METODE PEMBIASAAN BERMAIN PERAN DALAM MENGENALKAN KONSEP MEMBILANG PADA ANAK USIA DINI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kepribadian anak sebelum ia memasuki jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan dasar sering disebut masa keemasan (golden age) serta masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR KONGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

BAB I PENDAHULUAN. memiliki karakteristik yang khas, baik dalam hal sikap, perhatian, minat, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Bahkan pakar atau orang-oang bijak yang berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

I. PENDAHULUAN. kembang dan berkembang secara optimal (Mansur, 2007:88). Wiyani dalam bukunya, berpendapat bahwa usia dini merupakan masa emas (the

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

Transkripsi:

METODE PEMBIASAAN BERMAIN PERAN DALAM MENGENALKAN KONSEP MEMBILANG PADA ANAK USIA DINI DI KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh: Bambang Sri Anggoro Abstrak Usia perkembangan anak, khususnya anak usia dini sangat mempengaruhi proses kognitif. Dalam pembelajaran membilang perlu suatu upaya untuk mentransformasi konsep yang bersifat abstrak menjadi konkrit. Penelitian ini bertujua untuk melihat apakah metode bermain peran dapt digunakan dalam mengenalkan konsep angka khususnya pembelajaran membilang. Penilitian ini dilakukan dengan populasi siswa TK di Kota Bandar Lampung dengan sampel sebanyak 6 TK di Kota Bandar Lampung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian campuran (mix method). Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa metode pembelajaran bermain peran dapat membantu secara efektif dalam mengenalkan anak usia dini dengan konsep angka khususnya pembelajaran membilang. Siswa perempuan dapat memperoleh nilai maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena dalam proses bermain peran siswa perempuan lebih menyukai permainan peran dengan menggunakan boneka jemari, sedangkan pada siswa laki-laki lebih cenderung menyukai permainan fisik sehingga aktivitas fissik siswa laki-laki lebih banyak, namun aktivitas belajar siswa perempuan yang lebh tinggi. Kata Kunci: Metode Bermain Peran, Pembelajaran Membilang Pendahuluan Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan yang mengikuti perkembangan teknologi, maka pendidikan menempati posisi penting dalam membangun sebuah peradaban teknologi. Pendidikan yang dibangun harus mampu memberikan pondasi dasar kuat bagi majunya teknologi. Salah satu pondasi dasar terkuat yang harus menjadi fokus adalah tentang matematika dan sains. Pembelajaran matematika dan sains harus menjadi dasar dalam membangun teknologi di masa depan. Untuk membentuk karakter kuat dalam membangun teknologi, perlu suatu upaya dalam taraf pendidikan dasar yang mampu menunjang pembelajaran matematika dan sains. Salah satu pembelajaran dasar yang memiliki peran besar adalah pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini perlu mendapat perhatian khusus karena pada pendidikan dasar ini, sebuah bangsa menaruh harapan besar dan karakter watak yang kuat bagi generasi maju. Pendidikan dasar, khususnya pendidikan anak usia dini tidak terlepas dari 1

