PENGARUH TERAPI BEKAM SATU TITIK TERHADAP TINGKAT TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI DUSUN DAWUNG MAGELANG NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang melebihi 140/90 mmhg yang dikonfirmasikan pada berbagai kesempatan

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA DUSUN BANARAN 8 PLAYEN GUNUNGKIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

PENGARUH JUS TOMAT TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA DI DUSUN NITEN NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

WIJI LESTARI J

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

PENGARUH MASSAGE TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA KALIREJO KABUPATEN PURWOREJO

PENGARUH PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

ABSTRAK PENGARUH SEDUHAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan. Oleh: MARYANTI NIM G2B PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

ABSTRAK. EFEK TERAPI AJUVAN EKSTRAK DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP PENDERITA HIPERTENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE

ABSTRAK. EFEK BUAH MELON SKY ROCKET (Cucumis melo L.) TERHADAP TEKANAN DARAH

PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat dari

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK ALANG-ALANG (Imperata cylindrica (L.) P. Beauv) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TINGKAT HIPERTENSI LANJUT USIA DI POSYANDU PUCANGANOM RONGKOP GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sukoharjo dengan luas wilayah Ha yang merupakan 9,40% dari luas. dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tekanan darah setiap hari. Tekanan darah merupakan. faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

ABSTRAK. EFEK LABU SIAM (Sechium edule Swartz) TERHADAP TEKANAN DARAH PEREMPUAN DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

Transkripsi:

PENGARUH TERAPI BEKAM SATU TITIK TERHADAP TINGKAT TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI DUSUN DAWUNG MAGELANG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: EKA PUSPITA WAGYATI 201310201157 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2015

PENGARUH TERAPI BEKAM SATU TITIK TERHADAP TINGKAT TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI DUSUN DAWUNG MAGELANG NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun oleh: EKA PUSPITA WAGYATI 201310201157 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2015

PENGARUH TERAPI BEKAM SATU TITIK TERHADAP TINGKAT TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI DUSUN DAWUNG MAGELANG 1 Eka Puspita Wagyati 2, Suratini 3, Sugiyanto 4 STIKES Aisyiyah Yogyakarta E-mail: ekapuspitaakira@gmail.com INTISARI ABSTRAK: Di Indonesia hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis. Tahun 2008, di Kabupaten Magelang terdapat penderita hipertensi sebanyak 26.908 jiwa, sedangkan tahun 2014 di Dusun Dawung terdapat 50% lansia hipertensi. Hipertensi jika dibiarkan dapat berkembang menjadi komplikasi serius bahkan menyebabkan kematian. Salah satu pengobatan alternatif yang dapat mengatasi hipertensi adalah bekam, karena mekanisme bekam mampu membuat vaso dilatasi pada kapiler dan arteriol sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Tujuannya diketahui pengaruh terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah pada lansia hipertensi di Dusun Dawung magelang. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan non equivalent control group. Penelitian dilakukan tanggal 13 Oktober 2014 sampai dengan tanggal 9 Februari 2015 di Dusun Dawung Magelang. Populasinya sebanyak 20 orang dan dibagi menjadi 2 kelompok. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Uji normalitas data menggunakan shapiro wilk. Analisis data menggunakan uji paired t-test dan wilcoxon. Hasil uji statistik dengan paired t-test yaitu p value untuk tekanan darah sistolik pre dan post pada kelompok intervensi sebesar p (0,002) < 0,05 dan untuk tekanan diastolik pre dan post kelompok intervensi yaitu p value (0,81) > 0,05, jadi ada pengaruh terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah sistolik pre dan post pada kelompok intervensi. Kata kunci : terapi bekam, tingkat tekanan darah, lansia, hipertensi ABSTRACT: In Indonesia, hypertension is the third deadly disease after stroke and tuberculosis. In Magelang county found 26.908 people whose a case hypertension, even though, in Dawung village found 50% elderly with hypertension. Hypertension can transform to serious complication even sudden death if it is not treatedwell. One of alternative medications that can cure hypertension is cuping. Mechanism in cuping can create dilatation vaso in capillary and arteriole so that can decrease blood pressure. The research aims at investigating the effect one point cuping therapy toward blood pressure on hypertension elderly in Dawung Village Magelang. This research used Quasi Experiment method with Non Equivalent Control Group design. This research was conducted on December 24 th, 2014 until January 13 th, 2015 in Dawung Village Magelang. Research population was 20 people. Research samples

