LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI C

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 2 SERI C

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A M A T A R A M PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 6 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

PERATURAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT GUSTI HASAN AMAN

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2003

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 4 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

NOMOR : 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR : 12/B TAHUN : 1999 SERI : B

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DIBIDANG MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

BUPATI SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG TARIF LAYANAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

Perda kab. Belitung No. 13 Tahun

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G POLA TARIF BLUD RSUD PROF.DR.M.A HANAFIAH SM BATUSANGKAR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM NEGARA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN SWASTA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA,

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI SUMBAWA BARAT

RETRIBUSI TERMINAL TANAH LAUT. Daerah

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten Banjarnegara diperlukan adanya Retribusi yang merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum yang dapat dinikmati bersama sebagai warga masyarakat;

b. bahwa retribusi pelayanan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banjarnegara mendasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 17 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarnegara perlu disesuaikan dengan kebijakan otonomi daerah dan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Banjarnegara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberap kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 3

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nornor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 11. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 12. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai berlakunya Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 4

14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 5

19. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 19 Tahun 2003 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2003 Nomor 45 Seri E Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 40 ); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 Nomor 7 Seri A, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 99); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 106); 23. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 17 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 Nomor 17, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara 109); 6

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA Dan BUPATI BANJARNEGARA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARNEGARA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Banjarnegara. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Banjarnegara. 4. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Banjarnegara dengan kepemilikan dan pengelolaannya oleh Pemerintah Kabupaten yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. 5. Direktur adalah Direktur RSUD Banjarnegara. 6. Pasien adalah penderita yang mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD. 7

7. Pasien kurang/tidak mampu adalah mereka yang kurang/tidak mampu yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Kepala Desa/Kelurahan yang diketahui Camat. 8. Pasien miskin adalah pasien pemegang kartu Jaminan Kesehatan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan warga masyarakat yang dipelihara oleh badan sosial pemerintah yang berbadan hukum, antara lain gelandangan dan orang terlantar. 9. Pelayanan kesehatan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak RSUD yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta peningkatan derajat kesehatan lainnya. 10. Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kepada untuk keperluan observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di RSUD. 11. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat I adalah adalah jenis pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Jalan dengan pemeriksaan dan atau tindakan yang dilakukan oleh Dokter Umum, Dokter Gigi dan Psikolog. 12. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat II adalah adalah jenis pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Jalan dengan pemeriksaan dan atau tindakan yang dilakukan oleh Dokter Spesialis. 13. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah atau menanggulangi terjadinya kematian atau kecacatan. 14. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk keperluan observasi, diagnosa, pengobatan, perawatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap di Rumah Sakit, terdiri dari perawatan reguler, perawatan intensif, perawatan isolasi, perawatan pengawasan, day care dan one day care. 15. Pelayanan Rawat Rumah (Home Care) adalah pelayanan kepada pasien yang dilakukan oleh petugas RSUD dengan melakukan kunjungan ke rumah pasien. 8

16. Pelayanan medik adalah pelayanan kesehatan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh tenaga medik yang terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi dan Dokter Spesialis, yang meliputi pelayanan medik, pelayanan kebidanan dan kandungan serta pelayanan medik gigi dan mulut. 17. Tindakan medik adalah tindakan yang dilakukan oleh tenaga medik terhadap pasien dengan menggunakan maupun tanpa menggunakan pembedahan, yang meliputi tindakan medik non operatif dan tindakan medik operatif. 18. Tindakan medik operatif adalah tindakan pembedahan yang menggunakan pembiusan, baik secara lokal, umum atau tanpa pembiusan. 19. Tindakan medik non operatif adalah tindakan yang dilakukan tanpa pembedahan untuk membantu penegakan diagnosis dan terapi. 20. Visite adalah kunjungan dokter guna melaksanakan pemeriksaan terhadap pasien rawat inap. 21. Asuhan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan yang mencakup kegiatan untuk melakukan pengkajian, observasi monitoring, penyuluhan kesehatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan oleh perawat dan atau bidan. 22. Tindakan Keperawatan adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat dan atau bidan terdiri dari tindakan medik yang didelegasikan kepada perawat dan atau tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan oleh tenaga keperawatan. 23. Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan kepada pasien untuk menunjang menegakkan diagnosis dan terapi yang meliputi pelayanan Laboratorium, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Farmasi, Gizi dan Rekam Medik. 9