perkembangan anak atau fase-fase perkembangan anak. Hal ini yang akan sangat mempengaruhi pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor anak. Dalam perkembangan anak dikenal suatu fase penting yang dikenal dengan istilan usia emas atau golden age. Golden age atau usia emas adalah fase disaat otak anak mengalami perkembangan yang paling cepat dalam masa pertumbuhannya. Dalam fase ini anak akan mampu menampung banyak pengetahuan baru. Kurang lebih 80% otak anak mengalami perkembangan pada usia 0-6 tahun. Usia ini disebut sebagai fase golden age atau fase emas pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada masa ini setap informasi akan diserap anak baik berupa informasi yang baik ataupun buruk dan selanjutnya menjadi dasar-dasar terbentuknya karakter, kepribadian, serta kemampuan kognitif. Pada fase ini pula berlangsung kematangan fungsi psikis yang siap memberi respon pada stimulas-stimulasi yang diberkan oleh lingkungan sekitarnya, karena itu fase golden age menjadi fase terpenting bagi perkembangan anak. Fase ini pula menjadi fase dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak begitu pula dengan kemampuan motorik, sosio emosional, bahasa, agama dan juga moralnya. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi anak-anak, memberikan pendidikan, stimulasi dengan maksimal, dan mengenalkan pada berbagai aktivitas yang diminati. Pada fase tumbuh kembang anak usia dini, pengetahuan dalam pola kognitif mereka masih bersifat konkrit, yang artinya bahwa setiap pengetahuan atau konsep yang ada akan mudah dicerna oleh siswa jika konsep tersebut bisa dilihat dan diraba. Dalam sudut pandang anak usia dini, sesuatu yang bersifat abstrak akan mereka olah menjadi sesuatu yang bersifat konkrit untuk dapat dijadikan dasar konsep dalam kognitif atau pola pikir mereka.sebagai contoh dapat dilihat pada pembelajaran membilangpada anak usia dini. Pembelajaran membilang merupakan pembelajaran pengenalan angka dan kumpulan angka. Angka dalam disiplin ilmu matematika merupakan sesuatu yang bersifat abstrak. Dalam penyampaian dan memperkenalkan anak usia dini tentang angka merupakan suatu hal yang tidak mudah, karena jika pondasi awal salah dalam mengenalkan konsep angka, maka anak pada tahapan usia dini, akan menjadi masalah fatal dikemudian hari. Kemungkinan yang dapat ditimbulkan dapat menjadi beban, kemunduran dan ketidak tertarikan anak pada matematika. Perlu suatu upaya dalam mentransformasi sesuatu yang bersifat abstrak menjadi sesuatu yang bersifat konkrit dalam pembelajaran matematika khususnya pembelajaran 2

membilang. Salah satu metode pembelakaran altrenatif yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran bermain peran. Dalam proses pembelajaran bermain peran, anak akan dikenalkan dengan benda-benda atau juga sebuah peran yang dapat membantu mereka untuk bisa menerjemahkan sebuah konsep matematika. Sebagai contoh, dalam pembelajaran bermain peran untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan bonekaboneka jemari. Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran, mampu membuat anak pada usia dini menjadi tertarik dalam pembelajaran matematika khususnya membilang yang bersifat abstrak. Boneka jemari tersebut mewakili setiap jari yang juga mewakili dari angkaangka yang akan diingat oleh mereka. Metode bermain peran ini, akan mampu menguatkan daya ingat dan konsep matematika yang akan diolah oleh kognitif masing-maing siswa. Kegagalan dan kesalahan dalam pembelajaran matematika khususnya membilang pada anak usia dini dan sering dilakukan oleh guru TK adalah dengan mengajarkan konsep angka secara langsung. Siswa hanya diberikan gambaran tentang bentuk angka, misalnya satu = 1 dan dua = 2. Permisalan seperti ini masih sangat terlalu abstrak untuk dapat dicerna oleh anak pada masa perkembangan konkrit sesuai dengan teori Bloom. Kesalahan ini banyak dilakukan oleh guru TK dalam memperkenalkan angka yang merupakan konsep dalam matematika. Hal inilah yang banyak menyebabkan siswa unutk selanjutnya tidak menyukai matematika pada jenjang pendidikan di SD, SMP dan SMA. Kesalahan ini berifat komprehensif yang artinya, kesalahan ini akan terulang dan terbawa pada masa yang akan datang. Sangat disayangkan jika generasi emas tersebut telah memiliki bekal yang negatif pada proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Kesalahan tersebut tidak hanya dilakukan dalam skala kecil namun dalam skala nasional. Banyak guru TK di Indonesia yang masih belum mampu memperkenalkan konsep matematika dengan melihat fase pertumbuhan kembang anak. Hal serupa juga terjadi di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan observasi yang dilakukan di beberapa TK di Kota Bandar Lampung, masih bnayak ditemukan kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran membilang. Guru selalu mengulang kesalahan tersebut dengan memberikan konsep matematika secara abstrak kepada anak usia dini. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat masa usia anak TK merupakan masa emas dalam fase pertumbuhan kognitif. Berawal dari beberapa alasan tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk memperkenalkan sebuah metode pembelajaran yang sederhana 3