from the population were divided into 2 groups by using total sampling technique. Data normality test used Shapiro Wilk. Data were analyzed using Paired t-test and Wilcoxon test. The statistic test results from Paired T-test show that p value for pre and post systolic blood pressure on experiment group is p (0.002)<0.05. The statistic test results from Paired T-test show that p value for pre and post diastolic blood pressure on experiment group is p (0.81)>0.05, so there is effect of one point cuping therapy toward pre and post systolic blood pressure level on experiment group. Keywords : Cuping Therapy, Level of Blood Pressure, Hypertension PENDAHULUAN Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional di berbagai bidang, yaitu bidang ekonomi, perbaikan lingkungan, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup penduduknya, akibatnya jumlah penduduk menjadi meningkat, demikian juga pada penduduk yang berusia lanjut. Saat ini diperkirakan jumlah lansia di seluruh dunia mencapai 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2009). Umumnya pada usia 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Pergeseran pola perekonomian dari pertanian ke industri mengakibatkan pola penyakit juga bergeser, dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular atau sering dikenal dengan sebutan penyakit degeneratif. Survei rumah tangga yang telah dilakukan pada tahun 1980, menyebutkan bahwa angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun sebesar 25,70% (Nugroho, 2009). Hal-hal yang menduduki urutan pertama yang sering menjadi penyebab utama kematian pada lansia yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah (Nugroho, 2009). Penyebab terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah pada lansia karena umumnya organ jantung mengalami penurunan kekuatan otot dan berkurangnya elastisitas jantung serta pembuluh darah. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi pada lansia (Gray et al., 2005). Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi tanpa diketahui tanda-tanda yang jelas (silent killer). Seseorang yang menderita hipertensi maka penyakit ini diam-diam akan menggerogoti kesehatan, baik disertai gejala atau tidak. Ancaman terhadap kesehatan yang diakibatkan karena hipertensi terus berlangsung. Hipertensi merupakan penyakit dengan angka kejadian yang cukup tinggi dan dikaitkan dengan kematian dari hampir 14 ribu pria di Amerika setiap tahunnya (Sustrani, Alam & Handibroto, 2006). Gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lain. Walaupun hipertensi sering disebut dengan silent killer, namun jika seseorang yang menderita hipertensi dan keluarganya cepat dan tanggap dalam menanggapinya maka tidak akan terlambat untuk menyelamatkan penderita hipertensi tersebut dari komplikasi lanjut dan kematian. (Sustrani, Alam & Handibroto, 2006). Kejadian hipertensi lebih rendah pada jenis kelamin perempuan dibandingkan pada jenis kelamin laki-laki.namun demikian, perempuan yang mengalami masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena hormon estrogen, yang dapat

melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler. Hormon estrogen ini kadarnya akan semakin menurun setelah menopause (Armilawati, Amalia & Amiruddin, 2007). Pada 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang yang terkena hipertensi. Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32 persen pada 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7 persen, sedangkan 39,2 persen adalah wanita (Widiyani, 2013). Hipertensi di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberculosis, yaitu mencapai 6, 7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. (Priyanto, 2010). Hipertensi jika dibiarkan dapat berkembang menjadi gagal jantung kronik, stroke, serta pengecilan volume otak, sehingga kemampuan fungsi kognitif dan intelektual seorang penderita hipertensi akan berkurang. Dampak dari hipertensi dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan kematian mendadak (Sustrani, Alam & Handibroto, 2006). Hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar bagi penderitanya untuk menderita stroke dan 6 kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung dan berisiko besar mengalami gagal ginjal, serta 5 kali lebih besar kemungkinan mengalami gagal jantung (Sustrani, Alam & Handibroto, 2006). Masyarakat masih beranggapan bahwa penyakit hipertensi sebagai penyakit yang biasa dan cenderung terlambat dalam melakukan pemeriksaan dini, sehingga terkadang telah terjadi dampak yang lebih berat (Kusumawati & Zulaekah, 2009). Pemerintah telah memberikan perhatian serius dalam penanggulangan dan pencegahan penyakit tidak menular termasuk di dalamnya, yaitu hipertensi. Hal ini dapat dilihat dengan dibentuknya Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No. 1575 Tahun 2005, tugas Direktorat Pengendalian Penyakit Menular adalah melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi. (Pusat Komunikasi Publik, 2007). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi hipertensi, seperti penyusunan berbagai kebijakan berupa pedoman Juklak dan Juknis pengendalian hipertensi. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan yaitu kegiatan The Scientic Meeting on Hipertension, yang meliputi kegiatan pencegahan dan penanggulangan hipertensi yang sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah, sebagai penguat logistik dan distribusi untuk mendeteksi dini faktor risiko hipertensi (Pusat Komunikasi Publik, 2007). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen atau rancangan eksperimen semu dengan bentuk rancangan Non Equivalent Control Group. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bekam satu titik dan variable terikat yaitu tingkat tekanan darah. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia penderita hipertensi di Dusun Dawung Magelang yang bejumlah 25 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan total sampling sebanyak 20 orang lansia yang mengalami hipertensi yang ada di Dusun Dawung Magelang. Penelitian ini menggunakan alat dan pengumpulan data, yaitu ceklist, lembar pengukuran tekanan darah, spygmomanometer dan stetoskop serta alat bekam. Untuk mengetahui perbedaaan tingkat tekanan darah setelah diberikan terapi bekam satu titik kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji paired t-test dan uji wilcoxon.

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memberikan terapi bekam satu kali dan jeda selama 3 minggu, yaitu sejak tanggal 24 Desember 2014 sampai dengan tanggal 13 Januari 2015 di Dusun Dawung, Kelurahan Banjarnegoro, Kecamatan mertoyudan, Magelang. Dusun Dawung mempunyai luas wilayah 50.354 ha. Dusun Dawung mempunyai batas-batas wilayah, yaitu di sebelah barat berbatasan dengan sungai progo, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Ngasem dan Dusun Kentangan sebelah selatan dengan Dusun Pirikan dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Bulurejo. Jumlah penduduk yang tinggal di Dusun Dawung ±1100 jiwa, yang terdiri dari 810 orang dewasa,110 remaja, 70 balita, 80 anak-anak, 50 orang lansia. Dusun Dawung memiliki beberapa fasilitas dan lokasinya dekat dengan puskesmas, yaitu puskesmas Mertoyudan II yang kira-kira berjarak ±2 km dari Dusun Dawung. Saat ini di Dusun Dawung ada 2 posyandu yang aktif dilaksanakan yaitu posyandu lansia dan posyandu balita. Kegiatan di posyandu lansia dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. Untuk kegiatan posyandu lansia pelaksanaanya didampingi oleh seorang perawat dan 2 orang kader posyandu. Jadwal kegiatan pada posyandu lansia tidak menentu, jadwalnya tergantung dari kesanggupan waktu dari perawat yang mendampingi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Pelayanan posyandu lansia di Dusun Dawung cukup memadai karena terdapat pelayanan cek tekanan darah, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, cek kolesterol, cek kadar gula darah serta cek kadar asam urat. Data yang diperoleh dari kegiatan posyandu lansia menyebutkan bahwa terdapat 50 orang lansia yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia dan terdapat25 orang lansia yang mengalami hipertensi. Kebanyakan lansia yang mengalami hipertensi hanya menganggap hal tersebut sebagai hal yang biasa. Mereka juga mengatakan bahwa mereka tidak pernah mencoba cara alternatif ataupun obat herbal untuk mengatasi hipertensi. Karakteristik responden penelitian Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan penyakit penyerta pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol No Kelompok Intervensi Kontrol Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Usia 60-74 tahun 6 60% 8 80% 75-90 tahun 4 40% 2 20% Jenis Kelamin Perempuan 10 100% 10 100% Pendidikan Tidak sekolah 10 100% 10 100% Pekerjaan Buruh tani 3 30% 4 40% Ibu rumah 5 50% 3 30% tangga Pedagang 2 20% 3 30%

