BAB I PENDAHULUAN. meletakkan kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial dan personal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ardi, 2013

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum KTSP SD, Matematika berfungsi mengembangkan. kemampuan menghitung mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menuntut perubahan

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB 1 PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu pelajaran dasar yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia unggul, karena salah satu kriteria manusia unggul

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

meggunakan metode penemuan. Secara umum, manfaat metode penemuan dalam proses pembelajaran matematika konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya pembelajaran. Kesuksesan sebuah pendidikan dapat dilihat dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK DUA TINGGAL DUA TAMU

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) hingga jenjang perguruan tinggi. Seorang guru yang akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusianya.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 2

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Oleh: Rubiyani SDN 1 Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3. Dosen PGSD FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan mengerti tentang konsep dasar matematika. Matematika menjadi salah

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Kalianda kelas VII

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Nurul Khuswatun, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam. lingkungan dan kehidupan. Lingkungan kehidupan pendidikan dapat

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar merupakan suatu lembaga yang mempunyai tugas meletakkan kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial dan personal sesuai dengan karakteristik dan perkembangan siswa. Tujuan utama diselenggarakannya pendidikan dasar ialah untuk menggali dan mengembangkan potensi siswa melalui berbagai mata pelajaran di antaranya ialah mata pelajaran matematika. Mata pelajaran matematika mempunyai peranan penting selain mata pelajaran lainnya, karena mata pelajaran matematika mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar siswa melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir baik yang berkaitan dengan materi matematika itu sendiri maupun berkaitan dengan mata pelajaran lain yang memerlukan unsur pola berpikir matematika. Selain itu, matematika juga harus mampu menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam KTSP 2006 Matematika SD bertujuan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerja sama serta mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan mencoba-coba.

2 Salah satu materi pembelajaran matematika di kelas V SD adalah penjumlahan pecahan. Materi ini merupakan salah satu materi pokok yang harus dikuasai siswa SD karena akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Namun kenyataan yang didapat di dalam kelas, hasil yang diperoleh siswa setelah pembelajaran penjumlahan pecahan belum optimal. Pada umumnya siswa masih banyak yang kesulitan dalam memahami materi ini. Dalam kegiatan mengajar di sekolah, penulis menemukan salah satu kelambatan belajar pada siswa kelas V. Dari keseluruhan siswa yang berjumlah 22 orang, hanya 10 orang saja yang mampu mengerjakan soal. Begitu pun setelah diadakan remedial, tidak ada perubahan hasil ulangan penjumlahan pecahan terutama penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Secara umum, permasalahan yang dihadapi siswa antara lain dalam menyelesaikan penjumlahan pecahan siswa cenderung menjumlahkan pembilang dengan pembilang, penyebut dengan penyebut. Hal itu tidak menjadi masalah bila penyebut yang dijumlahkan angkanya sama, namun ketika siswa belajar penjumlahan dengan penyebut tidak sama ternyata konsep tersebut masih digunakan yaitu menjumlahkan pembilang dengan pembilang, penyebut dengan penyebut tanpa menyamakan penyebutnya terlebih dahulu. Salah satu bukti di lapangan yang menyebabkan kurangnya pemahaman siswa dalam pembelajaran penjumlahan pecahan di kelas V SDN Cilimus, meliputi: 1. Siswa kurang memahami mana itu pembilang mana itu penyebut 2. Siswa kesulitan menyamakan penyebut dari pecahan yang dijumlahkan