tetapi mampu mentransformasikan konsep yang bersifat abstrak menjadi sesuatu yang mudah dicerna dalam bentuk konkrit. Landasan Teori Metode bermain peran adalah berperanatau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Dalam Suplemen Kurikulum bermainperan adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan unutk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1994:171). Bermain peran secara umum disukai oleh anak-anak karena mereka memiliki daya imaginasi yang tinggi dan dapat menumbuhkan kreatifitas anak. Pengertian Bermain Peran atau Role Playing menurut Kamus Bahasa Indonesia(Badudu-Zain, 84) adalah mengambil bagian dalam melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan baik dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Contoh bermain peran yang menggunakan alat adalah permainan boneka-boneka jemari, sedangkan bermain peran tanpa alat misalnya adalah permainan drama. Menurut Prof. Dr. H. Endang Komara M.Si., pengertian Bermain Peran atau Role Playing adalah kegiatan yang mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikan sehingga orang dapat mengeksplor perasaan, sikap, nilai,dan berbagai strategi pemecahan masalah. Definisi lain dari pengertian Bermain Peran atau Role Playing Menurut Corsini, (dalam Tatiek 2001: 99) mengemukakan bahwa bermain peran suatu alat belajar yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Hal ini dapat terjadi karena anak-anak di usia pra sekolah ini memiliki daya serap yang amat tinggi pada hal-hal yang mereka amati secara langsung, mereka amat mudah untuk menirukan sikap orang-orang yang berada di sekitarnya. Selanjutnya, Corsini, dalam Tatiek (2001: 99) menyatakan bahwa bermain peran dapat digunakan sebagai: (a) alat untuk mendiagnosis dan mengerti seseorang dengan 4

cara mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya.(b) media pengajaran,melalui proses modeling anggota dapat lebih efektif melalui ketrampilan-ketrampilan antar pribadi dengan mengamati berbagai cara dalam memecahkan masalah.(c) metode latihan untuk melatih ketrampilan-ketrampilan tertentu melalui keterlibatan secara aktif dalam proses bermain peran Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Taman Kanak di Kota Bandar Lampung.Dalam penelitian ini diambil 6taman kanak-kanak sebagai sampel, yakni 3 TK yang diberikan metode bermain peran, sedangkan 3 TK lainnya diberikan metode pembelajaran biasa. Pengambilan sampel berdasarkan teknik sampel acak dikarenakan populasi homogen.instrumen dalam penelitian ini antara lain soal pembelajaran membilang dan lembar observasi aktivitas siswa. Jenis penelitian ini merupakan penelitian campuran (mix method). Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari dua rata-rata nilai antara siswa taman kanak-kanak yang memperoleh perlakuan dengan metode bermain peran dengan siswa taman kanak-kanak tanpa ada perlakuan metode apapun menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sigifikan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perbandingan hasil penilaian pada siswa TK dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1. Penilaian dan Aktivitas Siswa Metode Pembelajaran Metode Bermain Peran Biasa Nilai Nilai Aktivitas Aktivitas Membilang Membilang Siswa Lakilaki 6 Sedang 5,5 Sedang Siswa 7,5 Tinggi 5 Sedang 5

