gj'~~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KAWASAN NIAGA TERPADU SUDIRMAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

fff~pj>~p15~ ~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PANOUAN RANCANG KOTA PONOOK INOAH OENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

ERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA WADUK MELATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

~~{ }J'~{j})~.~ .f~f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KAWASAN NIAGA TERPADU SUDIRMAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG

~JaIcana PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUMUR RESAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN RUMAH TINGGAL TIGA LANTAI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

- 2 - untuk masyarakat secara luas.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN TEMANGGUNG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pengadaan Dan Standar Rumah Bagi Mantan Presiden Dan/Atau Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 2 SERI E

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

PERMENDAGRI NO. 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENATAAN JALUR PEDESTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI, TENTANG. pelayanan. Kewenangan. tentang Nomor

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

~ c-' fa. ~0cllt~/~ ~~~,~~ ~_.~~~ti...~v ~7>~:.j~~l ~:f,,-,,~...~y..-:,::;:'j\;:;'-~ !Jj~g>~rg;~ ~ oykkk~

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 6a TAHUN 2011 TENT ANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN. TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BANGUNAN PADA JALUR HIJAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN SARANA PEMAKAMAN OLEH PENGEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

'., 1 "i~' ,} '/' ~%~.' ~.-,...~~.~.'*''? ._~l. «:,J:;;:f?Ij~ .-, /J><:,.::' 'h'l.,:,.(/' vr:~ -..-:>~ "'~J",. 8J~PJ>~Pl5~ ~ d"kkh~

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

Transkripsi:

8J~f?~rg;~Q7~ gj'~~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PEMANFAATAN RUANG BERUPA PERHITUNGAN INTENSITAS RUANG BERDASARKAN DAERAH KEPEMILIKAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang a. bahwa kebutuhan pengadaan dan pembangunan infrastruktur khususnya jalan dan saluran sangat mendesak guna menopang perkembangan pembangunan di wilayah DKI Jakarta; b. bahwa dengan keterbatasan anggaran Pemerintah Provinsi DK! Jakarta maka kebijakan di bidang ketataruangan bagi pihak-pihak yang berinisiatif melaksanakan pembangunan sesuai rencana tata ruang dengan memberikan kontribusi sebagian lahannya untuk pengadaan dan pembangunan infrastruktur perlu mendapatkan dukungan agar percepatan pengadaan infrastruktur tersebut dapat tercapai; c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut dali}111 h~ruf a dan huruf b di atas serta mengacu pada ketentuan Pasal 38 Undal1 oundang NomoI' 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Pasal 175 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, Gubemur dapat memberikan insentif sebagai imbalan terhadap kontribusi lahan dari pihak-pihc'k yang melaksanakan kegiatan yang sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, serta dalam rangka tertib administrasi perizinan intensitas ruang, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Insentif Pemanfaatan Ruang Berupa Perhitungan Intensitas Ruang Berdasarkan Daerah Kepemilikan Lahan; Mengingat 1. Undang-Undang NomoI' 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang NomoI' 12 Tahun 2008; 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan'Ruang; 3. Undang-Undang NomoI' 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah"n Pro'linsi Daf:rah Khusu:; Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negera Kesztuan RepufJlik :.,donesia; / I

2 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 7. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; 10. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung; 11. Peraturan Gubernur Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pembangunan Rumah Susun Sederhana; 12. Peraturan Gubernur Nomor 122 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Ruang; MEMUTUSKAN : Menetapkan PERATURAN GUBERNUR TENTANG INSENTIF PEMANFAATAN RUANG BERUPA PERHITUNGAN INTENSITAS RUANG BERDASARKAN DAERAH KEPEMILIKAN LAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Dinas Tata Ruang yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Tata Ruang Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Tata Ruang Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Intensitas Ruang adalah Besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan pengaturan Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Daerah Hijau, Koefisien Tapak Besmen dan Ketinggian Bangunan tiap kawasan bagian kota sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kota.

3 7. Daerah Perencanaan yang selanjutnya disingkat DP adalah Luas lahan yang dimiliki, dikurangi luas lahan untuk rencana jalan, saluran dan/atau luas lahan dengan peruntukan lain yang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tidak dapat digabung. 8. Daerah Kepemilikan Lahan yang selanjutnya disingkat DKL adalah Lahan yang dimiliki berdasarkan bukti kepemilikan lahan. 9. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah Suatu nilai hasil perbandingan antara seluruh lantai bangunan dan luas DP atau DKL. 10. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah Suatu nilai hasil pengurangan antara luas DP dengan luas proyeksi tapak bangunan dan tapak besmen dibagi luas DP. 11. Daerah Perencanaan berbentuk Superblok adalah Bidang tanah yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh 2 (dua) buah jalan kolektor, atau sebuah jalan kolektor dengan prasarana lain yang sejenislsetingkat, sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan, yang di dalamnya terdapat satu atau lebih peruntukan tanah. 12. Daerah Perencanaan berbentuk Blok adalah Bidang tanah yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh rencana jalan lingkungan atau sejenisnya sesuai rencana tata ruang kota. Pasal 2 (1) Maksud disusunnya Peraturan Gubernur ini adalah Untuk memberikan insentif kepada orang/badan hukum yang membangun sesuai rencana tata ruang dan memberikan sebagian tanahnya untuk infrastruktur utama kota mendahului ketersediaan infrastruktur utama yang menjadi kewajiban Pemerintah. (2) Tujuan disusunnya Peraturan Gubernur ini adalah : a. memberikan instrumen dalam rangka pemberlakuan insentif berupa perhitungan intensitas ruang berdasarkan DKL; dan b. melaksanakan tertib administrasi pemberian izin pemanfaatan lahan yang dimiliki. BAB II UMUM Pasal 3 (1) Dengan Peraturan Gubernur ini, diberikan perlakuan khusus terhadap perhitungan intensitas ruang pada lahan yang dimohon berdasarkan per/litungan luas lahan yang dimiliki. (2) Perhitungan intensitas berdasar lahan yang dimiliki pada DKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan pada batasan intensitas rllang berupa KLB. (3) Pemberian perlakuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat dilakukan setelah terlebih dahulu ditetapkan dalam Rapat Pimpinan Tim Pertimbangan Urusan Tanah (TPUT) dan selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