IMT Normal 10 100% 10 100% Kebiasaan minum alkohol dan merokok Tidak ada 10 100% 10 100% penyakit penyerta Tidak ada 10 100% 10 100% Tabel 1 menunjukkan bahwa semua responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 20 orang, masing-masing 10 orang sebagai kelompok intervensi dan 10 orang sebagai kelompok kontrol, dengan persentase masing-masing kelompok sebesar 100%. Kelompok intervensi, responden paling banyak pada usia 60-74 tahun, yaitu sebanyak 6 orang (60%) dan yang paling sedikit pada usia 75-90 tahun yaitu sebanyak 4 orang (40%). Pada kelompok kontrol, responden paling banyak pda usia 60-74 tahun, yaitu sebanyak 8 orang (80%) dan jumlah responden yang paling sedikit yaitu pada usia 75-90 tahun yaitu sebanyak 2 orang (20%). Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok intervensi maupun kelompok kontrol yaitu sebanyak 20 orang yang masing-masing anggota kelompok memiliki jumlah 10 orang (100%) tidak bersekolah. Pada kelompok intervesi, responden paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 5 orang (50%) dan yang paling sedikit yaitu responden yang bekerja sebagai pedagang dengan jumlah 2 orang (20%). Pada kelompok kontrol, responden yang paling banyak bekerja sebagai buruh tani yaitu sebanyak 4 orang (40%) dan yang paling sedikit terdapat 2 data yaitu responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan jumlah 3 orang (30%) dan responden yang bekerja sebagai pedagang dengan jumlah 3 orang (30%). Pada kelompok intervensi yaitu sebanyak 10 orang (100%) dan pada kelompok intervensi yaitu sebanyak 10 orang (100%) mempunyai status IMT normal. semua responden baik pada kelompok intervensi yaitu sebanyak 10 orang (100%) dan pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 10 orang (100%) tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol. Semua responden baik pada kelompok intervensi yaitu sebanyak 10 orang (100%) dan pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 10 orang (100%) tidak mempunyai penyakit penyerta. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik kelompok Intervensi Pada Lansia Hipertensi Tabel 2 Tingkat hipertensi tekanan darah sistolik sebelum kelompok intervensi pada lansia hipertensi di Dusun Dawung Magelang di Dusun Dawung Magelang 1 Hipertensi derajat I 4 40% 2 Hipertensi derajat II 6 60% Total 10 100% Tabel 2 menunjukkan kategori derajat hipertensi pada setiap responden. Data pada tabe pre test menyebutkan bahwa terdapat 4 orang yang masuk ke dalam kategori hipertensi derajat I dan 6 orang yang termasuk ke dalam kategori hipertensi derajat II. Tabel 3 Tingkat hipertensi tekanan darah sistolik sesudah kelompok intervensi pada lansia hipertensi di Dusun Dawung Magelang di Dusun Dawung Magelang 1 Pra Hipertensi 2 20%