Perempuan Melihat pada Tabel 1, metode bermain peran ternyata memiliki nilai rata-rata lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran biasa. Namun, berdasarkan jenis kelamin siswa terlihat bahwa siswa perempuan mendominasi nilai rata-rata membilang. Hal ini juga ditunjukkan pada aktivitas belajar siswa perempuan yang lebih tinggi. Pada pembelajaran biasa, antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan menunjukan nilai membilang yang hampir sama, tetapi nilai rata-rata siswa laki-laki lebih besar, sedangkan rata-rata aktivitas pada pembelajaran biasa sama. Metode pembelajaran bermain peran dalam prakteknya membutuhkan alat beraga berupa boneka-boneka yang dipasang pada jemari siswa maupun jemari guru. Setiap jari yang dipasangkan boneka memiliki ciri khas dan peran tersendiri. Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa perempuan lebih cenderung aktif. Siswa perempuan sangat menyukai berbagai boneka yang dipasangkan pada jemari mereka dan memulai membilang setiap kali boneka itu dipasangkan, sedangkan pada siswa laki-laki cenderung boneka-boneka jari tersebut dimainkan bukan seperti yng dicontohkan oleh guru. Hal ini tentu saja memang berpengaruh pada pola dan jenis permainan antara siswa laki-laki dan perempuan. Pada metode pembelajaran bermain peran dengan menggunakan boneka jemari, lebih disenangi oleh para siswa perempuan. Hal ini tentu saja karena siswa perempuan lebih cenderung menyukai permainan boneka, sedangkan pada siswa laki-laki mereka cenderung menyukai permainan fisik sehingga tidak terlalu menyukai permainan dengan menggunakan peran atau boneka jemari. Bagi siswa laki-laki bermain peran merupakan pembelajaran yang monoton sehingga mereka lebih cepat merasa bosan. Namun, jika dilihat dari hasil penilaian membilang pada siswa laki-laki menunjukkan hasil lebih baik daripada dengan metode pembelajaran biasa. Hal ini disebabkan, dalam pembelajaran bermain peran setidaknya siswa laki-laki termotivasi untuk mengetahui sebuah permainan yang mereka anggap baru. Dalam penelitian ini terlihat bahwa metode bermain peran cenderung mampu merangsang siswa baik laki-laki maupun perempuan untuk memahami konsep dan mengingat angka. Tetapi jika dibandingkan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan, maka siswa perempuan cenderung memiliki kemampuan membilang lebih baik daripada laki-laki. Siswa perempuan lebih menyukai pembelajaran dengan gaya belajar konvergen menggunakan konsetualisasi abstrak dan melakukan eksperimentasi secara langsung. Pada 6

pembelajaran bermain peran, mengajak siswa untuk dapat membuat konkrit dari angka yang bersifat abstrak. Usia TK menurut teori Bloom merupakan usia perkembangan konkrit. Pada usia tersebut, angka merupakan sesuatu yang bersifat abstrak. Siswa pada usia tersebut belum mampu memandang angka sebagai sesuatu yang abstrak, karena dalam konsep pemikiran anak usia dini, angka merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat dan dipegang. Dalam pembelajaran bermain peran, boneka jemari dapat menjadi perumpamaan dari angka-angka, sehingga angka ditransformasikan dalam sebuah bentuk yang dapat dilihat dan diraba. Kesimpulan Pembelajaran dengan metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar konsep membilang daripada dengan menggunakan metode pembelajaran biasa. Pada proses pembelajaran bermain peran, siswa perempuan lebih mampu menunjukkan hasil pembelajaran yang lebih baik daripada siswa laki-laki. Sedangkan pada pembelajaran biasa, hasil pembelajaran menunjukkan hasil yag hampir sama antara siswa perempuan maupun siswa laki-laki. Aktivitas belajar siswa perempuan pada metode pembelajaran bermain peran juga lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki, sedangkan pada pembelajaran biasa aktivitas belajar siswa baik laki-laki maupun perempuan sama. Daftar Pustaka Badudu, dkk. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Bennet,Tatiek.2001.Roll Playing (Bermain Peran). Tersedia: http://www.lintasberita.us./topic/metode+ peran+sd+free. 24-08-2017. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Suplemen kurikulum 1994. Jakarta; Depdikbud Endang Komara. 2009.Model Bermain Peran Dalam Pembelajaran Partisipasif. Tersedia: http;//dahli-ahmad.blogspot.com/2009/03/model-bermain-peran-dalam-pembelajaran 29.html. 24-08-2017. 7