3 3. Siswa kesulitan dalam menjumlahkan berbagai bentuk pecahan misal penjumlahan pecahan biasa dengan desimal. Berdasarkan hasil studi pendahuluan ini ternyata salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika, khususnya dalam penjumlahan pecahan adalah karena siswa takut untuk bertanya kepada guru tentang permasalahan matematika yang mereka hadapi. Selain itu, sebagian siswa malas mengembangkan pemikiran, tidak ingin tahu dan tidak mau mencoba coba dalam pembelajaran matematika. Faktor kurangnya penggunaan media serta pemilihan strategi yang menyenangkan oleh guru juga menyebabkan siswa sulit memahami materi tersebut. Hal ini sebagaimana terlihat dalam tabel I yang berupa data hasil belajar siswa pada semester I (satu) dan semester II (dua) pada tahun yang lalu. Tabel I.I DAFTAR NILAI MATEMATIKA KELAS V SEMESTER I DAN II TAHUN PELAJARAN 2008-2009 No Semester Banyak Siswa Jumlah Nilai Rata - rata 1 I 20 1220 61 2 II 20 1240 62 Menurut Karli dan Margaretha (2003 : 3) sebenarnya pada saat guru menjelaskan suatu materi pada siswa, guru tidaklah perlu bersusah payah menjejali pengetahuan/materi baru dengan cara seperti di atas, karena siswa telah mempunyai pengalaman hidup dalam dirinya sebagai konsepsi awal.

4 Apabila guru mengungkap konsep awal maka dengan mudah siswa dapat menerima pengetahuan/materi baru karena siswa secara tidak langsung membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sejalan dengan pandangan konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget bahwa siswa memiliki pengetahuan awal dalam dirinya, siswa akan mengalami proses pembelajaran yang bermakna apabila siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya. Agar siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna maka di dalam kelas siswa harus diberdayakan untuk menggali pengetahuan yang ada dalam dirinya. Siswa diberi kesempatan untuk berbagi strategi penyelesaian, debat antar satu dan yang lainnya dan berfikir secara kritis tentang cara terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah (Kostaman, 2008 : 3). Guru lebih berperan sebagai fasilitator, mediator dan motivator dalam pembelajaran. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut supaya dapat mencapai tujuan yang diharapkan, penulis berpendapat bahwa yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran ini adalah pendekatan pembelajaran serta media yang efektif dalam pembelajaran penjumlahan pecahan. Adapun pendekatan pembalajaran yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan konstruktivisme karena pendekatan konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya sedikit demi sedikit dan tidak dengan tiba-tiba sehingga konsep penjumlahan pecahan itu dapat diingatnya. Pendekatan konstruktivisme menekankan pada pembelajaran yang berorientasi terhadap siswa yang terbukti dapat meningkatkan kreativitas berpikir siswa yang memungkinkan siswa

5 membangun sendiri pengetahuannya dan berpikir kritis. Sehingga dipastikan pembelajaran akan berlangsung dengan optimal. Penulis mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, dimana penelitian ini lebih menekankan terhadap kualitas pembelajaran yang berorientasi terhadap siswa. Artinya penelitian ini menolak pembelajaran yang berorientasi terhadap guru dimana setiap pembelajaran matematika siswa (sekolah dasar) tidak disuguhi rumus-rumus yang sudah jadi, karena hal ini akan membelenggu pemikiran siswa. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan persoalan penjumlahan pecahan dengan struktur pengetahuan yang mereka bangun sendiri yang sesuai dengan realitasnya sendiri. Untuk itu penulis mengambil judul dalam karya tulis ini adalah Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Penjumlahan Pecahan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum permasalahan yang akan diungkapkan jawabannya dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pemahaman siswa tentang penjumlahan pecahan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme?. Dari permasalahan di atas, selanjutnya dijabarkan sub-sub pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana pemahaman siswa tentang penjumlahan pecahan setelah menggunakan pendekatan konstruktivisme di kelas V SD?

