PENGUKURAN JANGKAUAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL MULTIHOP PADA PEMANTAUAN SUHU DAN KELEMBABAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. real time atau pada saat itu juga. Didorong dari kebutuhan-kebutuhan realtime

Implementasi dan Analisa Jaringan Wireless Sensor Untuk Monitoring Suhu, Kelembaban dan Kadar CO2 Pada Ruangan

I. PENDAHULUAN. Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) merupakan kesatuan perangkat sensor untuk

I. PENDAHULUAN. secara langsung melalui jaringan kabel[1,2]. Implementasi jaringan dengan

PENGARUH JARAK DAN OBSTACLE PADA RSSI JARINGAN ZIGBEE ( ) Reza Febrialdy Yuwono 1, Novian Anggis S. 2

DESAIN TOPOLOGI KOMUNIKASI WIRELESS SENSOR NETWORK (WSN) PADA APLIKASI SISTEM STRUCTURAL HEALTH MONITORING (SHM) JEMBATAN ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL UNTUK MEMANTAU KELEMBABAN TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI. Abstrak

Studi Level Daya Pada Perangkat Zigbee Untuk Kelayakan Aplikasi Realtime Monitoring

IMPLEMENTASI KOLABORASI NODE PADA SISTEM KOMUNIKASI AD HOC MULTIHOP BERBASIS JARINGAN SENSOR NIRKABEL

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN)

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

Sistem Monitoring Energi Lampu Penerangan Jalan Umum Berbasis Wireless Sensor Network dengan Topologi Mesh

Evaluasi Karakteristik XBee Pro dan nrf24l01+ sebagai Transceiver Nirkabel

ANALISIS PERFORMANSI TRANSMISI DATA PROTOKOL ZIGBEE (IEEE ) TERHADAP PENAMBAHAN JUMLAH CLIENT PADA WIRELESS SENSOR NETWORK

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang sangat besar untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi di bidang industri pertanian.

PERANCANGAN SISTEM PENGIRIMAN DATA SENSOR ALTITUDE YANG TERPASANG PADA MIKROKONTROLER ARDUINO MENGGUNAKAN PROTOKOL XBEE

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Wireless Sensor Network Untuk Pengumpulan Data Bergerak Pada Sistem Informasi Medis

Wireless Sensor Network menggunakan Radio Transceiver 2,4 Ghz pada Aplikasi Sistem Akuisisi Data

SISTEM ALARM TERPUSAT MEMANFAATKAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL. Abstrak

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

KUALITAS LAYANAN DAN DATA PADA JARINGAN NIRKABEL ZIGBEE/XBEE BERDASARKAN JARAK DAN CUACA NASKAH PUBLIKASI

JURNAL INFORMATIKA PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM MONITORING PARAMETER TANAH BERBASIS JARINGAN SENSOR NIRKABEL. Ratna Susana

DESAIN DAN ANALISA MANAJEMEN KONSUMSI DAYA PADA WSN UNTUK SISTEM MONITORING KESEHATAN STRUKTUR (SMKS) JEMBATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kampus PENS-ITS Sukolilo, Surabaya

SISTEM PEMANTAUAN LINGKUNGAN BERBASIS WSN DENGAN LAJU SAMPLING YANG ADAPTIF

III. METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini terdiri dari

Implementasi Wireless Sensor Network Dengan Menggunakan Protokol OLSR pada Arduino Pro Mini dan NRF24L01

INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE B

Perancangan Sistem Pengendalian Suhu pada Gedung Bertingkat dengan Teknologi Wireless Sensor Network

Rancang Bangun Alat Transmisi Data Temperatur Gunung Api Menggunakan Transceiver nrf24l01+

Metode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KOMUNIKASI DATA ST014 Komunikasi data nirkabel dan topologi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