2 Hipertensi derajat I 3 30% 3 Hipertensi derajat II 5 50% Rerata 10 100% Tabel 3 menunjukkan kategori derajat hipertensi pada setiap responden. Pada tabel post test menyebutkan bahwa terdapat 2 orang dengan kategori pra hipertensi, 5 orang dengan kategori hipertensi derajat I dan 3 orang dengan kategori hipertensi derajat II. Tabel 4 Tingkat hipertensi tekanan darah diastolik sebelum kelompok intervensi pada lansia hipertensi di Dusun Dawung Magelang di Dusun Dawung Magelang 1 Pra Hipertensi 1 10% 2 Hipertensi derajat I 5 50% 3 Hipertensi derajat II 4 40% Rerata 10 100% Tabel 4 menunjukkan kategori derajat hipertensi pada setiap responden. Data pada tabel pre test menyebutkan bahwa terdapat 1 orang responden dengan kategori pra hipertensi, 5 orang responden dengan kategori hipertensi derajat I dan sebanyak 4 orang termasuk kategori hipertensi derajat II. Tabel 5 Tingkat hipertensi tekanan darah diastolik sesudah kelompok intervensi pada lansia hipertensi di Dusun Dawung Magelangdi Dusun Dawung Magelang 1 Pra Hipertensi 2 20% 2 Hipertensi derajat I 5 50% 3 Hipertensi derajat II 3 30% Rerata 10 100% Tabel 5 menunjukkan kategori derajat hipertensi pada setiap responden.pada tabel post test menyebutkan bahwa tedapat 2 orang dengan kategori pra hipertensi, 5 orang dengan kategori hipertensi derajat I dan 3 orang dengan kategori hipertensi derajat II. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik kelompok Kontrol Pada Lansia Hipertensi Tabel 6 Tingkat hipertensi tekanan darah sistolik sebelum kelompok kontrol pada lansia hipertensi di Dusun Dawung Magelang di Dusun Dawung Magelang 1 Hipertensi derajat I 7 70% 2 Hipertensi derajat II 3 30% rerata 10 100% Pada tabel 6 memperlihatkan kategori derajat hipertensi pada setiap responden. Data pada table pre test menunjukkan bahwa terdapat 7 orang dengan kategori hipertensi derajat I dan 3 orang responden dengan kategori hipertensi derajat II. Tabel 7 Tingkat hipertensi tekanan darah sistolik sesudah kelompok kontrol pada lansia hipertensi di Dusun Dawung Magelangdi Dusun Dawung Magelang 1 Hipertensi derajat I 7 70%

2 Hipertensi derajat II 3 30% Rerata 10 100% Pada tabel 7 memperlihatkan kategori derajat hipertensi pada setiap responden. Data pada table pre test menunjukkan bahwa terdapat 7 orang dengan kategori hipertensi derajat I dan 3 orang responden dengan kategori hipertensi derajat II. Tabel 8 Tingkat hipertensi tekanan darah diastolik sebelum kelompok kontrol pada lansia hipertensi di Dusun Dawung Magelang di Dusun Dawung Magelang 1 Pra hipertensi 2 20% 2 Hipertensi derajat I 5 50% 3 Hipertensi derajat 3 30% II rerata 10 100% Pada tabel 8 memperlihatkan kategori derajat hipertensi pada setiap responden. Data pada table pre test menunjukkan bahwa terdapat 2 orang yang termasuk kategori pra hipertensi, 5 orang yang termasuk hipertensi derajat I dan 3 orang termasuk hipertensi derajat II. Tabel 9 Tingkat hipertensi tekanan darah diastolik sesudah kelompok kontrol pada lansia hipertensi di Dusun Dawung Magelang 1 Pra hipertensi 2 20% 2 Hipertensi derajat I 6 60% 3 Hipertensi derajat II 2 20% Rerata 10 100% Pada tabel 9 memperlihatkan kategori derajat hipertensi pada setiap responden. Pada tabelpost test menunjukkan bahwa terdapat 2 orang yang termasuk kedalam kategori pra hipertensi, 6 orang termasuk kedalam kategori kategori hipertensi derajat I dan 2 orang termasuk ke dalam kategori hipertensi derajat II. Pengaruh terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah pada lansia hipertensi di Dusun Dawung Magelang. Hasil uji statistik Paired T-test tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post pada kelompok intervensi Tabel 10 Hasil uji statistik Paired T-test sistolik dan diastolik pre dan post pada kelompok intervensi Variabel Mean Sd t Hitung p Value Pre-post 6.50000 4.743 4.333 0.002 sistolik Pre-post diastolik 1.50000 2.415 1.964 0.81 Pada tabel 10 diperoleh hasil uji statistik dengan menggunakan Paired T-test yaitu p value untuk tekanan darah sistolik pre dan post pada kelompok intervensi sebesar 0,002, dimana p (0,002) < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa

diterima dan ditolak, artinya ada pengaruh terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi, sedangkan p value untuk tekanan darah diastolik pre dan post pada kelompok intervensi sebesar 0,81, dimana p(0,81) > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ditolak dan diterima, artinya tidak ada pengaruh terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi dan terapi bekam kurang efektif dalam menurunkan tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi. Hasil Uji Statistik Wilcoxon Tekanan Darah Sistolik Pre dan Post Pada Kelompok Kontrol Tabel 11 Hasil uji Statistik Wilcoxon tekanan darah sistolik pre dan post pada kelompok kontrol Variabel Z p Value Pre-post sistolik kelompok kontrol.000 1.000 Berdasarkan tabel 11 diperoleh hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon yaitu p value untuk tekanan darah sistolik pre dan post pada kelompok kontrol sebesar 1.000, dimana p (1.000) > 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ditolak dan diterima, yang artinya tidak ada pengaruh pada kelompok yang tidak diberi terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi. Hasil Uji Statistik Paired T-test Tekanan Darah Diastolik Pre dan Post Pada Kelompok Kontrol Tabel 12 Hasil uji statistik Paired T-test tekanan darah diastolik pre dan post pada kelompok kontrol Variabel Mean Sd t hitung p value Pre-post diastolik 4.00000 8.432 1.500 0.168 Berdasarkan tabel 12 diperoleh hasil uji statistik dengan menggunakan Paired t-test yaitu p value untuk tekanan darah diastolik pre dan post pada kelompok kontrol sebesar 0,168, dimana p (0,168) > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ditolak dan diterima, artinya tidak ada pengaruh terapi bekam satu titik pada kelompok yang tidak diberi terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi. PEMBAHASAN Hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Dusun Dawung Magelang, maka diperoleh hasil pengukuran tekanan darah sistolik saat pre dan post pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa terdapat 6 orang responden yang tekanan darah sistoliknya mengalami penurunan sebesar 10 mmhg, 1 orang responden mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmhg dan 3 orang responden tidak mengalami perubahan tekanan darah sistolik. Pada hasil pengukuran tekanan darah diastolik saat pre dan post pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa terdapat 3 orang yang mengalami penurunan pada tekanan darah diastolik dengan jumlah