24. Pelayanan Penunjang Non Medik adalah pelayanan kepada pasien yang tidak berhubungan langsung dengan proses penegakan diagnostik dan atau penyembuhan penyakit, yang meliputi pelayanan mediko legal, pemulasaraan jenazah, serta pelayanan transportasi pasien. 25. Pelayanan lain-lain adalah pelayanan RSUD kepada masyarakat yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan meliputi perparkiran, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pelayanan lain sesuai perkembangan RSUD. 26. Konsultasi adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi medik, psikologi, gizi dan konsultasi lainnya, atas permintaan dokter yang merawat secara tertulis. 27. Hari Rawat adalah lamanya penderita dirawat, yang jumlahnya dihitung dengan rumus : tanggal keluar dikurangi tanggal masuk ditambah 1 hari. 28. Dokter Tamu adalah dokter dari luar RSUD yang bekerja dan memberikan pelayanan di RSUD, melaksanakan tindakan medik, terapi, diagnostik dan memakai fasilitas RSUD atas permintaan RSUD berdasarkan kebutuhan medik serta berdasarkan perjanjian kerjasama yang saling menguntungkan. 29. Pemanfaatan sumber daya RSUD adalah pemanfaatan jasa, tenaga, sarana dan prasarana yang dimiliki RSUD oleh pihak ketiga. 30. Pihak Ketiga adalah Pihak di luar RSUD yang mengadakan perjanjian kerjasama dengan RSUD yang didasari asas saling menguntungkan. 31. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan; 32. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan di RSUD, yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya. 33. Pola tarif adalah pedoman dasar dalam pengaturan dan perhitungan besaran tarif RSUD yang didasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi nirlaba. 10

34. Bahan dan Alat adalah obat, bahan kimia, alat kesehatan, bahan radiologi, bahan makan dan bahan lainnya yang gunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosa, pengobatan, perawatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya yang bersifat pakai habis. 35. Jasa Sarana adalah jasa yang diterima oleh RSUD atas pemakaian sarana dan fasilitas RSUD dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi. 36. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas rawat inap, tidak termasuk biaya makan pasien. 37. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, asuhan keperawatan, pemeriksaan diagnostik, rehabilitasi dan atau pelayanan lainnya. 38. Penerimaan fungsional RSUD adalah penerimaan yang diperoleh sebagai imbalan atas pelayanan baik berupa barang dan atau jasa yang diberikan oleh RSUD dalam menjalankan fungsinya melayani kepentingan masyarakat yang membutuhkan. 39. Tarif Case Manager adalah imbalan untuk pelayanan yang diberikan oleh pihak manajemen kepada pasien rawat inap, rawat jalan maupun rawat darurat dengan cara mendengarkan dan menyelesaikan keluhan yang berasal dari pasien dan keluarga sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan publik. 40. Unit Cost adalah besaran biaya satuan dari setiap kegiatan pelayanan yang diberikan Rumah Sakit, yang dihitung berdasarkan standar akuntansi biaya rumah sakit. 41. Break Even Point (BEP) atau analisa titik impas adalah suatu cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengetahui pada volume penjualan dan volume produksi berapakah RSUD tidak menderita kerugian/defisit dan tidak pula memperoleh laba/pendapatan surplus. 11

42. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. 43. Jasa adalah kegiatan RSUD berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. 44. Tindakan cyto adalah tindakan yang harus dilakukan segera karena kalau tidak dilakukan akan mengakibatkan kecacatan dan atau kematian. 45. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dari RSUD. 46. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati. 47. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 48. Retribusi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan kesehatan di RSUD. 49. Wajib Retribusi adalah pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi. 50. Surat Ketetapan Retribusi Daerah selanjutnya disebut SKRD adalah Surat keputusan yang menetukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. 12

51. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan sanki administrasi berupa denda. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama retribusi pelayanan kesehatan pada RSUD dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan. Pasal 3 (1) Obyek retribusi adalah Pelayanan kesehatan di RSUD meliputi : a. rawat jalan; b. rawat darurat; dan c. rawat inap. (2) Pelayanan kesehatan di RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan jenis pelayanannya terdiri dari: a. pelayanan medik; b. pelayanan kebidanan dan kandungan; c. pelayanan medik gigi dan mulut; d. pelayanan keperawatan; e. Pelayanan Penunjang Medik; f. pelayanan penunjang non medik; dan g. pelayanan lain-lain sesuai perkembangan. (3) Syarat, fasilitas dan tata tertib pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati. (4) Pelayanan Kesehatan dan tindakan yang tidak termasuk dalam salah satu kelompok pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati atas usul Direktur. 13

Pasal 4 Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari RSUD. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi pelayanan kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNA JASA Pasal 6 Tingkat pengguna jasa diukur berdasarkan frekuensi pelayanan kesehatan dan jenis pelayanan yang diberikan. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI Pasal 7 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan tidak mengabaikan hak masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang baik. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya operasional, pemeliharaan dan peningkatan sumberdaya manusia. (3) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana berikut: 14

a. tidak dimaksudkan untuk mencari laba dan ditetapkan berdasarkan azas gotong royong, adil dengan mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah; b. untuk menutupi biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang besarnya diperhitungkan atas dasar perhitungan total biaya operasional pelayanan yang diberikan RSUD (unit cost) dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat, tarif RSUD lainnya, kebijaksanaan subsidi silang dan aspek keadilan; c. tarip pelayanan kesehatan bagi orang asing ditetapkan sebesar 2 (dua) kali tarif yang dikenakan kepada pasien Warga Negara Indonesia. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8 (1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan kesehatan. (2) Struktur dan besarnya tarip retribusi pelayanan kesehatan RSUD sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Daerah ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini. BAB VII PENERIMAAN Pasal 9 (1) Penerimaan fungsional RSUD terdiri dari Jasa Sarana dan Jasa Pelayanan. (2) Seluruh penerimaan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh RSUD untuk biaya operasional, pemeliharaan dan peningkatan sumber daya manusia yang diatur oleh Bupati atas usul Direktur, berdasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku. 15