Kampus ITS, Surabaya

KINERJA LEACH PROTOCOL PADA WSN YANG BEKERJA DI LINGKUNGAN DENGAN TEMPERATUR YANG TINGGI

JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER

Protokol Routing Power Efficient Gathering in Sensor Information Systems pada Wireless Sensor Network

SISTEM MONITORING KUALITAS AIR PADA KOLAM IKAN BERBASIS WIRELESS SENSOR NETWORK MENGGUNAKAN KOMUNIKASI ZIGBEE

Wahana Fisika,1(1), Analisis Jangkauan Dan Baud Rate Transmisi Data Pada Sistem Telemetri Temperatur Berbasis Mikrokontroler

PENJADWALAN TIPE DAWN-A DAN DAWN-B PADA JARINGAN RADIO SINKRON

RANCANG BANGUN ALAT PEMANTAU SUHU DAN KELEMBABAN UDARA YANG BERBASISKAN WIRELESS

Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel

ANALISIS DAYA TAHAN BATERAI DAN AKURASI PENGUKURAN SENSOR SUHU DAN KELEMBABAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL UNTUK MESIN PENGERING GABAH

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

ANALISA INTERFERENSI ELEKTROMAGNETIK PADA PROPAGASI Wi-Fi INDOOR

Implementasi Multi Channel Pada Wireless Sensor Network

MONITORING ELEKTROKARDIOGRAF MENGGUNAKAN TOPOLOGI MESH ELECTROCARDIOGRAPH MONITORING USING MESH TOPOLOGY

Metode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor

MONITORING DAN PENGATURAN PERALATAN LISTRIK PADA BANGUNAN BERKACA DENGAN KONSEP WIRELESS SENSOR NETWORK

Rancang Bangun Sistem Telemetri Pengukur Konsentrasi Gas Amonia Menggunakan Sensor MQ-137 dan Transceiver nrf24l01+

IEEE b 1.1 INTRODUCTION

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

MACAM-MACAM TOPOLOGI JARINGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencemaran udara dapat mempengaruhi kesejahteraan manusia, baik secara

Pengantar Wireless LAN. Olivia Kembuan, S.Kom, M.Eng PTIK UNIMA

PEMODELAN LAPISAN FISIK UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran pernapasan atau pneumokoniosis yang merupakan penyakit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) merupakan sebuah jaringan yang disusun oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

OPTIMASI PARAMETER PARAMETER LAPISAN FISIK UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL

RANCANG BANGUN SISTEM KOMUNIKASI MULTIHOP PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL

Rancang Bangun Sistem Monitoring Kelembaban Tanah Menggunakan Wireless Sensor Berbasis Arduino Uno

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang muncul dapat langsung dideteksi lebih awal. Oleh karena itu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penulis membutuhkan perangkat keras sebagai berikut:

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

BAB IV ANALISA KERJA DARI SISTEM WIRELESS SENSOR NETWORK BERBASIS INTERNET PROTOCOL (IP) UNTUK PEMBACAAN TINGKAT POLUSI UDARA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas LPG Menggunakan Multi Sensor berbasis M2M

BAB I PENDAHULUAN. vegetasi dan material karena ulah manusia (man made). Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaringan komputer yang terdiri dari beberapa intercommunicating

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada masing-masing node ditunjukkan pada tabel 4.1.

Journal of Control and Network Systems

Real Time Visualization System untuk monitoring posisi node pada jaringan sensor nirkabel berbasis komunikasi zigbee

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

JURNAL INFORMATIKA PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM MONITORING PARAMETER TANAH BERBASIS JARINGAN SENSOR NIRKABEL. Ratna Susana

BAB III PENGIMPLEMENTASIAN SISTEM

DRAF JURNAL PENELITIAN INOVASI UNSIL Investigasi kedalaman airlaut pada komunikasi wireless dengan Xbee Pro berbasis Protokol IEEE