4 BAB III PEMBERIAN INSENTIF Bagian Kesatu Lokasi Pemberian Insentif Pasal 4 Lokasi lahan yang dapat diberikan intensitas ruang berdasarkan DKL adalah sebagai berikut : a. berada pada lokasi yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan didorong pengembangannya dan memenuhi minimal salah satu persyaratan sebagai berikut : 1. berada di lokasi Pusat Kegiatan Primer dan Pusat Kegiatan Sekunder; 2. berada di sekitar jaringan infrastruktur kota; 3. berada pada kawasan campuran (mix use) yang diarahkan untuk menjadi kawasan padat (compact); dan 4. berada pada kawasan Transit Oriented Development (TOO). b. memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut : 1. bidang tanah yang terkena infrastruktur minimal berupa jalan, saluran atau prasarana lain; dan 2. tanah yang dikontribusikan untuk pembangunan infrastuktur tidak dapat dimanfaatkan sesuai potensi ekonominya akibat terkena kewajiban penyediaan infrastruktur. Bagian Kedua Persyaratan Pasal 5 (1) Persyaratan yang diperlukan dalam rangka mengendalikan pemberian perlakuan khusus perhitungan intensitas ruang berdasarkan DKL adalah sebagai berikut : a. tidak menyebabkan perubahan struktur ruang; b. tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan apabila lokasinya berada di area kawasan pemugaran; c. tidak dapat diberikan pad a peruntukan yang terkait perumahan seperti Wisma Kecil, Wisma Sedang, Wisma Besar, Wisma Taman dan Wisma Flat; d. tidak menyebabkan berkurangnya luasan KDH minimal; e. tidak memberikan dampak negatif terhadap Iingkungan sekitarnya seperti perubahan nilai guna lahan, menyebabkan kemacetan dan menyebabkan banjir; f. harus terlebih dahulu dihitung ketersediaan dan kapasitas infrastruktur dan utilitas utama yang mendukungnya; g. mempertimbangkan standar kebutuhan sarana (ruang) untuk kepentingan umum;

5 h. perhitungan intensitas ruang berdasarkan DKL hanya berlaku pada lahan-iahan yang luasnya lebih dari 5.000 m 2 (lima ribu meter persegi) dan pembangunannya secara vertikal atau lebih dari 4 (empat) lantai; i. harus mengandung prinsip kesetaraan, dalam arti kesetaraan antara nilai lahan berikut konstruksinya yang menjadi kewajiban dengan keuntungan ekonomi pemilik lahan dikurangi perhitungan besarnya retribusi kenaikan KLB, apabila tidak menghitung intensitas berdasarkan DKL; dan j. telah dikaji dan mendapatkan persetujuan dari Tim Pertimbangan Urusan Tanah (TPUT). (2) Apabila lahan yang terkena sarana dan prasarana dimaksud belum dapat dilaksanakan sesuai rencana kota, maka lahan harus difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan tidak boleh difungsikan untuk kegiatan lain. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pemberian perlakuan khusus perhitungan intensitas ruang berdasarkan DKL yang dimohon ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bagian Ketiga Perhitungan DKL Pasal 6 Perhitungan intensitas ruang pad a DKL dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. perhitungan DKL pada lahan yang terdiri atas 1 (satu) jenis peruntukan, maka luas DP dihitung dari luas lahan yang dimiliki; b. perhitungan DKL pada lahan yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) jenis peruntukan, maka luas DP dihitung secara proporsional atau sebanding dengan luas masing-masing peruntukan; dan c. perhitungan DKL pada lahan yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) jenis peruntukan namun terdapat peruntukan yang dikecualikan, maka proporsi pada peruntukan yang dikecualikan tidak dapat dimanfaatkan. BAB IV PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 7 (1) Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Keputusan Gubernur in! dilakukan oleh Kepala Dinas. (2) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara menerbitkan Rencana Tata Letak Bangunan. (3) Hasil pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah setiap 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

6 BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 8 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka : a. semua perizinan pemberlakuan perhitungan intensitas ruang berdasarkan DKL yang telah diberikan sebelum ditetapkannya Peraturan Gubernur ini dinyatakan masih tetap berlaku; dan b. bagi pemohon perizinan yang sedang dalam proses atau baru akan mengajukan permohonan perizinan pemberlakuan perhitungan intensitas ruang berdasarkan DKL harus mengacu kepada ketentuan Peraturan Gubernur ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 9 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar seliap orang mengelahuinya, memerintahl<.an pengundangan Peraturan Gubemur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Maret 2012 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKtDTA JAKARTA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22M are t 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, ~ FADJAR PANJAITAN NIP 195508261976011001 BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2012 NOMOR 27