(3) Setiap tahun anggaran, RSUD mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) atas rencana penerimaam dan penggunaan biaya jasa sarana serta jasa pelayanan kepada Bupati. (4) Tata cara pengolahan seluruh penerimaan RSUD (pemungutan, pembukuan, penyetoran, penyaluran, penggunaan serta pelaporan) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 10 Retribusi dipungut di wilayah Kabupaten Banjarnegara. BAB IX PELAYANAN DAN JENIS PELAYANAN Bagian pertama Pelayanan Pasal 11 RSUD Kabupaten Banjarnegara wajib memberikan pelayanan kepada setiap pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan. 16

Bagian kedua Jenis Pelayanan Paragraf 1 Pelayanan Rawat Jalan Pasal 12 (1) Pelayanan kesehatan rawat jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a merupakan pelayanan bagi pasien berupa pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, asuhan keperawatan, pemeriksaan dan tindakan penunjang medik serta tindakan medik yang dilakukan di Poliklinik Instalasi Rawat Jalan RSUD. (2) Poliklinik instalasi rawat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. poliklinik spesialis anak; b. poliklinik spesialis bedah; c. poliklinik spesialis penyakit dalam; d. poliklinik spesialis kebidanan dan kandungan; e. poliklinik spesialis gigi dan mulut; f. poliklinik spesialis mata; g. poliklinik spesialis syaraf; h. poliklinik spesialis THT; i. poliklinik spesialis kulit dan kelamin; j. poliklinik uji kesehatan; k. poliklinik pelayanan penunjang medik rawat jalan; dan l. poliklinik spesialis lain sesuai perkembangan pelayanan RSUD. 17

Paragraf 2 Pelayanan Rawat Darurat Pasal 13 Pelayanan kesehatan rawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b, merupakan pelayanan bagi pasien berupa pemeriksaan, observasi, diagnosis, pengobatan, tindakan penunjang medik dan atau tindakan medik serta asuhan keperawatan yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat. Paragraf 3 Pelayanan Rawat Inap Pasal 14 (1) Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, ayat (1) huruf c terdiri dari: a. perawatan reguler; b. perawatan isolasi; c. perawatan pengawasan; dan d. perawatan siang hari (Day Care), sehari (One Day Care) dan perawatan sementara (Inter Mediate Care). (2) Kelas perawatan Rawat Inap ditetapkan sebagai berikut : a. kelas III; b. kelas II; c. kelas I; d. kelas utama; dan e. kelas paviliun. 18

Paragraf 4 Pelayanan Rawat Intensif Pasal 15 (1) Perawatan intensif adalah pelayanan rawat inap secara intensif terhadap pasien yang memerlukan pemeriksaan, perawatan dan pengawasan berkelanjutan dan diselenggarakan di unit perawatan intensif yang terdiri Intensive Care Unit/ICU, Paediatric Intensive Care Unit (PICU) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU). (2) Ruang perawatan intensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ruang perawatan yang memiliki sarana penunjang untuk memantau keadaan pasien secara terus menerus. (3) Apabila diperlukan dan sesuai dengan indikasi medik, pasien yang dirawat di unit perawatan intensif dapat dikenakan biaya tarif tindakan khusus perawatan intensif. Paragraf 5 Pelayanan Medik Pasal 16 (1) Jenis pelayanan medik terdiri dari : a. tindakan medik operatif; b. tindakan medik non operatif. (2) Tindakan medik operatif dikelompokkan menjadi : a. tindakan sederhana; b. tindakan kecil; c. tindakan sedang; d. tindakan besar-kecil; e. tindakan besar-besar; dan f. tindakan khusus. (3) Tindakan medik non operatif terdiri dari : a. tindakan sederhana; 19

b. tindakan kecil; c. tindakan sedang; dan d. tindakan besar. Paragraf 6 Pelayanan Kebidanan dan Kandungan Pasal 17 1) Jenis pelayanan kebidanan dan kandungan, terdiri dari : a. tindakan persalinan normal; b. tindakan persalinan patologis; c. pelayanan bayi baru lahir; dan d. tindakan kuretase. 2) Tindakan medik operatif kebidanan dan kandungan dikelompokkan menjadi : a. tindakan sederhana; b. tindakan kecil; c. tindakan sedang; d. tindakan besar-kecil; e. tindakan besar-besar; dan f. tindakan khusus. Paragraf 7 Pelayanan Medik Gigi dan Mulut Pasal 18 Pelayanan medik gigi dan mulut adalah pelayanan paripurna yang meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan secara selaras dengan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut. 20