SISTEM MONITORING RESERVOIR AIR TERDISTRIBUSI SEBAGAI PENDUKUNG SMART BUILDING

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM MONITORING TEGANGAN DAN FASA LOSS PADA JARINGAN TENAGA LISTRIK

Pengantar Wireless Sensor Network

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL (JSN) UNTUK MEMANTAU SUHU DAN KELEMBABAN MENGGUNAKAN nrf24l01+

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

Analisis Performansi Mobile Ad- Hoc Network Pada Perangkat Android Untuk Membangun Sistem Komunikasi Pada Kondisi Bencana Alam

MONITORING PH AIR DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER BERBASIS RADIO

ANALISIS PROTOCOL LOW ENERGY ADAPTIVE CLUSTERING HIERARCHY PADA WIRELESS SENSOR NETWORK

SISTEM KEAMANAN KSATRIAN DENGAN SENSOR PIR MENGGUNAKAN METODE CLUSTER BASED

BAB IV PENGUJIAN SISTEM

Transkripsi:

PENGUKURAN JANGKAUAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL MULTIHOP PADA PEMANTAUAN SUHU DAN KELEMBABAN Faqih Rofii, Fachrudin Hunaini, Devinta R.A. Hadi Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang faqih@widyagama.ac.id, fachrudin_h@widyagama.ac.id, devinta@widyagama.ac.id ABSTRAK. Pengiriman data pada jaringan sensor nirkabel (JSN) seringkali mengalami gangguan akibat terputusnya komunikasi antar node dan juga banyaknya penghalang. Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model komunikasi multihop. Multihop adalah sistem komunikasi yang melibatkan beberapa perangkat antara seperti router untuk meneruskan atau mengirimkan data informasi hasil pemantauan dari node slave menuju node master melalui node-node sensor terdekat di sekitarnya. Komunikasi pada JSN ini menggunakan modul wireless nrf24l01 dengan mode adhoc dilengkapi dengan sensor suhu dan kelembaban. Beberapa skenario pengujian untuk mengukur jangkauan JSN ini telah dilakukan pada kondisi terdapat penghalang dan tanpa penghalang dengan menggunakan satu master node dan tiga slave node. Hasil dari pengukuran menunjukkan bahwa jarak jangkauan maksimal mencapai 100 meter. Pada kondisi didalam ruangan kemampuan perangkat JSN berkurang hingga ± 61% karena adanya penghalang berupa dinding. Kata Kunci: Wireless Sensor Network; Multihop; Adhoc Network; Comunication Range PENDAHULUAN Jaringan sensor nirkabel atau Wireless Sensor Network (WSN) merupakan teknologi yang terus berkembang, karena mempunyai aplikasi potensial di bidang pengawasan, pemantauan lingkungan, transportasi, kesehatan, militer dan manajemen bencana. Sebuah WSN memantau suatu lingkungan melalui sensing sifat-sifat fisiknya. WSN adalah sebuah jaringan yang murah dan otonom serta berfungsi untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkan data sensorik ke base tranceiver station (BTS) melalui media nirkabel (Sohraby et al., 2007). WSN terbentuk dari kumpulan titik-titik sensor yang sangat banyak dan tersebar tidak beraturan dalam suatu area yang disebut sensor field. Tiap node sensor memiliki kemampuan untuk mengumpulkan data dan berkomunikasi dengan node sensor lainnya. Keunggulan dari JSN ini adalah mempunyai daya jangkau yang lebih luas, akurat dan juga harga yang lebih murah. Tetapi memiliki kelemahan yaitu sering terjadi losses pada saat pengiriman data dikarenakan cakupan area yang luas dengan terdapat banyak penghalang (Febriyanto et al., 2010). Salah satu cara untuk mengurangai losses komunikasi pada JSN adalah dengan sistem komunikasi multihop (Hoymann et al., 2006). Beberapa penelitian JSN yang terkait dengan model komunikasi multihop menggunakan media antara atau router untuk menghubungkan antar node dalam suatu area (Ahmed and Fisal, 2008; Singh et al., 2010). Pada ini sistem komunikasi yang dibangun didasarkan pada jaringan adhoc, sehingga node-node yang ada dapat digunakan untuk mengirimkan sekaligus menghubungkan dengan node yang lain tanpa tipe konfigurasi jaringan dalam kondisi tanpa penghalang dan dengan penghalan, baik indoor maupun outdoor. Node-node pada JSN bertugas untuk megumpulkan data hasil pantauan dan mengirimkan data tersebut ke pusata data, misal suhu, tekanan udara, kelembapan udara dan beberapa parameter lingkungan lainnya (Adiptya and Wibawanto, 2015). Sensor node tersebut diletakkan ditempattempat berbeda untuk memantau kondisi suatu plan. Pada penelitian ini, menggunakan perangkat nirkabel nrf24l01, baik sebagai master node maupun slave node. nrf24l01 adalah sebuah modul yang memanfaatkan gelombang radio pada frekuensi 2,4 GHz ISM (Industrial,Scientific and Medical) dan menggunakan antarmuka SPI untuk berkomunikasi. Tegangan kerja dari modul ini 5V DC, lebih kecil dibandingkan daya yang dibutuhkan perangkat nirkabel lain. Perangkat ini memiliki true ULP solution memungkinkan daya tahan baterai berbulan atau bertahun-tahun. Selain itu, pada data rate 2 Mbps, nrf24l01 dicapai kecepatan maksimal yaitu 68 Kbps dan dapat mentransmisikan lebih cepat dari modul wireless lainnya, misalnya Xbee (Fajriansyah et al., 2016) 58

