I. PENDAHULUAN. dengan guru, siswa dengan lingkungan, dan siswa dengan sesamanya serta siswa. dan penyampaian (media informasi pendidikan) yang tepat.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. siswa untuk berfikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang

I. PENDAHULUAN. rendah hingga makhluk hidup tingkat tinggi. Biologi tidak hanya terdiri atas

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

I. PENDAHULUAN. anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mahluk hidup, lingkungan, dan interaksinya.

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan mengandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 1 di

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. diperoleh melalui kegiatan ilmiah yang disebut metode ilmiah (Depdiknas,

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur,susunan,sifat

I. PENDAHULUAN. Siswa sulit untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran fisika dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

I. PENDAHULUAN. mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Hasil survey PISA tahun 2012 pada aspek sains, Indonesia mendapatkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa,

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

I. PENDAHULUAN. tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

I. PENDAHULUAN. siswa ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

1. PENDAHULUAN. Diantara banyak siswa menganggap mata pelajaran fisika adalah satu bidang

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan syarat mutlak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan. dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikat pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

I. PENDAHULUAN. siswa kelas XI IPA adalah mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan. larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama dalam kehidupan suatu bangsa, karena

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

I. PENDAHULUAN. beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebihlebih. bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kepada siswa agar mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan. proses dan produk. Salah satu bidang sains yaitu ilmu kimia.

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu IPA yang mempelajari tentang gejalagejala

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bertukar informasi. Pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

I. PENDAHULUAN. dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

I. PENDAHULUAN. Pendidikan pada umumnya identik dengan tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem pencernaan termasuk ke dalam mata pelajaran Biologi.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang kompleks dan mengandung unsur pendidikan. Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan, dan siswa dengan sesamanya serta siswa dengan berbagai sarana yang ada. Dari berbagai interaksi tersebut, diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang disebut hasil belajar. Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal apabila dilakukan dengan metode instruksional dan penyampaian (media informasi pendidikan) yang tepat. Pembelajaran biologi menekankan pada pendekatan keterampilan siswa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori, dan sikap ilmiah yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan. Proses pembelajarannya memberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi, memahami alam sekitar secara ilmiah, dan untuk memahami konsep serta proses sains (Depdiknas, 2003: 6). Pemanfaatan metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan menambah motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahamannya. Pemilihan metode yang tepat menjadi penting agar pembelajaran bisa maksimal, sehingga siswa tidak hanya mendengar apa yang disampaikan oleh guru, tetapi juga dapat melakukan penemuan sendiri.

Materi pokok dalam pembelajaran biologi menpunyai karakteristik yang berbedabeda. Materi pokok Sistem Pencernaan manusia dan hewan merupakan suatu materi yang dapat diberikan kepada siswa dengan mengajak siswa berfikir melalui pengetahuan sains siswa serta melatih keterampilan proses sains siswa. Sebagai contoh, melatih siswa melakukan pengamatan langsung yang dapat dilakukan dengan cara praktikum, melatih siswa melihat sebab dan akibat sesuatu dapat terjadi sebagai contoh pada saat kita merasa lapar atau kekurangan energi, dengan memakan sepiring nasi beserta lauk pauk dan sayur mayur, beberapa menit kemudian rasa lapar kita menjadi hilang, dan selain itu juga siswa dapat mengetahui zat-zat apa saja yang terkandung dalam bahan makanan yang ia makan serta fungsinya bagi tubuh, dan siswa pun dapat mengetahui alat-alat pencernaan apa saja yang digunakan pada saat melakukan proses pencernaan makanan tersebut serta melatih siswa untuk dapat memprediksi dalam pembelajaran. Karakteristik materi Sistem Pencernaan dapat diajarkan kepada siswa melalui pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Secara garis besar dalam proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing guru sebagai fasilisator menciptakan proses belajar aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian metode penemuan terbimbing dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa karena dalam metode ini siswa diajak untuk dapat menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, selain itu metode ini juga dapat membangkitkan semangat siswa, karena siswa dapat merasakan jerih payah penyelidikannya, metode ini pun dapat menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang telah dilakukan, proses pembelajaran Biologi kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung, diketahui bahwa proses pembelajaran biologi yang berlangsung masih menggunakan metode sederhana atau konvensional yaitu dengan cara ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa terpaksa harus menghafal dan menerima materi pelajaran tersebut dengan serta merta walaupun tidak dapat membuktikan. Anak-anak cenderung berpikir dari konkret ke abstrak. Hal ini menyebabkan keterampilan proses sains siswa pada materi sistem pencernaan manusia masih rendah karena cara pembelajaran seperti ini justru menyebabkan siswa hanya mengenal peristilahan sains secara hafalan tanpa makna, Salah satu pembelajaran yang dapat menciptakan keaktifan siswa saat proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Menurut Gellagher (dalam Iksanuddin 2007:16). Pembelajaran penemuan terbimbing adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, siswa dilibatkan secara langsung dalam proses menemukan fakta-fakta dan konsep-konsep, dengan menggunakan metode penemuan terbimbing diharapkan dapat tercapai ke lima indikator (mengamati, mengklasifikasikan, mengukur, memprediksi, dan menyimpulkan) sehingga dapat terungkap keterampilan proses sains pada setiap siswa, untuk mengungkap keterampilan proses sains siswa peneliti menggunakan metode penemuan terbimbing.

