BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari


BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi klinis gangguan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federatiaon (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J


BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9% orang dewasa yang berusia 18 tahun ke atas pada tahun DM

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

Oleh : Desiana Dwi Astutik PUBLIKASI ILMIAH J

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus adalah penyakit yang sering diderita masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai masyarakat dunia berkomitmen untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Pada MDGs tersebut kesehatan merupakan unsur dominan karena secara langsung maupun tidak langsung delapan agenda MDGs berkaitan dengan aspek kesehatan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mencapai target MDGs pada tahun 2015 seperti rencana pembangunan jangka menengah yang terencana untuk pencapaian agenda MDGs yang terkait langsung terhadap kesehatan (Kemenkes RI, 2015). Penyakit tidak menular (PTM) salah satunya adalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degenerative yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk dunia, dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 387 juta kasus. Indonesia menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sebanyak 8,5 juta setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Mexico (WHO, 2014). Angka kejadian DM menurut Riskesdas (2013), terjadi peningkatan dari 1,1 % di 1

2 tahun 2007 meningkat menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. Prevalensi pasien DM di Provinsi Jawa Tengah mencapai 152.057 kasus, jumlah pasien DM tertinggi sebanyak 509.319 jiwa di Kota Semarang (Depkes RI, 2012). Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2014 mencatat bahwa pasien DM sebanyak 5413 orang (Dinkes Kab. Sukoharjo, 2014). Puskesmas Baki terbagi dalam 14 Desa wilayah kerja, tahun 2014 jumlah pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang tercatat 509 pasien dengan tingkat kunjungan rata-rata 3-5 kali tiap bulan, sedangkan 3 bulan terakhir pada tahun 2015 sebanyak 155 pasien (Puskesmas Baki Sukoharjo, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 21 April 2015 dengan wawancara pada salah satu petugas kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo menjelaskan bahwa sebagian besar pasien DM khususnya DM Tipe II kurang patuh melaksanakan diet yang dianjurkan, kadar gula darah tidak stabil dan mengalami komplikasi seperti hipertensi, gagal ginjal dan ulkus. Wawancara dengan 5 pasien DM, ada 3 orang tahu tentang penatalaksanaan DM tetapi tidak paham tentang diet DM yang sesuai anjuran dan tidak mau, mampu berdiet yang dianjurkan serta tidak disiplin terkait jadwal, jumlah, dan jenis makan yang dikonsumsi, bahkan pasien mengatakan sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang terlalu manis. Dua orang tahu tentang diet DM sesuai dengan anjuran dan mau, mampu mengaplikasikan diet yang dianjurkan dan mereka mengatakan disiplin terkait jadwal, jumlah, dan selalu mengkonsumsi jenis makan sesuai yang dianjurkan karena

3 beralasan ingin cepat sembuh dengan kadar gula darah mendekati angka normal. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa umumnya pasien tidak patuh kontrol gula darah karena tidak menghabiskan obat yang dianjurkan dokter, pasien masih merokok, pasien tidak pernah berolahraga, dan pasien belum ada yang datang kembali untuk kontrol atau rutin check up ke puskesmas untuk konseling gizi. Masalah yang sering timbul pada pasien DM adalah bagaimana cara mempertahankan agar kadar glukosa dalam darah tetap terkontrol. Untuk memecahkan masalah tersebut maka perlu diperhatikan beberapa pilar utama pengobatan bagi pasien DM yang tentunya akan membantu dalam menjaga kestabilan kadar glukosa dalam darah. Pasien harus menjalani pilar-pilar pengobatan diabetes melitus dengan kepatuhan yang cukup tinggi. Pilar utama pengobatan DM tersebut ialah pentingnya edukasi bagi pasien dan keluarga, olahraga, jenis obat DM yang digunakan oleh pasien dan pengaturan pola makan (Cahyono, 2008). Keberhasilan dalam pengobatan DM bergantung pada pasien DM. Pasien DM memiliki pengetahuan yang cukup memadai, kemudian dapat mengubah sikapnya dalam melakukan pengobatan misalnya diet rendah gula dapat mendekatkan kadar gula darah dalam batas normal, dan mencegah komplikasi sehingga dapat hidup lebih sejahtera, sehat dan berkualitas (Basuki, 2005). Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa pengetahuan sebagai dasar dalam melakukan terapi non farmakologi bagi penderita DM diikuti dengan tahu, mau dan mampu. Masing-masing individu akan melakukan

4 suatu tindakan didahului dengan tahu, kemudian mempunyai inisiatif untuk melakukan tindakan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan tingkat pengetahuan tentang diet Diabetes Mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini : Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan tentang diet Diabetes Mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang diet diabetes melitus pada pasien DM Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. b. Mengetahui kepatuhan kontrol gula darah pada pasien DM Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukahrjo.