6 2. Bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran penjumlahan pecahan di kelas V SD? C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa di kelas V di SDN Cilimus Kecamatan Batujajar dan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang penjumlahan pecahan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. b. Secara khusus adalah: 1). Untuk memperoleh gambaran tentang pemahaman siswa dalam operasi penjumlahan pecahan setelah menggunakan pendekatan konstruktivisme di kelas V SD. 2). Untuk memperoleh gambaran tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran penjumlahan pecahan di kelas V SD melalui pendekatan konstruktivisme 2. Manfaat Penelitian Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang keefektifan pendekatan konstruktivisme jika diterapkan dalam pembelajaran penjumlahan pecahan di kelas V SD. Secara praktis manfa at dari penelitian ini adalah

7 a. Dengan adanya penelitian ini maka peneliti/guru akan lebih mengembangkan keterampilan untuk memperbaiki pembelajaran, serta meningkatkan kreativitas guru dalam mengelola perencanan pembelajaran. b. Penelitian ini diharapakan akan meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran penjumlahan pecahan. D. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman, ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pendekatan Konstruktivisme Konstruktivisme pada penelitian ini diartikan sebagai proses belajar mengajar yang berdasarkan pada pengalaman belajar siswa yang dikaitkan dengan konsep awal yang dimiliki siswa, sehingga siswa belajar secara aktif. Dengan demikian yang dimaksud dengan pendekatan konstruktivisme dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar yang menggunakan tahapan mengungkap pengetahuan awal siswa (apersepsi), eksplorasi, diskusi dan penjelasan konsep, pengembangan dan aplikasi. 2. Pemahaman Siswa Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti terhadap materi. Pemahaman konsep di dalam ranah kognitif taksonomi Bloom ditempatkan pada tingkat kedua. Pemahaman merupakan cara untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (Dahar, R.W, 1989:100). Dalam penelitian ini, pemahaman siswa yang dimaksud adalah

8 siswa dapat menyelesaikan masalah matematika yang berkenaan dengan penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama, penjumlahan pecahan desimal, penjumlahan berbagai bentuk pecahan. Untuk mengukur tingkat pemahaman siswa digunakan tes pemahaman. 3. Penjumlahan Pecahan Penjumlahan pecahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk sembarang a, b dan c bilangan cacah dan c 0, berlaku: + = + E. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut Jika pendekatan konstruktivisme diterapkan dalam pembelajaran penjumlahan pecahan, maka pemahaman siswa, aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran akan meningkat. F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan adalah dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang sering disebut classroom action research. Penelitian ini difokuskan pada saat sedang berlangsungnya proses pembelajaran sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan pandangan Hopkins (Undang, 2008: 5) bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu

9 tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Desain penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan terdiri atas 2 siklus dan masing masing siklus terdiri dari 2 tindakan. Tiap siklus dimulai dari rencana, tindakan, observasi, refleksi. 2. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk pelaksanaan setiap kegiatan penelitian di antaranya : a. Angket Angket yang digunakan oleh penulis adalah angket skala sikap model Likert untuk mengetahui sikap kreatif siswa. Likert ini telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. b. Lembar observasi Yaitu berupa catatan pengamatan tertulis yang yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. c. Lembar Wawancara Yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan untuk kegiatan tanya jawab. d. Lembar Kerja Siswa Berupa arahan-arahan atau soal-soal yang harus dikerjakan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang dikuasai siswa tentang penjumlahan pecahan.

10 e. Lembar evaluasi Lembar evaluasi dilaksanakan setiap akhir siklus, digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran. 3. Analisis data untuk pengujian hipotesis Analisis data untuk pengujian hipotesis setiap kegiatan dilakukan dengan cara membandingkan setiap instrument kegiatan atau hasil kerja siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif dengan mencari (rata rata hitung) dan dicari gain (peningkatan) setiap siswa. a. (rata rata hitung) Catatan : =. n = rata-rata Hitung = banyak sampel (fi.xi) = hasil perkalian skor dengan frekuensi skor yang bersangkutan b. gain (peningkatan) setiap siswa < >= skor siklus II skor siklus I Skor Maksimal Ideal skor siklus I Kategori gain ternormalisasi menurut Hake (Kuraesin, 2009) adalah sebagai berikut: Kriteria Interpretasi < > <0,30 Rendah 0,30 < > 0,70 Sedang < > >0,70 Tinggi