METODE PENELITIAN Rancangan Skema Sistem Komunikasi JSN Multihop Sistem komunikasi JSN multihop yang dikembangkan terdiri dari 4 node, yaitu 1 node sebagai master node yang terhubung langsung dengan komputer dan 3 node slave yang digunakan untuk komunikasi dan megumpulkan data (sensor). Node master terdiri dari arduino Uno R3, mikrokontroller ATmega328P, Nrf24L01, LCD dan komputer. Sedangkan slave node terdiri dari Arduino Uno R3, mikrokontroller ATmega328P, Nrf24L01, sensor suhu dan kelembaban (DHT 11), LCD dan daya sebagaimana pada Gambar 1. NRF24L01 NRF24L01 NRF24L01 NRF24L01 Arduino Uno Arduino Uno Arduino Uno Arduino Uno PC Daya Sensor DHT Daya Sensor DHT Daya Sensor DHT Sensor DHT LCD LCD LCD LCD Gambar 1. Rancangan skema sistem komunikasi JSN multihop Mode transmisi komunikasi ini adalah half-duplex, artinya master dan slave node akan saling berkomunikasi secara bergantian, yaitu ketika master node sedang mengirimkan data maka slave node akan berfungsi hanya sebagai penerima, begitu juga sebaliknya. Master node berlaku sebagai pengatur jalannya komunikasi dimana pada kondisi default master node akan selalu meminta data ke node slave 1, dan menunggu respon dari slave node 1 selama maksimal 30 detik, jika tidak ada respon dari slave node 1 maka master node akan meminta kembali data ke slave node 1 hingga mendapat respon balik. Topologi jaringan komunikasi yang dibangun pada sistem komunikasi JSN multihop ini adalah topologi mesh, bus dan bintang. Skenario Pengukuran Jangkauan Komunikasi JSN Multihop Model ini bertujuan untuk menghasilkan pengukuran jangkauan komunikasi JSN multihop pada berbagai topologi jaringan, pada kondisi tanpa penghalang dan dengan penghalang di antara node-nodenya dan ditempatkan pada indoor dan outdoor. a. Skenario 1. Topologi bus tanpa penghalang pada kondisi outdoor Pada skenario 1, node master dan node slave ditempatkan pada suatu ruang terbuka tanpa penghalang. Node 1 berfungsi sebagai node master yang terhubung dengan komputer, sedangkan tiga node lainnya berfungsi sebagai node slave. Node 2 dan node 3 menjadi repeater untuk node 4 agar dapat mengirim data kepada node 1 (node master). Selain sebagai repeater, node 2 dan node 3 juga dapat mengirimkan data masing-masing hasil pemantauan (suhu dan kelembaban) kepada node master. 1 2 3 4 Gambar 2. Rancangan pengukuran skenario 1 59