Paragraf 8 Pelayanan Asuhan Keperawatan Pasal 19 (1) Pelayanan keperawatan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Jalan, Gawat Darurat dan Rawat Inap, serta tindakan keperawatan yang berupa tindakan medik delegasi dan atau tindakan mandiri yang dilakukan oleh perawat dan atau bidan. (2) Tindakan Keperawatan Rawat Inap terdiri dari : a. tindakan sederhana I; b. tindakan sederhana II; dan c. tindakan sederhana III. (3) Tarif pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan ditetapkan berdasarkan klasifikasi kelas perawatan. Paragraf 9 Pelayanan Penunjang Medik Pasal 20 (1) Pelayanan penunjang medik meliputi : a. pemeriksaan laboratorium; b. pemeriksaan radiologi; c. pelayanan rehabilitasi medik; d. pelayanan diagnostik elektromedik; e. pelayanan farmasi; f. pelayanan gizi; dan g. pelayanan rekam medik. (2) Pengelompokan jenis pelayanan penunjang medik dari masing-masing Instalasi ditetapkan oleh Bupati berdasarkan usulan dari Direktur. 21

Paragraf 10 Pelayanan Non Medik Pasal 21 (1) Pelayanan penunjang non medik terdiri dari : a. pelayanan mediko legal; b. pelayanan pemulasaraan jenazah;dan c. pelayanan transportasi pasien. (2) Pelayanan mediko legal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi pelayanan visum et repertum dan pelayanan surat keterangan sehat yang lain. Paragraf 11 Pelayanan Lain-Lain Pasal 22 Pelayanan lain-lain terdiri dari : a. pelayanan laparoskopi; b. pelayanan general check up; c. pelayanan hemodialisa; dan d. pelayanan home care. BAB X OBAT, ALAT KESEHATAN DAN MAKANAN Pasal 23 (1) Penyediaan obat, alat kesehatan dan makanan di RSUD pengaturannya ditetapkan oleh Bupati. (2) Besarnya tarif obat, alat kesehatan dan makanan di RSUD pengaturannya ditetapkan oleh Bupati. 22

BAB XI TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 24 (1) Pembayaran retribusi harus dilakukan sekaligus atau lunas. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 25 Dalam hal ini wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar; dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua persen ) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB XIII TATA CARA PENAGIHAN Pasal 26 (1) Pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pemberitahuan bayar/penyetoran atau surat lain yang sejenis, sebagai awal pelaksanaan tindakan penagihan. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah surat teguran/peringatan/surat lainnya yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribuasi terutang. (3) Surat teguran/penyetoran atau surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. 23

BAB XIV KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 27 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kedaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan surat, teguran; atau b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung BAB XV SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 28 Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang di persamakan. BAB XVI TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 29 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. 24

BAB XVII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 30 (1) Bupati wajib memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi kepada wajib retribusi, dengan dana yang bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) murni. (2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada masyarakat miskin diluar Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Nasional dan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Daerah, dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi. (3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) khusus diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam. (4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati. BAB XVIII PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN EVALUASI Pasal 31 (1) Dalam rangka pembinaan dan pelayanan kesehatan di RSUD perlu dibentuk Dewan Pengawas RSUD yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. (2) Dewan Penyantun RSUD bertugas mengarahkan, membimbing dan membantu pemecahan masalah baik yang bersifat teknis maupun non teknis demi peningkatan mutu pelayanan kesehatan di RSUD. (3) Susunan anggota Dewan Penyantun RSUD sebagaimana dimaksud ayat (1) sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang. (4) Pelaksana peraturan daerah ini ditugaskan kepada RSUD. 25

(5) Pengawasan terhadap peraturan daerah ini disamping oleh Pejabat fungsional, ditugaskan juga kepada Dewan Pengawas RSUD. BAB XIX PENYIDIKAN Pasal 32 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Kabupaten diberikan wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dnegan tindak pidana dibidang retribusi daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah; g. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meniggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah; 26

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yanga perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaian hasil penyidikan kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 33 (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XXI KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. 27

Pasal 35 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 17 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banjarnegara Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2000 Nomor 30 Seri B Nomor 12 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 36 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya delam Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara. Ditetapkan di Banjarnegara pada tanggal 5 Februari 2010 BUPATI BANJARNEGARA, Cap ttd, D J A S R I 28

Diundangkan di Banjarnegara Pada tanggal 5 Februari 2010 SEKRETARIS DAERAH, Cap ttd, S Y A M S U D I N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI C Salinan sesuai dengan aslinya Sekretaris Daerah, Syamsudin, S.Pd.,M.Pd. Pembina Utama Muda NIP. 19530207.197501.1.003/130 455 105 29

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARNEGARA I. PENJELASAN UMUM II. Bahwa pemeliharaan kesehatan dan usaha mempertinggi derajat kesehatan masyarakat adalah menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dengan Pemerintah Daerah yang harus memperhatikan azas gotong royong, adil dengan mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah. Sejalan dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, maka Pemerintah Kabupaten Banjarnegara perlu menindaklanjuti dan menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Banjarnegara PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal ini menegaskan arti beberapa peristilahan yang dipergunakan dalam Peraturan daerah ini, sehingga tidak salah pengertian dalam penafsirannya. 30

Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Ayat 1 Cukup jelas Ayat 2 Tarip Rawat Jalan di RSUD dinyatakan dalam bentuk karcis harian; Tarif Rawat Darurat 1. Pemeriksaan dokter di Instalasi Gawat Darurat dilakukan oleh Dokter Umum. 2. Sesuai dengan kondisinya dan apabila diperlukan, pasien dapat diperiksa oleh Dokter Spesialis atas dasar konsultasi yang dilakukan oleh Dokter Umum. 3. Tarif pelayanan Rawat Darurat dinyatakan dalam bentuk karcis harian sebesar 2 kali tarif karcis Rawat Jalan. 4. Komponen untuk jasa pelayanan terdiri dari jasa pelayanan untuk Dokter pemeriksa, perawat / bidan dan Tarif Case Manager. 31

5. Tarif semua jenis pemeriksaan penunjang dan tindakan yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat ditetapkan sama dengan tarif tindakan rawat jalan. 6. Tarif jasa konsultasi yang dilaksanakan tanpa kehadiran dokter konsulen diperhitungkan sama dengan tarif konsultasi rawat inap kelas II. 7. Tarif jasa konsultasi yang dilaksanakan dalam jam kerja diperhitungkan sama dengan tarif konsultasi rawat inap kelas II. 8. Tarif jasa konsultasi di luar jam kerja yang dibuktikan dengan kehadiran dokter konsulen diperhitungkan sebesar 2 (dua) kali tarif konsultasi rawat inap kelas II. Tarif Rawat Inap 1. Tarif kelas dan tindakan rawat inap kelas II dijadikan dasar perhitungan untuk penetapan tarif kelas perawatan lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Kelas III : maksimal ½ tarif kelas II b. Kelas II : maksimal 1 kali (dasar perhitungan) c. Kelas I : maksimal 2 kali tarif kelas II d. Kelas Utama : maksimal 2 ½ kali tarif kelas II e. Paviliun : maksimal 3 kali tarif kelas II 2. Tarif kelas perawatan dan tindakan untuk pelayanan perawatan intensif, isolasi dan intermediate diatur dengan tarif khusus. 3. Tarif Perawatan Reguler : Perawatan reguler merupakan pelayanan rawat inap berdasarkan kelas perawatan, dengan ketentuan sbb : a. pasien umum dirawat sesuai dengan kelas perawatan yang dikehendaki oleh pasien atau penanggung jawabnya; 32

b. pasien yang ditanggung oleh pihak ketiga dirawat di kelas perawatan sesuai dengan peraturan yang berlaku; c. pasien yang berstatus tahanan dirawat di kelas III dan Rumah Sakit tidak bertanggung jawab atas biaya dan keamanan pasien tersebut; d. pasien dari Panti Sosial, penderita tidak mampu yang dinyatakan dengan surat keterangan yang sah, dan pasien korban kecelakaan lalu lintas yang belum atau tidak jelas statusnya dirawat di kelas III; e. pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan huruf c yang dirawat di kelas perawatan yang lebih tinggi dari haknya atas permintaan sendiri atau penanggungjawabnya, wajib membayar selisih biaya sesuai kelas perawatan yang ditempati; f. pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, apabila kelas perawatan yang menjadi haknya penuh atau tidak ada, maka pasien dirawat di kelas perawatan yang sesuai hasil kesepakatan dengan pasien atau keluarganya dan wajib membayar selisih biaya perawatan sesuai kelas perawatan yang ditempatinya; g. pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan d oleh karena penyakitnya harus dirawat, dan karena ketiadaan tempat di kelas III sementara menempati kelas II sampai tempat perawatannya tersedia; h. tarif kelas perawatan terdiri dari jasa sarana, visite dokter, dan jasa pelayanan yang terdiri dari asuhan keperawatan dan pelayanan gizi. 33

4. Tarif Perawatan Pengawasan a. perawatan pengawasan adalah pelayanan rawat inap yang dilakukan di ruang pengawasan yang diberikan kepada pasien dengan tingkat ketergantungan tinggi terhadap perawat; b. tarif perawatan pengawasan ditetapkan sebesar 1 ½ kali tarif kelas perawatan yang ditempati. 5. Tarif Perawatan Day Care, One Day Care dan Intermediate Care a. pelayanan Rawat Siang Hari (Day Care) adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi mental dan atau upaya pelayanan kesehatan lain yang dilakukan di rawat inap maksimal 6 (enam) jam; b. parif rawat siang hari (day care) ditetapkan sebesar maksimum ½ dari tarif kelas yang ditempati; c. pelayanan rawat sehari (one day care) adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lain yang lebih dari 6 jam dan maksimum 1 (satu) hari atau 24 jam; d. parif rawat sehari (one day care) ditetapkan sama dengan tarif kelas yang ditempati; e. pelayanan Perawatan sementara (Inter Mediate Care) adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, dan atau upaya pelayanan kesehatan lain yang dilakukan untuk sementara waktu dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat; f. tarif perawatan ruang intermediate care dengan menggunakan tarif khusus. 34