sebesar 5mmHg, sedangkan 7 orang responden tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik. Perbedaan ini dikarenakan mekanisme kerja bekam pada satu titik, yaitu di kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan sel mast atau basofil, akibat dari kerusakan ini maka akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine, bradikinin, slow reacting substance (srs), serta zat-zat berbahaya yang lain. zat-zat ini menyebabkan terjadinya vasodilatasi kapiler dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler ini juga dapat terjasi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman. Hal ini menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi saluran darah, yang berakibat timbulnya relaksasi otot-otot yang kaku serta akan menurunkan tekanan darah secara stabil, maka terapi bekam dapat menyembuhkan hipertensi (Dunsmuir, 2007). Hal ini didukung oleh penelitian Fera Mustika (2012) dengan judul pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada pasien hioertensi di Klinik De Besh Centre Arrahman dan Rumah Sehat Sabbishima kota Padang. Metode penelitian yaitu pre eksperimen dengan model one group pre test post test pada 20 orang responden hipertensi yang diambil secara accidental sampling.teknik analisis data menggunakan uji wilcoxon. Hasil yang diperoleh pada uji tersebut yaitu sebesar p (0.000) pada sistolik, dimana p (0.000) < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa bekam dapat menurunkan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi. Pada hasil pengukuran tekanan darah sistolik saat pre dan post pada kelompok kontrol menunjukkan terdapat 3 orang responden mengalami peningkatan yang masing-masing sebesar 15 mmhg, 10 mmhg dan 5 mmhg serta 2 orang responden mengalami penurunan yang masing-masing sebesar 25 mmhg dan 10 mmhg dan juga terdapat 5 orang responden tidak mengalami perubahan tekanan darah sistolik. Pada tekanan darah sistolik pre dan post kelompok kontrol terlihat tidak ada perbedaan, Pada hasil pengukuran tekanan darah diastolik saat pre dan post pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa terdapat 1 orang responden mengalami penurunan sebesar 20 mmhg, 3 orang responden mengalami penurunan sebesar 10 mmhg, 1 orang responden mengalami peningkatan sebesar 10 mmhg dan 5 orang responden tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik. Tidak adanya perbedaan pada tekanan darah sistolik maupun diastolik saat pre dan post test pada kelompok kontrol dikarenakan tidak diberikannya terapi bekam pada kelompok kontrol serta usia, jenis kelamin, status ekonomi, tingkat pendidikan, asupan garam dan tingkat aktivitas dapat mempengaruhi tekanan darah responden. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan Paired T-test yaitu p value untuk tekanan darah sistolik pre dan post pada kelompok intervensi sebesar 0,002, dimana p (0,002) < 0,05, artinya ada pengaruh terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Paired T-test yaitu p value untuk tekanan darah diastolik pre dan post pada kelompok intervensi sebesar 0,81, dimana p(0,81) > 0,05, artinya tidak ada pengaruh terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon yaitu p value untuk tekanan darah sistolik pre dan post pada kelompok kontrol sebesar 1.000, dimana p (1.000) > 0.05, yang artinya tidak ada pengaruh pada kelompok yang tidak

diberi terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan paired t-test yaitu p value untuk tekanan darah diastolik pre dan post pada kelompok kontrol sebesar 0,168, dimana p (0,168) > 0,05, artinya tidak ada pengaruh terapi bekam satu titik pada kelompok yang tidak diberi terapi bekam satu titik terhadap tingkat tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi. Saran Bagi lansia diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang hipertensi dan alternatif lain yaitu bekam dalam mengatasi hipertensi selain menggunakan obat. DAFTAR PUSTAKA Armilawaty, Amalia dan Amiruddin. 2007. Hipertensi dan Faktor risiko dalam Kajian Epidemiologi dalam http://ridwanamiruddin.com/2007/12/08/hipertensidan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologi/, diakses tanggal 29 Desember 2013. Dunsmuir, I. 2007. Acupuncture in The Treatment of Sports Injuries: A Western Perspective. Diambil dari http://www.heallingpoint.mht. Diakses 26 Januari 2015. Gray, H. Dawkins, K. Morgan, J. Simpson, I. 2005. Lecture Notes Kardiologi, Edisi Keempat. Erlangga : Jakarta. Kusumawati, Y. & Zulaekah, S. Pendidikan Kesehatan pada Kelompok PKK dalam Meningkatkan Pemahaman Masyarakat untuk Mencegah Penyakit Hipertensi dalam http://eprints.ums.ac.id/1576/1/25-31.pdf diakses tanggal 29 Desember 2013. Mustika, F. 2012. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Klinik De Besh Centre Arrahman dan Rumah Sehat Sabbishima. Diambil dari http ://www.academia.edu/5044576/artikel_ilmiah_pengaruh_terapi_bekam_terh adap_tekanan_darah_pada_pasien_hipertensi Di_Klinik_De_Besh_Centre_ Arrahmah_Dan_Rumah_Sehat_Sabbihisma_Kota_Padang_Tahun_2012 diakses 26 Januari 2015. Nugroho, W. 2009. Keperawatan Gerontik.EGC: Jakarta. Pusat Komunikasi Publik. 2007. Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung, puskom,depkes@gmail.com diperoleh tanggal 29 Desember Sustrani, L., Alam, S., dan Hadibroto, I. 2006. Hipertensi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Widiyani. 2013. Penderita Hipertensi Semakin Meningkat. http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/penderita. Hipertensi. Terus. Meningkat diakses tanggal 23 November 2014.