5 c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. D. Manfaat penelitian Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pasien DM Memberikan gambaran kepada pasien diabetes melitus tentang hubungan antara tingkat pengetahuan tentang diet terhadap kontrol gula darah pada pasien DM sehingga memotivasi penderita untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dalam rangka melaksanakan diet diabetes melitus. 2. Bagi puskesmas Memberikan tambahan informasi dan pengembangan pelayanan kesehatan pada pasien diabetes melitus dalam meningkatkan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan khususnya untuk melaksanakan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien diabetes melitus. 3. Bagi institusi pendidikan Memberikan gambaran dan menyediakan data dasar yang dapat di gunakan penelitian selanjutnya yang terkait dengan kasus diabetes melitus.

6 4. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan digunakan sebagai pembelajaran peneliti dalam melakukan penelitian terkait dengan hubungan tingkat pengetahuan tentang diet diabetes melitus dengan kepatuhan kontrol gula darah serta mampu merencanakan diet diabetes melitus yang dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat khususnya pada pasien DM. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut: 1. Witasari, Setyaningrum R, dan Zulaekah S. (2009). Hubungan tingkat pengetahuan, asupan karbohidrat dan serat dengan pengendalian kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa rerata asupan karbohidrat dibanding kebutuhan 45,94%, sedangkan untuk serat hanya 8,13 g. Rerata skor pengetahuan 83,99%, gula darah puasa (GDP) 163,17 g/dl dan gula darah 2 jam post prandial (GD2jpp) 216 g/dl, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan kadar gula darah puasa, sedangkan untuk asupan karbohidrat dan serat tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kadar gula darah puasa maupun gula darah 2jpp. Tingkat pengetahuan penderita DM tipe II tentang terapi diet berhubungan dengan kadar gula darah puasa. Perbedaan penelitian ini dengan

7 penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel, teknik pengambilan sampling, subyek dan tempat penelitian. 2. Rusimah. (2011). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Melitus (Diabetisi) di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan responden yang patuh terhadap diet sebesar 58,8%, sedangkan responden yang tidak patuh terhadap diet 41,2% dan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet serta ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel, teknik pengambilan sampling, subyek dan tempat penelitian. 3. Purwanto (2011). Hubungan pengetahuan tentang diet Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang diet diabetes mellitus sebagian besar dalam kategori kurang (55,0%), kepatuhan pelaksanaan diet Diabetes Mellitus oleh pasien diabetes mellitus sebagian besar pasien tidak patuh dalam pelaksanaan diet Diabetes Mellitus (58,3%), dan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita diabetes mellitus dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 dan nilai korelasi sebesar 0,817. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel, subyek, teknik pengambilan sampel dan tempat penelitian.

8 4. Phitri dan Widiyaningsih (2013). Hubungan antara pengetahuan dan sikap penderita Diabetes Mellitus dengan kepatuhan diet diabetes mellitus di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang DM sebagian besar kurang sebanyak 24 responden (44,4%), sikap responden tentang DM sebagian besar tidak baik sebanyak 30 responden (55,6%), kepatuhan diet responden sebagian besar tidak patuh sebanyak 31 responden (57,4%), dda hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet diabetes mellitus (pvalue=0,003), dda hubungan sikap penderita diabetes mellitus dengan kepatuhan diet diabetes mellitus (pvalue=0,018). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel, subyek, teknik pengambilan sampel dan tempat penelitian. 5. Mayasari, dkk (2014), Faktor yang Berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes mellitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makasar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental sampling dengan jumlah 30 responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji chi square dengan tingkat pemaknaan (α<0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p=0,018), perilaku (p= 0,009), dan pendidikan (p= 0,001) dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan

9 kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar adalah pengetahuan, perilaku, dan pendidikan Perbedaan dalam penelitian ini adalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan jumlah sampel dimana dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo dengan waktu penelitian tahun 2015 dengan pengambilan sampel yaitu dengan teknik proportional rondom sampling. Adapun desain penelitian yang akan dilakukan sama yaitu dengan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel dalam peneltian ini yaitu varibel independen dan variabel dependen, dimana tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus sebagai variabel independen sedangkan kepatuhan kontrol gula darah sebagai variabel dependen.