6. Tarif Perawatan Intensive a. perawatan Intensif adalah pelayanan rawat inap secara intensif terhadap pasien yang memerlukan pemeriksaan, perawatan dan pengawasan berkelanjutan dan diselenggarakan di unit perawatan intensif yang terdiri Intensive Care Unit / ICU, Paediatric Intensive Care Unit (PICU) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU); b. ruang Perawatan Intensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ruang perawatan yang memiliki sarana penunjang untuk memantau keadaan pasien secara terus menerus; c. tarif visite dan tindakan penunjang diagnostik yang dilakukan di ruang perawatan intensive ditetapkan sebesar 2 kali tarif kelas perawatan yang ditempati; d. apabila diperlukan sesuai dengan indikasi medik, pasien yang dirawat di unit perawatan intensif dapat dikenakan biaya tarif tindakan khusus perawatan intensif. 7. Tarif Pelayanan Tindakan Medik a. tarif tindakan medik operatif yang dilakukan di Instalasi Rawat Jalan ditetapkan sama dengan tarif sejenis dari tarif rawat inap kelas II; b. pengelompokan tindakan medik ditetapkan oleh Bupati atas usulan Direktur; c. tarif tindakan medik operatif tidak termasuk biaya sewa kamar operasi dan alat-alat kesehatan yang digunakan pasien apabila diperlukan untuk jenis tindakan operasi tertentu; 35

d. jasa pelayanan tindakan medik operatif terdiri dari jasa pelayanan untuk operator, asisten operasi, tenaga anestesi dan jasa pelayanan asuhan keperawatan ruangan; e. jasa pelayanan untuk dokter anestesi ditetapkan sebesar maksimal ½ dari jasa pelayanan operator disesuaikan dengan jenis dan kelompok tindakannya; f. apabila tindakan anestesi dilakukan oleh penata anestesi maka jasa pelayanan ditetapkan sebesar maksimal 1/3 dari jasa pelayanan operator disesuaikan dengan jenis dan kelompok tindakannya. 8. Tarif Pelayanan Kebidanan dan Penyakit Kandungan a. tarif tindakan persalinan normal yang dilakukan oleh Dokter Umum ditetapkan sebesar ¾ dari tarif tindakan Dokter Spesialis; b. tarif tindakan persalinan normal yang dilakukan oleh Bidan ditetapkan sebesar 1/2 dari tarif tindakan Dokter Spesialis; c. semua bayi yang lahir di Rumah Sakit dikenakan tarif tindakan resusitasi sebagaimana terlampir dalam Peraturan Daerah ini; d. besarnya tarif pelayanan akomodasi bayi sehat yang dilahirkan di Rumah Sakit dikenakan biaya akomodasi sebesar 50% (lima puluh persen) dan tarif kelas perawatan yang ditempati ibunya; e. besarnya tarif akomodasi untuk bayi yang lahir bemasalah di Rumah Sakit yang memerlukan tindakan dan perawatan khusus dikenakan biaya akomodasi sama dengan tarif kelas perawatan yang ditempati ibunya; 36

f. besarnya tarif akomodasi untuk bayi bermasalah yang dilahirkan di luar Rumah Sakit dan memerlukan tindakan khusus dikenakan biaya akomodasi sama dengan tarif kelas II; g. pengelompokan tindakan medik operatif kebidanan dan kandungan sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan oleh Bupati atas usulan dari Direktur; h. jasa pelayanan tindakan medik operatif kebidanan dan kandungan terdiri dari jasa pelayanan untuk operator, dokter spesialis anak / dokter umum, asisten operasi, tenaga anestesi dan jasa pelayanan asuhan keperawatan ruangan; i. jasa pelayanan untuk Dokter Spesialis Anestesi ditetapkan sebesar maksimal ½ dari jasa pelayanan operator disesuaikan dengan jenis dan kelompok tindakannya; j. apabila tindakan anestesi dilakukan oleh penata anestesi maka jasa pelayanan ditetapkan sebesar maksimal 1/3 dari jasa pelayanan operator disesuaikan dengan jenis dan kelompok tindakannya; k. jasa pelayanan tindakan resusitasi yang dilakukan oleh Dokter Spesialis Anak ditetapkan sebesar maksimal ¼ dari jasa pelayanan operator disesuaikan dengan jenis dan kelompok tindakannya; l. jasa pelayanan tindakan resusitasi yang dilakukan oleh Dokter Umum / atau Bidan ditetapkan sebesar maksimal 1/6 dari jasa pelayanan operator disesuaikan dengan jenis dan kelompok tindakannya; 37