Seminar Nasional Hasil Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang 2017 b. Skenario 2. Topologi bus-bintang tanpa penghalang pada kondisi outdoor Pada skenario 2, node master dan node slave ditempatkan pada suatu ruang terbuka tanpa penghalang. Node 1 berfungsi sebagai node master yang terhubung dengan komputer, sedangkan tiga node lainnya berfungsi sebagai node slave. Node 2 diletakkan di wilayah yang berlawanan arah dengan node 3 sehingga node 2 langsung terhubung dengan node master. Node 3 difungsikan sebagai repeater agar node 4 dapat mengirimkan data kepada node master. 1 3 4 2 Gambar 3. Rancangan pengukuran skenario 2 c. Skenario 3. Topologi bintang tanpa penghalang pada kondisi outdoor Pada skenario 3, node master dan node slave ditempatkan pada suatu ruang terbuka tanpa penghalang. Node 1 berfungsi sebagai node master yang terhubung dengan komputer, sedangkan tiga node lainnya berfungsi sebagai node slave. Pada skenario ini, tidak ada node slave yang berfungsi sebagai repeater. Masing- masing node (node 2, node 3, dan node 4) berada di titik yang berbeda dan tidak pada satu arah. 1 3 4 2 Gambar 4. Rancangan pengukuran skenario 3 d. Skenario 4. Topologi bus dengan penghalang pada kondisi indoor Pada skenario 4, node master dan node slave ditempatkan pada suatu ruang tertutup dengan penghalang berupa dinding ruangan. Node 1 berfungsi sebagai node master yang terhubung dengan komputer, sedangkan tiga node lainnya berfungsi sebagai node slave. Pada skenario ini, node 1 dan 3 ditempatkan pada dinding ruangan tertutup, sedangakan node 2 dan 4 diletakkan pada ruang terbuka. Posisi setiap node membentuk garis lurus dimana node 3 dan 4 difungsikan sebagai repeater untuk membentuk komunikasi multihop. 1 2 3 4 60

Gambar 5. Rancangan pengukuran skenario 4 e. Skenario 5. Topologi bus-bintang dengan penghalang pada kondisi indoor Pada skenario 5, node master dan node slave ditempatkan pada suatu ruang tertutup dengan penghalang berupa dinding ruangan. Node 1 berfungsi sebagai node master yang terhubung dengan komputer, sedangkan tiga node lainnya berfungsi sebagai node slave. Pada skenario ini, node 1 ditempatkan pada dinding ruangan tertutup, sedangakan node 3 dan 4 diletakkan pada ruang terbuka dengan posisi sejajar dan saling terhubung, dimana node 3 difungsikan sebagai repeater. Node 2 berada pada ruang terbuka dan langsung terhubng dengan node 1 dan tidak terhubung dengan node 3 dan 4. 1 3 4 2 Pengujian Komunikasi JSN Multihop Gambar 6. Rancangan pengukuran skenario 5 Pada sistem ini, komunikasi yang dibangun menggunakan perangkat pemancar-penerima nirkabel nrf24l01 yang beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz, sedangkan sensor yang digunakan untuk memantau suhu dan kelembaban adalah DHT11 yang diletakkan pada board arduino dan dinyatakan sebaga node. Terdapat 4 node yang dgunakan, yaitu 1 node sebagai master dan 3 node sebagai slave. Alur pengujian adalah menempatkan seluruh perangkat sesuai skenario yang direncanakan, kemudian mengaktifkan seluruh perangkat agar dapat dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Jika seluruh node telah aktif, selanjutnya node master akan request data ke node slave 1, setelah node slave 1 menerima sinyal request data dari node master selanjutnya node slave 1 akan melakukan sensing suhu dan kelembaban, hasil sensing akan ditampilkan di LCD sekaligus dikirim ke node master. Untuk request data dari node yang lebih jauh, maka master node akan mengirimkan sinyal request kepada node yang dituju melalui node terdekat yang berfungsi sebagai repeater atau hop untuk diteruskan hingga sampai kepada node yang dituju. Setelah sinyal request diterima oleh node yang dituju, maka node tersebut akan melakukan sensing dan mengirimkan hasil sensing tersebut ke master node melalui node terdekat. Untuk mengetahui jarak jangkauan komunikasi antar node, dilakukan pengukuran jarak antara node master dan node slave terjauh. Jarak maksimum didapat, jika program aplikasi pengukuran pada komputer sudah tidak mampu membaca hasil pengukuran, Syang berarti komunikasi antar node terputus (di atas ambang batas penerimaan sinyal. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan sesuai dengan skenario yang direncanakan, maka dapat ditampilkan data-data hasil pengujian dan analisis pembahasannya. Hasil Pengujian Berikut data-data hasil pengujian sesuai dengan skenario pengujian masing-masing : 61

