BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan manajemen suatu lembaga pendidikan (sekolah) sangat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kompetensinya, dalam rangka mengembangkan kerja sama antar

PENINGKATAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH MELALUI SUPERVISI KELOMPOK DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan suatu proses transformasi nilai nilai budaya

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2015 SERI E.7

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di aparat pemerintahan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB II PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PPAI) 1. Landasan Hukum Pengawas Pendidikan Agama Islam ( PPAI ) Penagawas Madrasah sebagai berikut : 1

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas.

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dasar supervisi pembelajaran dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep

17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat

RUANG LINGKUP MATERI DAN ALOKASI WAKTU

PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA LABORATORIUM. Oleh: Nur Dewi. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan. Abstrak

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH

PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

2016, No Jabatan dan Pangkat Bagi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil; Mengingat : 1. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan R

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 33 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-C TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

TAGOR ALAMSYAH HARAHAP

Petunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 2

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ON THE JOB LEARNING

TASK AND MANAGEMENT SUPERVISION OF GUIDANCE AND COUNSELING. Tri Anjar Universitas Muhammadiyah Metro

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan OJL Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pendidikan yang disebut dengan Segitiga Mutu Satuan

Bagian Kedua Kepala Dinas

PEDOMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CALON PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH

PEDOMAN UJI KOMPETENSI BAGI PEJABAT FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK BAB I PENDAHULUAN

2017, No Indonesia Nomor 5494); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi usaha awal pembinaan dan pengembangan SDM. Hal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diberlakukannya Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi titik tolak acuan standarisasi dalam pengelolaan pendidikan nasional. Berdasarkan undang-undang ini, seluruh masyarakat ikut bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini disebutkan pada Pasal 4 ayat (6) yang menyebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan (Depdiknas, 2003: 7). Guna menjamin terciptanya akuntabilitas pendidikan, diperlukan adanya pengawasan yang dilakukan bersama oleh seluruh stakeholder pendidikan. Salah satu stakeholder pendidikan yang bertanggungjawab terhadap akuntabilitas mutu pendidikan adalah pengawas satuan pendidikan. Pengawas satuan pendidikan merupakan tenaga kependidikan profesional berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan (Depdiknas, 2006: 2). Pelaksanaan dari ketentuan tersebut di atas ditetapkan dengan keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya, serta Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 143 Tahun 2014, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 39 ayat (1) menyebutkan bahwa pengawasan pada pendidikan formal dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan. Pada ayat (2) dikemukakan tiga kriteria minimal untuk menjadi 1

2 pengawas satuan pendidikan: (a) Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun, disamping itu sudah menjadi kepala sekolah sekurangkurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi, (b) memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan; dan (c) lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan (Depdiknas, 2006: 13-14). Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, pengawas pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka penjaminan mutu (Quality Assurance) pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan formal. Tugas pokok dan fungsi pengawas sebagai pengawas mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan mutu pendidikan. Sebagai seorang pengawas, pengawas dituntut mempunyai kompetensi dalam perencaaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan/ penjaminan mutu terhadap program-program pendidikan. Peran pengawas dalam penjaminan mutu (quality Assurance) program pendidikan formal dirasakan sangat penting dan pokok, karena dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan terhadap suatu program perlu dijabarkan dalam langkah-langkah yang operasional dan terpadu. Kegiatan supervisi sebagai salah satu penjabaran tugas pokok dan fungsi pengawas dilakukan untuk mengawasi kegiatan-kegiatan program pendidikan agar sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Salah satu tugas pengawas sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (dalam Purwanto, 2004: 72) menyatakan bahwa "Supervision is a process designed to help teacher and pengawas learn more about their practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools; and to make the school a more effective learning community".

