dalam mengajar atau mendidik siswanya dapat dilihat dari cara seorang guru mengelola kelas tersebut. Dalam pembinaan disiplin kelas, seorang guru dapat menggunakan berbagai pendekatan (Ametembun, 1981: 13). Agar efektif, setiap guru harus memahami pola-

5 pola pendekatan, sebab di dalam praktek penggunaannya ia terlebih dahulu harus meyakini bahwa pendekatan yang dipilih untuk menangani suatu kasus disiplin merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakekat problemanya. Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta dalam pembinaan disiplin kelas, para guru memberikan berbagai kelonggaran di kelas kepada setiap siswanya agar para siswa merasa tidak bosan. Akan tetapi, dengan pemberian kelonggaran yang leluasa ini justru sering terjadi kekacauan, kericuhan di kelas, sebab sebagian besar siswanya belum dapat mengembangkan perasaan dan sikap bertanggung jawab dalam penggunaan kebebasan itu, bahkan ada yang sengaja menyalah-gunakan kebebasan itu, seperti ketika guru menerangkan di depan kelas siswa sibuk bicara sendiri dengan temannya. Melihat fenomena di atas selanjutnya penulis mencoba mengadakan penelitian tentang pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru-guru di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta dengan judul Pengelolaan Kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 B. Penegasan Istilah Dalam penelitian ini penulis memberi judul Pengeloaan Kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan untuk menghindari kesalah pahaman serta perbedaan interpretasi mengenai judul skripsi ini, perlu diadakan batasan-batasan istilah atau penegasan terhadap judul tersebut, yaitu :

6 1. Pengelolaan Kelas Pengelolaan Kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar Moh. Uzer Usman (1990: 89) 2. Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta merupakan salah satu lembaga yang bernuansa Islami, yang mampu memberikan nilai religius, kemandirian, keadilan dan kerja sama dalam masyarakat dan juga memiliki kedisiplinan dalam belajar dan sarana prasarana yang memadai (Wawancara, dengan Kepala Madrasah, dilakukan pada 6 Oktober 2008). Pengelolaan kelas yang diterapkan oleh guru-guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta. Yaitu pengelolaan guru dalam mengurus, mengatur dan mengelola sekelompok siswa yang berada di ruang belajar sekolah. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu : 1. Bagaimanakah pengelolaan kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta? 2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pengelolaan kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta?

7 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Memperhatikan pokok masalah di atas, penulis mengadakan penelitian dengan tujuan : a. Untuk memahami pengelolaan kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta. b. Untuk memahami faktor pendukung dan penghambat yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengelolaan kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta. 2. Manfaat Penelitian a. Teoritis Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sebagai bahan pertimbangan tentang manajemen kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta. b. Praktis 1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan atau pengalaman tentang pengelolaan kelas. 2. Bagi Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta, menjadi tolak ukur pengelolaan kelas yang dilakukan, berhasil atau tidak sebagai masukan untuk upaya perbaikan jika terjadi kekurangan dan upaya peningkatan jika sudah berjalan dengan baik.

8 E. Kajian Pustaka Penelitian yang membahas secara khusus tentang pengelolaan kelas memang sedikit sekali, tidak seperti penelitian tentang manajemen pendidikan yang telah dilakukan oleh : 1. Sdr. Marsudi Tri Pambudi (UMS, 2003) dia meneliti tentang Manajemen Berbasis Sekolah dan Peningkatan Mutu SDM di SDIT Hidayah Surakarta Tahun 2003. Dalam penelitiannya dia menyimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dan para guru di sekolah. 2. Sedangkan Sdr. Marsono (UMS, 2003) dia meneliti tentang Manajemen Pendidikan di MTs N Mlinjon Klaten tahun 2003, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kepala sekolah yang profesional menentukan keberhasilan dalam pengelolaan pendidikan. 3. Bekti lestari (UMS, 2003) dalam skripsinya yang berjudul Manajemen Pendidikan Islam di Ponpes Modern Imam Syuhada Tahun 2002/2003 (Tinjauan Empiris), mengungkapkan bahwa manajemen yang baik merupakan tugas dan tanggung jawab personal sekolah khususnya leader (kepala sekolah) dalam rangka mencapai proses manajemen pendidikan Islam yang baik. Subjek pendidik harus saling mendukung dan bekerja sama dengan baik secara intern maupun ekstern Adapun penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai manajemen kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2008/2009. Berdasarkan pada