m. tarif tindakan medik operatif kebidanan dan kandungan tidak mencakup biaya sewa kamar operasi dan alat-alat kesehatan yang digunakan pasien apabila memerlukan untuk jenis tindakan operasi tertentu. 9. Tarif Pelayanan Gigi dan Mulut a. tarif pelayanan medik gigi dan mulut terdiri dari pemeriksaan dan atau tindakan medik serta asuhan keperawatan, yang dilakukan sesuai dengan kondisi pasien; b. tarif tindakan medik gigi dan mulut yang dilakukan di Instalasi Rawat Jalan ditetapkan sama dengan tarif sejenis dari tarif rawat inap kelas II; c. pengelompokan tindakan medik gigi dan mulut sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan oleh Bupati atas usulan dari Direktur. 10. Tarif Pelayanan Laboratorium a. pemeriksaan Laboratorium terdiri dari pemeriksaan patologi klinik, patologi anatomi dan mikrobilogi klinik; b. tarif pemeriksaan laboratorium pasien rawat jalan ditetapkan sama dengan tarif pemeriksaan atau tindakan sejenis dari tarif pasien rawat inap kelas II; c. tarif pemeriksaan laboratorium pasien rawat inap ditetapkan sesuai dengan pengelompokan jenis pemeriksaan dan kelas perawatan. 11. Tarif Pelayanan Radiologi a. pemeriksaan Radiologi terdiri dari pemeriksaan dasar, khusus, sedang dan canggih; b. tarif pemeriksaan radiologi pasien rawat jalan ditetapkan sama dengan tarif pemeriksaan atau tindakan sejenis dari tarif pasien rawat inap kelas II; 38

c. tarif pemeriksaan radiologi pasien rawat inap ditetapkan sesuai dengan pengelompokan jenis pemeriksaan dan kelas perawatan. 12. Tarif Pelayanan Rehabilitasi Medik a. pelayanan rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan tindakan fisioterapi, terapi okupasional, terapi wicara, orthotik / prothestik, bimbingan sosial medik, pelayanan psikologi serta rehabilitasi lainnya; b. pelayanan psikologi adalah pelayanan yang diberikan oleh Psikolog dalam bentuk pelayanan konsultasi psikologi, tindakan dan pemeriksaan psikologi; c. tarif pelayanan Rehabilitasi Medik dan Psikologi pasien rawat jalan ditetapkan sama dengan tarif pemeriksaan atau tindakan sejenis dari tarif pasien rawat inap kelas II; d. tarif pelayanan Rehabilitasi Medik dan Psikologi pasien rawat inap ditetapkan sesuai dengan pengelompokan dan kelas perawatan. 13. Tarif Pelayanan Elektromedik Diagnostik a. pemeriksaan elektromedik diagnostik adalah jenis pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan alat medik tertentu; b. tarif pelayanan elektromedik diagnostik ditetapkan berdasarkan kecanggihan alat dan tanpa memandang kelas perawatan. 14. Pelayanan Farmasi a. pelayanan farmasi adalah pelayanan perbekalan farmasi berupa obat-obatan, bahan kimia, gas medik dan alat kesehatan serta pelayanan konseling obat; 39

b. tarif pelayanan farmasi terdiri dari jasa pelayanan resep, pelayanan gas medik (oksigen) serta pelayanan konseling farmasi klinik. 15. Pelayanan Gizi a. pelayanan gizi terdiri dari pelayanan konsultasi gizi, pelayanan produksi dan pemberian makanan minuman kepada pasien rawat inap; b. tarif konsultasi gizi untuk pasien rawat jalan ditetapkan sebesar tarif konsultasi gizi pasien rawat inap kelas II; c. jasa pelayanan produksi dan pemberian makanan minuman kepada pasien rawat inap dikenakan setiap hari sesuai dengan kelas perawatan yang ditempati pasien. 16. Pelayanan Rekam Medik a. pelayanan Rekam Medik adalah pelayanan dokumen medik pasien yang diperlukan untuk menunjang kesinambungan pelayanan; b. tarif pelayanan rekam medik terdiri dari jasa pencarian, pelayanan, pengelolaan dan penyimpanan dokumen medik. 17. Pelayanan Penunjang Non Medik a. pelayanan Medikolegal 1) pelayanan Medikolegal meliputi pelayanan visum et repertum dan pelayanan surat keterangan sehat yang lain; 2) tarif pelayanan medikolegal ditetapkan sesuai dengan jenis permintaan keterangan yang diminta. 40

b. pelayanan Pemulasaraan Jenazah 1) pelayanan Pemulasaraan Jenazah meliputi: perawatan jenazah, penitipan jenazah, autopsi jenazah, konservasi jenazah dan penguburan jenazah; 2) tarif pemulasaraan jenazah ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan dan disesuaikan dengan agama dan keyakinan pasien. c. pelayanan transportasi ambulance terdiri dari pelayanan ambulance, dan mobil jenazah; 1) pelayanan transportasi ambulance sebagaimana dimaksud disediakan untuk pengangkutan penderita dari tempat tinggalnya ke Rumah Sakit atau sebaliknya, serta dari Rumah Sakit ke Rumah Sakit lainnya atau sebaliknya; 2) pelayanan transportasi mobil jenazah sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 22 ayat (4) disediakan untuk pengangkutan jenazah dari Rumah Sakit ke tempat tujuan atau dari lokasi ke Rumah Sakit; 3) tarif pelayanan transportasi pasien ditetapkan dengan memperhitungkan jarak tempuh, harga BBM yang berlaku, keamanan dan keselamatan pasien selama dalam perjalanan. 18. Pelayanan Lain-Lain a. pelayanan Laparoskopi 1) tarif pelayanan Laparaskopi ditetapkan dengan melihat kesetaraannya dengan tindakan medik operatif kategori besar atau khusus); 2) tarif tindakan laparoskopi guna kepentingan Pasal pelayanan keluarga berencana ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan dengan pihak III. 41