a. Skenario 1. Topologi bus tanpa penghalang pada kondisi outdoor Tabel 1. Hasil pengujian jarak jangkauan, suhu dan kelembaban pada skenario 1 2-1 34 1 32 59 3-2 - 1 64 2 28 61 4-3 - 2-1 100 3 30 61 - - 4 33 46 b. Skenario 2. Topologi bus-bintang tanpa penghalang pada kondisi outdoor Tabel 2. Hasil pengujian jarak jangkauan, suhu dan kelembaban pada skenario 2 2-1 35 1 32 61 3-1 53 2 31 54 4-3 - 1 66 3 33 47 - - 4 33 43 c. Skenario 3. Topologi bintang tanpa penghalang pada kondisi outdoor Tabel 3. Hasil pengujian jarak jangkauan, suhu dan kelembaban pada skenario 3 2-1 35 1 32 59 3-1 30 2 26 49 4-1 35 3 30 52 - - 4 33 46 d. Skenario 4. Topologi bus dengan penghalang pada kondisi indoor Tabel 4. Hasil pengujian jarak jangkauan, suhu dan kelembaban pada skenario 4 2-1 11 1 31 60 3-2 - 1 18 2 30 56 4-3 - 2-1 27 3 31 57 - - 4 37 36 e. Skenario 5. Topologi bus-bintang dengan penghalang pada kondisi indoor Tabel 5. Hasil pengujian jarak jangkauan, suhu dan kelembaban pada skenario 4 62