3 Kutipan tersebut menunjukkan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan pengawas dalam mempelajari tugas mereka; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuan mereka secara lebih baik untuk dapat melayani orang tua peserta didik dan sekolah dengan lebih baik, serta dapat menjadikan sekolah sebagai suatu masyarakat belajar yang lebih efektif. Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh pengawas sekolah yang berperan sebagai pengawas. Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) terjadi interaksi penyampaian nilai (value) dari guru kepada peserta didik. Interaksi ini bernilai edukatif karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan rumusan yang disiapkan sebelum pengajaran dilakukan yaitu berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP memuat skenario pembelajaran yang diawali dari pendahuluan, inti dan penutup. Untuk mendapatkan proses pembelajaran yang baik dituntut tindakan dari guru yang professional dengan menggunakan metode dan media yang sesuai dengan materi pelajaran, yang dikemas melalui eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 menyebutkan bahwa ruang lingkup pengawas sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik dan supervisi manajerial dengan beban kerja sebanyak 37, 5 jam per minggu. Kegiatan tatap muka ditetapkan 24 jam per minggu menggunakan pendekatan jumlah sekolah dan guru yang dibina. Jumlah sekolah yang harus dibina oleh tiap Pengawas SD minimal 10 sekolah dan/atau 15 sekolah dan jumlah guru yang harus dibina oleh tiap Pengawas SD paling sedikit 40 orang dan/atau 60 orang. Tuntutan kerja yang cukup tinggi mengharuskan seorang pengawas pendidikan memiliki 6 (enam) kompetensi minimal, yaitu kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan serta kompetensi sosial. Kondisi di lapangan

4 saat ini tentu saja masih banyak pengawas sekolah/ madrasah yang belum menguasai keenam dimensi kompetensi tersebut dengan baik. Survei yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan pada Tahun 2008 terhadap para pengawas di suatu kabupaten (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008: 6) menunjukkan bahwa para pengawas memiliki kelemahan dalam kompetensi supervisi akademik, evaluasi pendidikan, dan penelitian dan pengembangan. Sosialisasi dan pelatihan yang selama ini biasa dilaksanakan dipandang kurang memadai untuk menjangkau keseluruhan pengawas dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, karena terbatasnya waktu maka intensitas dan kedalaman penguasaan materi kurang dapat dicapai dengan kedua strategi ini. Penelitian oleh Arifiatun (2009) yang berjudul Kontribusi Supervisi Pengawas Sekolah, Kinerja Profesional Kepala Sekolah dan Pengembangan Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Profesional Guru di SMA Negeri Kabupaten Jember, menunjukkan bahwa supervisi pengawas sekolah tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja profesional guru karena berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai signifikansi supervisi pengawas 0,076 atau > dari 0,05. Sumbangan efektif variabel supervisi pengawas sekolah yaitu 19,99 %, kinerja profesional kepala sekolah mempunyai sumbangan efektif sebesar terbesar yaitu 36,61 % dan pengembangan profesionalisme guru mempunyai sumbangan efektif sebesar 30,07 %. Dengan demikian ada sumbangan efektif sebesar 13,33% berasal dari luar 3 variabel tesebut. Dari hasil tersebut maka kinerja pengawas sekolah masih harus ditingkatkan. Salah satu pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas sekolah yang dipandang cukup menarik untuk dikaji adalah pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas satuan pendidikan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Berdasarkan hasil pengamatan, pelaksanaan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas satuan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta belum berjalan secara optimal. Belum optimalnya kegiatan

5 supervisi akademik yang dilakukan pengawas di sekolah tersebut pada gilirannya akan berdampak pada kurang optimalnya penjaminan mutu pelayanan pendidikan di sekolah tersebut. Penanggung jawab utama penjaminan mutu internal adalah pimpinan satuan pendidikan yang bersangkutan. Sementara itu, penjaminan mutu eksternal antara lain dilakukan oleh pengawas sekolah atau rumpun mata pelajaran. Tugas pokok daripengawas sekolah melaksanakan fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran Glickman (Sagala, 2008: 8). Banyak faktor yang terjadi pada pelaksanaan supervisi yang menjadi tolak ukur terhadap rendahnya perkembangan dan peningkatan mutu lembaga pendidikan sekolah dasar. Di antara faktor-faktor tersebut dapat disebutkan ada tujuh faktor. Pertama, adanya pengawas yang minim kemampuan mereka tentang administrasi pendidikan, adanya rasa enggan untuk datang ke sekolah. Kedua, minimnya tenaga teknis. Ketiga, mekanisme kepengawasan/ supervisi kurang dipahami. Keempat, pelaksanaan tugas pokok belum dijalankan sesuai dengan fungsi supervisi secara optimal. Kelima, sarana prasarana kurang memadai. Keenam, rendahnya perhatian birokrasi terhadap supervisi. Ketujuh, lemahnya sistem rekrutmen pengawas. Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas satuan pendidikan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta adanya beberapa kelemahan. Pertama, belum semua guru mendapatkan bimbingan dari kepala sekolah untuk peningkatan kemampuannya dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Kedua, pengawas belum melaksanakan kegiatan supervisi akademik sesuai kebutuhan guru untuk meningkatkan kompetensinya.