Penggunaan metode penemuan terbimbing memberikan kebaikan-kebaikan diantaranya : 1) metode penemuan terbimbing meningkatkan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. Hal ini disebabkan karena siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan keteraturan dan hal-hal yang berhubungan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri, 2) karena siswa itu telah berhasil dalam penemuannya, ia memperoleh suatu kepuasan intelektual yang datang dari dalam, sehingga membangkitkan gairah pada siswa karena siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, 3) seorang siswa dapat belajar bagaimana melakukan penemuan, hanya melalui proses melakukan penemuan itu sendiri, 4) belajar melalui penemuan terbimbing menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, 5) metode penemuan terbimbing ini membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. (Suryosubroto, 2002:200-201). Penelitian yang telah dilakukan oleh Sarinah (2009 : 42) di dalam skripsinya menyimpulkan bahwa adanya peningkatan menggunakan metode inkuiri terhadap keterampilan proses sains siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase tiap jenis keterampilan proses sains (KPS) siswa mengalami peningkatan dari pretes ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II sebagai berikut: KPS indikator observasi mengalami peningkatan sebesar 29,53 %, indikator pengukuran dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yaitu sebesar 26,53%. Sedangkan KPS pengkomunikasiaan dan penarikan kesimpulan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II masing-masing sebesar 9,38% dan 12,12%.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mencoba menerapkan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran materi pokok sistem pencernaan manusia karena dengan menggunakan metode penemuan terbimbing diharapkan mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa, dengan metode ini siswa di ajak untuk dapat menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar selain itu juga keterampilan proses sains dapat membantu siswa menemukan bakat dan pengalaman secara langsung. Atas dasar hal-hal tersebut, peneliti ingin mengkaji pengaruh penerapan metode penemuan terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa materi pokok sistem pencernaan kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung. Salah satu metode pembelajaran yang diketahui dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Adakah pengaruh penerapam metode penemuan terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung? 2. Apakah rata-rata KPS siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih tinggi daripada KPS siswa yang tidak menggunakan metode penemuan terbimbing? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode penemuan terbimbing terhadap keterampilan proses sains 2. Untuk mengetahui rata-rata keterampilan proses sains antara kelas yang menggunakan metode penemuan terbimbing dan kelas yang tidak menggunakan metode penemuan

terbimbing. D. Manfaat Penelitian 1) Bagi siswa, dapat lebih memahami materi pembelajaran yang dipelajari 2) Bagi guru biologi, sebagai ; (a) bahan informasi tentang efektivitas model pembelajaran penemuan terbimbing, (b) alternative model pembelajaran biologi 3) Bagi sekolah ; dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran biologi 4) Bagi peneliti;(a) penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar berupa pengalaman untuk menjadi calon guru,(b) memberikan wawasan kepada peneliti sebagai landasan teoritis mengembangkan pembelajaran penemuan terbimbing E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : a. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI semester Genap SMA N 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011, dengan kelas XI IPA2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA3 sebagai kelas kontrol. b.keterampilan proses adalah keterampilan yang dimiliki oleh siswa untuk dapat menemukan fakta-fakta, konsep-konsep dan teori-teori tentang ilmu pengetahuan secara ilmiah. c. Penemuan terbimbing adalah proses mental siswa dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya mengamati, menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. d.materi pokok pada penelitian ini adalah materi pokok sistem pencernaan kelas XI IPA

F. Kerangka Pikir Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang karena pengalaman berulang-ulang yang merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Dalam belajar diperlukan cara yang mememudahkan seseorang untuk mempelajari dan memahami suatu pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran seringkali siswa dihadapkan pada materi-materi yang penyampaiannya hanya didominasi oleh guru, tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri hal-hal baru berdasarkan pengalaman dan pengetahuan siswa yang dimilikinya., sehingga materi tersebut sulit dipahami oleh siswa. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dengan berlandaskan pada keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa. Metode penemuan terbimbing (Discovery) adalah proses penemuan suatu konsep yang dilakukan oleh siswa dengan melakukan percobaan dan pelatihan terbimbing. Pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri mengikuti suatu proses, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, memprediksi dan menyimpulkan. Memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep-konsep dengan bantuan atau dibawah bimbingan guru. Dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains biologi di sekolah siswa perlu didorong untuk secara aktif melakukan kegiatan agar dapat menemukan masalahmasalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Metode penemuan terbimbing dipandang cocok untuk materi pokok sistem pencernaan, karena pada metode ini siswa dibimbing agar selalu aktif untuk menemukan sendiri sesuatu yang baru, sehingga diharapkan siswa dapat mempunyai pemahaman yang lebih baik dan dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Dengan melakukannya sendiri kegiatan pembelajaran maka keterampilan proses sains siswa akan menjadi lebih baik sehingga keterampilan proses sains yang dimiliki siswa dapat berjalan secara optimal. Berdasarkan hal ini peneliti berasumsi bahwa pengaruh penerapan metode penemuan terbimbing dapat mendorong keterampilan proses siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel terikat ditunjukkan dengan penggunaan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains, sedangkan variabel bebas ditunjukkan dengan metode penemuan terbimbing. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada tabel dibawah ini X1 Y X2 Gambar 1. Desain kerangka pikir Keterangan :X1 : Variabel bebas yang menggunakan metode penemuan terbimbing; X2 : Variabel bebas tanpa menggunakan metode penemuan terbimbing; Y : Variabel terikat yaitu keterampilan proses sains G. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. H0 = tidak ada pengaruh penggunaan metode penemuan terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa. H1 = ada pengaruh penggunaan metode penemuan terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa. 2. H0 = Rata- rata KPS materi sistem pencernaan manusia dan hewan yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih tinggi atau sama dengan rata-rata KPS yang tanpa menggunakan metode penemuan terbimbing. H1 = Rata- rata KPS materi sistem pencernaan manusia dan hewan yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih rendah atau sama dengan rata-rata KPS yang pembelajarannya tanpa menggunakan metode penemuan terbimbing.