2-1 12 1 31 60 3-1 9 2 29 56 4-3 - 1 39 3 30 57 - - 4 39 39 PEMBAHASAN Hasil pengujian pada skenario 1 pada tabel 1, dapat dinyatakan bahwa pada topologi bus dengan kondisi outdoor tanpa penghalang, jarak terjauh untuk 3 node (4 3 2 1) mencapai 100 m dengan rata-rata jarak jangkauan antar node sejauh 33,33 m. Hasil pengujian pada skenario 2 dengan topologi bus-bintang pada kondisi outdoor tanpa penghalang, jarak terjauh 2 node (4 3 1) mencapai 66 m dengan rata-rata jarak jangkauan antar node sejauh 33 m. Pada skenario ini, node 2 diletakkan di area yang berlawanan dengan node 3, sedangkan node 4 searah dengan node 3, dimana node 3 menjadi repeater atau hop agar node 4 dapat mengirim data ke node 1 sebagai node master. Meskipun sebagai repeater, node 3 juga dapat mengirimkan data langsung ke node master dengan jarak 30 meter. Dengan adanya node 3, maka jarak node 4 yang berada 66 meter dari node master dapat dijangkau, sebagaimana pada tabel 2. Pada skenario 3 dengan topologi star pada kondisi outdoor masing-masing node slave diletakan pada tempat yang berbeda, dimana masing-masing node slave tidak dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Masing-masing node slave langsung terhubung dengan node master. Pada skenario ini, jarak antara node master dengan slave terjauh mencapi 35 meter (node 4 1) sedangkan terpendek 35 m (node 3 1). Pada skenario 4 topologi bus dengan penghalang pada kondisi indoor, berdasarkan tabel 4 hasil pengujian, dapat di ketahui jarak maksimal pengiriman data dengan penghalang adalah 11 meter (node 2 1). Perbedaan jarak jangkauan node lainnya berkisar ± 2 meter. Jarak jangkauan node 3 ke node 2 adalah 7 meter, dan jarak jangkauan node 4 ke node 3 adalah 9 meter. Dengan sistem komunikasi multihop, jarak total antara node 4 ke node 1 yaitu sejauh 27 meter. Pada skenario 5 topologi bus-bintang dengan penghalang pada kondisi indoor, berdasarkan tabel 5 hasil pengujian, dapat di ketahui jarak maksimal pengiriman data dengan penghalang adalah 12 m (antara node 2 dan node 1). Node 4 searah dengan node 3 sehingga node 3 menjadi repeater atau hop agar node 4 dapat mengirim data ke node 1 sebagai node master. Meskipun sebagai repeater, node 3 juga dapat mengirimkan data langsung ke node master dengan jarak 30 meter. Pada skenario ini, node 2, 3 dan 4 berada diluar ruangan, sedangkan node 1 (master) berada didalam ruangan sehingga jarak jangkauan antara node 3 ke node 1 hanya mencapai 9 meter. Node 4 ke node 3 yang berada di ruangan bisa mencapai 30 meter, sedangkan node 2 yang berada berlawanan tempat dengan node 3 dapat dijangkau sejauh 12 meter. Berdasarkan hasil pengujian tiap skenario, dapat diketahui node 3 adalah node yang jarak jangkauannya paling pendek, dengan jarak jangkau 30 meter pada outdoor, sedangkan untuk kondisi indoor dengan adanya pengalang kemampuan pengiriman data hanya mencapai 7 meter. Ini dapat disebabkan karena masing-masing perangkat nrf24l01 memiliki akurasi ketepatan jangkauan yang berbeda dengan dengan lainnya. Sedangkan perbedaan sudut transmisi antar node pada setiap skenario tidak mempengaruhi jarak jangkauan. Delay pengiriman antar node diketahui sebesar 400 ms. Range toleransi jangkauan antar node berbeda-beda berdasarkan pengujian, yaitu berkisar ±5 meter, sebagaimana pada pada node 3 yang hanya mampu mentransmisikan data sejauh 30 m, sedangkan node 2 dan node 4 mampu mentransmisikan data hingga jarak maksimal 35 36 meter. Perlakuan kondisi lingkungan (indoor / outdoor) juga mempengaruhi kemampuan perangkat nirkabel nrf24l01 untuk mengirimkan atau menerima data hasil pengujian sistem. Pada kondisi indoor dan berpenghalang, kemampuan perangkat nrf24l01 berkurang hingga 24 m karena adanya penghalang berupa dinding. Hal Ini dapat diketahui dari hasil perhitungan perbandingan skenario 1 dengan 4 dengan pola jaringan yang sama yaitu topologi bus pada node 2 ke node 1. 63