6 Ketiga, belum semua guru memahami tujuan supervisi akademik. Keempat, kegiatan supervisi akademik oleh pengawas masih dianggap sebagai beban bagi sebagian guru. Kelima, pengawas melaksanakan supervisi akademik dengan berorientasi pada peningkatan mutu pembelajaran. Keenam, kegiatan supervisi akademik belum dikelola secara sistematis. Ketujuh, perencanaan supervisi akademik belum melalui tahap-tahap perencanaan secara optimal. Kedelapan, belum semua program supervisi akademik dapat terlaksana. Kesembilan, belum semua guru memperoleh balikan dari hasil supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Kurang optimalnya kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta disebabkan karena pengawas yang mengampu sekolah tersebut adalah pengawas baru sehingga pelaksanaan tugas yang dilakukan masih perlu pembenahan. Hasil wawancara pendahuluan dengan pengawas yang mengampu di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta menunjukkan bahwa pengawas di sekolah tersebut baru menjabat sebagai pengawas sekolah selama satu tahun sehingga masih belum cukup berpengalaman. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran (Purwanto, 2010: 120). Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Melihat fenomena yang terjadi sebagaimana dijelaskan di atas, tentu dapat diprediksi bahwa mutu pendidikan sekolah dasar menjadi terabaikan, karena salah satu kriteria pencapaian mutu pendidikan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) pendidikan berupa kepala sekolah dan guru. Jika kondisi SDM di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dibiarkan seperti itu tentu akan berpengaruh kepada kualitas penyelenggaraan

7 pendidikan yang dilaksanakan di sekolah tersebut. Apabila pelaksanaan KBM tidak berkualitas, maka tentu berpengaruh kepada kualitas peserta didik dan akhirnya berpengaruh kepada kualitas pendidikan secara keseluruhan. Salah satu tugas pokok peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar adalah lewat bidang supervise akademik oleh pengawas sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DI SD NEGERI MADYOTAMAN KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA. B. Perumusan Masalah Fokus penelitian ini adalah Bagaimana pengelolaan supervisi akademik pengawas satuan pendidikan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta? Fokus tersebut dapat dijabarkan ke dalam tigasub fokus. 1. Bagaimanakah perencanaan program supervisi akademik Pengawas Satuan Pendidikan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta? 2. Bagaimana pelaksanaan program supervisi akademik Pengawas Satuan Pendidikan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta? 3. Bagaimana evaluasi pelaksanaan program supervisi akademik Pengawas Satuan Pendidikan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ada 2 tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian untuk mendeskripsikan pengelolaan supervisi akademik pengawas satuan pendidikan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Tujuan khusus penelitian ini ada tiga.

8 1. Mendeskripsikan perencanaan program supervisi akademik Pengawas Satuan Pendidikan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan program supervisi akademik Pengawas Satuan Pendidikan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. 3. Mendeskripsikan evaluasi pelaksanaan program supervisi akademik Pengawas Satuan Pendidikan di SD Negeri Madyotaman Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun secara teoritis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan kajian tentang program supervisi akademik di satuan pendidikan; b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan tambahan informasi bagi penelitian yang akan datang tentang program supervisi akademik di satuan pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para Pengawas Satuan Pendidikan untuk memberikan gambaran mengenai pengelolaan program supervisi akademik di satuan pendidikan; b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai tambahan informasi dalam program supervisi akademik di satuan pendidikan.