b. pelayanan General Check Up Tarif pelayanan general check up terdiri dari tarif karcis rawat jalan, pemeriksaan dan pelayanan penunjang yang diperlukan disesuaikan dengan kategori masing-masing. c. pelayanan Hemodialisa Tarif pelayanan hemodialisa dilakukan sebagai tindakan diagnostik terapi dengan memperhitungkan biaya investasi yang diperlukan dan bahan yang dipakai. d. pelayanan Homecare Tarif pelayanan homecare terdiri dari biaya BBM transportasi, jasa kunjungan oleh tenaga kesehatan Rumah Sakit dan biaya untuk jenis tindakan atau pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup Jelas Pasal 12 Cukup Jelas Pasal 13 Cukup Jelas Pasal 14 Ayat (1) Cukup Jelas 42

Ayat (2) Huruf a kelas III perawatan Rawat Inap adalah kamar perawatan yang berisi lebih dari 4 (empat) tempat tidur pasien dalam satu ruangan dan kamar mandi bersama. Huruf b kelas II perawatan Rawat Inap adalah kamar perawatan yang berisi paling banyak 4 (empat) tempat tidur pasien dalam satu ruangan dan kamar mandi bersama. Huruf c kelas I perawatan Rawat Inap adalah kamar perawatan yang berisi paling banyak 2 (dua) tempat tidur pasien, dengan fasilitas berupa kamar mandi dalam, satu televisi untuk berdua dan kipas angin. Huruf d kelas Utama perawatan Rawat Inap adalah kamar perawatan yang berisi paling banyak 1 (satu) tempat tidur pasien, dengan fasilitas berupa kamar mandi dalam, sofa penunggu pasien, televisi dan kipas angin. Huruf e kelas Paviliun perawatan Rawat Inap adalah kamar perawatan yang berisi paling banyak 1 (satu) tempat tidur pasien, dengan fasilitas khusus berupa kamar mandi dalam, sofa penunggu pasien, televisi dan pendingin ruangan (AC). Pasal 15 Cukup Jelas Pasal 16 Cukup Jelas Pasal 17 Cukup Jelas Pasal 18 43

Cukup Jelas Pasal 19 Cukup Jelas Pasal 20 Cukup Jelas Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22 Cukup Jelas Pasal 23 Cukup Jelas Pasal 24 Cukup Jelas Pasal 25 Sanksi administrasi disini dimaksudkan agar wajib retribusi taat pada kewajibannya. Pasal 26 Cukup Jelas Pasal 27 Cukup Jelas Pasal 28 Cukup Jelas Pasal 29 Ayat (1) Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah keseluruhan proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak lain. Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 30 Cukup Jelas 44

Pasal 31 Cukup Jelas Pasal 32 Cukup Jelas Pasal 33 Ayat (1) Ancaman pidana atau denda disini dimaksudkan agar wajib retribusi taat pada kewajibannya. Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 34 Cukup Jelas Pasal 35 Cukup Jelas Pasal 34 Cukup Jelas Pasal 35 Cukup Jelas Pasal 36 Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 127 45

Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 5 Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Banjarnegara TARIF PELAYANAN RAWAT JALAN NO JENIS PELAYANAN JASA SARANA JASA PELAYANAN JUMLAH 1 Rawat Jalan Tingkat I (dr.umum, drg.psikologi) 2 Rawat Jalan Tingkat II (Dokter Spesialis) 2.500 4.500 7.000 2.500 8.500 11.000 TARIF JASA KONSULTASI RAWAT JALAN NO JENIS TINDAKAN JASA SARANA JASA PELAYANAN JUMLAH 1 Konsultasi Medis - 7.500 7.500 2 Konsultasi Psikologi - 7.500 7.500 3 Konsultasi Gizi - 7.500 7.500 46

TARIF TINDAKAN RAWAT JALAN POLIKLINIK NO JENIS TINDAKAN JASA SARANA JASA PELAYANA N JUMLAH I POLI BEDAH 1 TINDAKAN MEDIS NON OPERATIF ( BEDAH ) Angkat Cous Alienum 7.500 16.500 24.000 2 Buka Gyps 20.000 19.500 39.500 3 Buka Jahitan 7.500 10.000 17.500 4 Blast Punksi 7.500 32.500 40.000 5 Buka kateter 7.500 10.000 17.500 6 Biopsi Jaringan 10.000 32.500 42.500 7 Ganti Balut Kecil 7.500 10.000 17.500 8 Ganti Balut Sedang 7.500 11.500 19.000 9 Ganti Balut Besar 7.500 13.000 20.500 10 Debridemen Kecil 7.500 10.000 17.500 11 Debridemen Sedang 7.500 16.500 24.000 12 Debridemen Besar 7.500 23.000 30.500 13 Pasang Kateter 7.500 16.500 24.000 14 Pasang Collar Neck 7.500 16.500 24.000 47