(1) Tabel 6. Rasio jarak jangkauan kondisi dengan pengahalang dan tanpa penghalang indoor Skenario Node Rasio jarak jangkauan (%) 1 vs 4 2 1 32,35 2 vs 5 2 1 34,28 3 vs 6 2 1 34,28 4 vs 6 4 1 40 Rata-rata 35,22 Dari hasil perhitungan tabel 6, maka dapat diketahui tingkat peneurunan kemampuan jarak jangkauan perangkat adalah sebesar 100 35,22 % atau sama dengan 64,78 %. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk model pengukuran jarak jangkauan pada komunikasi JSN multihop dengan menerapkan beberapa node sebagai hop menggunakan perangkat nirkabel nrf24l01 sebagai media transmisi komunikasi. Hasil pengujian pada beberapa skenario menunjukan bahwa jarah terjauh pada topologi bus dapat mencapai 100 m dengan kondisi outdoor tanpa penghalang. Sedangkan pada kondisi topologi bus dengan penghalang pada kondisi indoor, dapat di ketahui jarak maksimal pengiriman data dengan penghalang adalah 11 meter, dimana perbedaan jarak jangkauan node lainnya berkisar ± 2 meter. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui juga bahwa node 3 adalah node yang jarak jangkauannya paling pendek, dengan jarak jangkau 30 meter pada outdoor, sedangkan untuk kondisi indoor dengan adanya pengalang kemampuan pengiriman data hanya mencapai 7 meter. Ini dapat disebabkan karena masing-masing perangkat nrf24l01 memiliki akurasi ketepatan jangkauan yang berbeda dengan dengan lainnya. Sedangkan perbedaan sudut transmisi antar node pada setiap skenario tidak mempengaruhi jarak jangkauan. Delay pengiriman antar node diketahui sebesar 400 ms. Range toleransi jangkauan antar node berbeda-beda berdasarkan pengujian, yaitu berkisar ±5 meter, sebagaimana pada pada node 3 yang hanya mampu mentransmisikan data sejauh 30 m, sedangkan node 2 dan node 4 mampu mentransmisikan data hingga jarak maksimal 35 36 meter. Perlakuan kondisi lingkungan (indoor / outdoor) juga mempengaruhi kemampuan perangkat nirkabel nrf24l01 untuk mengirimkan atau menerima data hasil pengujian sistem. Pada kondisi indoor dan berpenghalang, kemampuan perangkat nrf24l01 berkurang hingga 24 m karena adanya penghalang berupa dinding. Hal Ini dapat diketahui dari hasil perhitungan perbandingan skenario 1 dengan 4 dengan pola jaringan yang sama yaitu topologi bus pada node 2 ke node 1. Rasia jarak jangkauan pada node yang sama dengan kondisi indoor berpenghalang dan outdoor tanpa penghalang kemampuan jarak jangkauan menurun sebesar 64,78 %. DAFTAR PUSTAKA Adiptya, M.Y.E., Wibawanto, H., 2015. Sistem Pengamatan Suhu dan Kelembaban Pada Rumah Berbasis Mikrokontroller ATmega8. J. Tek. Elektro 5. Ahmed, A.A., Fisal, N., 2008. A real-time routing protocol with load distribution in wireless sensor networks. Comput. Commun. 31, 3190 3203. 64

Fajriansyah, B., Ichwan, M., Susana, R., 2016. Evaluasi Karakteristik XBee Pro dan nrf24l01+ sebagai Transceiver Nirkabel. J. Elkomika 4. Febriyanto, D., Santoso, T.B., others, 2010. Rancang Bangun Sistem Komunikasi Multihop pada Jaringan Sensor Nirkabel. EEPIS Final Proj. Hoymann, C., Klagges, K., Schinnenburg, M., 2006. Multihop communication in relay enhanced IEEE 802.16 networks, in: Personal, Indoor and Mobile Radio Communications, 2006 IEEE 17th International Symposium on. IEEE, pp. 1 4. Singh, S.K., Singh, M.P., Singh, D.K., 2010. A survey of energy-efficient hierarchical clusterbased routing in wireless sensor networks. Int. J. Adv. Netw. Appl. IJANA 2, 570 580. Sohraby, K., Minoli, D., Znati, T., 2007. Wireless sensor networks: technology, protocols, and applications. John Wiley & Sons. 65