9 penelitian di atas, tampak belum ada yang meneliti tentang pengelolaan kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2008/2009. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jika ditinjau dari segi tempat penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), sebab data-data yang dikumpulkan dari lapangan langsung terhadap obyek yang bersangkutan, yaitu ke Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta 2. Metode Penentuan Subyek a. Populasi Menurut Mordalis (1995 : 52 ) populasi adalah semua individu yang yang menjadi sumber pengambilan sample, atau sekumpulan kasus telah memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru dan siswa, dengan jumlah guru sebanyak 3 orang, siswa 40 orang. Dengan demikaian jumlah keseluruhan populasi adalah sebanyak 43 orang. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, oleh karenanya pengambilan sampel harus dilakukan dengan cara. Sedimikian rupa sehingga dapat

10 diperoleh sampling yang benar benar mampumenggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. c. Sampling Teknik sampling adalah cara menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi (Nawawi, 1983: 152). Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik random sampling, dikarenakan jumlah yang bervariasi dan banyak jumlahnya. Teknik random sampling adalah pengambilan secara acak (random) tanpa pandang bulu. 3. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Metode observasi adalah metode pengamatan dan pencatatan dengan sistematika terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1982: 136). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data secara langsung, seperti tentang kegiatan belajar mengajar, penataan kelas, keadaan guru, siswa dan lainnya. b. Interview Metode interview adalah dialog yang dilakukan dari terwawancara (Arikunto, 1989: 126). Metode ini digunakan untuk mengetahui secara umum di tempat

11 penelitian yaitu Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta, seperti pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, keadaan siswa di kelas dan lain sebagainya. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 148). Metode ini gunakan untuk mendapatkan data tentang sejarah, letak geografis, fasilitas, keadaan guru, karyawan, siswa, struktur organisasi yang dapat mendukung dalam penelitian. 4. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data yang diperoleh akan menggunakan pendekatan deskriptif yaitu mendeskripsikan suatu fenomena atau keadaan. Sehubungan dengan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang bersifat eksploratif kwalitatif yaitu perolehan data yang digambarkan dengan kata atau kalimat menurut kategori untuk memperolah kesimpulan (Arikunto, 1989: 196). Metode berfikir yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah metode induktif-deduktif. Metode deduktif adalah suatu metode yang akan menganalisis suatu maksud dengan berangkat dari generalisasi dengan bersifat umum, kemudian ditarik fakta yang bersifat khusus (Hadi, 1987: 36). Metode induktif yaitu metode untuk menganalisis masalah yang berangkat dari generalisasi yang bersifat khusus kemudian ditarik fakta yang bersifat umum (Hadi, 1987: 42).

12 Untuk memperkuat analisis deduktif-induktif, penulis menggunakan analisis SWOT yaitu : (Strength: kekuatan), (Weakness: kelemahan), (Opportunity: peluang), (Threat: ancaman). Setelah itu penulis memberikan kesimpulan terhadap pelaksanaan pengelolaan kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta. G. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian yang sistematis untuk mempermudah pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang ada. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, metode analisis, sistematika penulisan skripsi. Bab II : Membahas tentang pengelolaan kelas, unsur-unsur pengelolaan kelas, tujuan pengelolaan kelas. Bab III : Pengelolaan kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta, yang berisi tentang : A. Gambaran umum lokasi penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta yang meliputi : sejarah berdiri, letak geografis, visi dan misi, tujuan sekolah, struktur organisasi.

13 B. Pengelolaan kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta, yang meliputi : pelaksanaan pengelolaan kelas di Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta. Pelaksanaan ini meliputi : pengelolaan kelas yang menyangkut siswa dan pengelolaan kelas yang menyangkut fisik siswa. Selain itu juga membahas faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan pengelolaan kelas di sekolah tersebut. Bab IV : Analisis data Bab V : Penutup, meliputi: kesimpulan, saran-saran dan penutup. Dilanjutkan daftar pustaka, lampiran daftar riwayat hidup penulis.