PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 13 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 12 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 27 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 673 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2008

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 40 TAHUN 2015

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 106 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2010

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 42 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PROVINSI BANTEN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG IJIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 339 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG IZIN LINGKUNGAN BUPATI KUDUS,

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN KENDAL

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BUPATI LAMPUNG SELATAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Menimbang: a. bahwa Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 103 Tahun 2005, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008; 6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota; 10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2001 tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah; 11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penataan Lingkungan Hidup bagi Pejabat Pengawas; 12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan,Hidup Nomor 57 Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat 1 / 11

Pengawas Lingkungan Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup; 13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Provinsi/ Kabupaten/Kota; 14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; 15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Pelabuhan; 16. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 17. Keputusan Gubernur Nomor 2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL di Provinsi DKI Jakarta; 18. Keputusan Gubernur Nomor 189 Tahun 2002 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan di Provinsi DKI Jakarta; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan 1. Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat KLH adalah Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah yang bertanggung jawab dalam pengelola lingkungan hidup di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 5. Instansi Pembina Teknis adalah Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah yang memberikan izin usaha yang berkaitan dengan operasional kegiatan usaha sesuai dengan bidang dan tugas masing-masing. 6. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah Sisa suatu 2 / 11

usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. 7. Pengelolaan limbah B3 adalah Rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B3. 8. Penyimpanan limbah B3 adalah Kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah, dan penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara. 9. Pengumpul limbah 83 adalah Badan Usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum di kirim ke tempat pengolahan dan/atau pemanfaat dan/atau penimbunan limbah B3. 10. Pengumpulan limbah B3 skala Provinsi adalah Kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3 yang sumbernya lintas Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi. 11. Pengumpulan limbah B3 skala Nasional adalah Kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3 yang sumbernya lintas Provinsi. 12. Pengangkut limbah B3 adalah Badan Usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3. 13. Pengangkutan limbah B3 adalah Kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah ke pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3. 14. Pemanfaat limbah B3 adalah Badan Usaha yang secara teknis mampu melakukan kegiatan pemanfaatan limbah B3 dan dapat dipertanggungjawabkan. 15. Pemanfaatan limbah B3 adalah Suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi sesuatu produk yang dapat digunakan dan aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. 16. Pengolahan limbah B3 adalah Proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun. 17. Badan Usaha adalah Suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, Firma, Koperasi, Yayasan, Dana pensiun, serta bentuk Badan Usaha Iainnya yang dalam kegiatan usahanya menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3. 18. Pembinaan adalah Kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD dan/atau Instansi Pembina Teknis untuk mengarahkan badan usaha dalam pengelolaan limbah B3 agar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 19. Pengawas adalah Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) yang bertugas di instansi dan bertanggung jawab melaksanakan pengawasan pengelolaan lingkungan. 20. Pengawasan adalah Kegiatan yang dilaksanakan secara langsung dan/atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) untuk mengetahui tingkat penaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan dan/atau persyaratan perizinan dalam pengelolaan limbah B3. 21. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang selanjutnya disingkat AMDAL adalah Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 3 / 11

22. UKL dan UPL adalah Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting, atau secara teknologi dampak pentingnya dapat dikelola dan bersifat spesifik bagi masing-masing jenis usaha atau kegiatan yang dikaitkan dengan dampak yang ditimbulkannya. Bagian Kedua Ruang Lingkup Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini, meliputi a. perizinan penyimpanan sementara limbah B3 b. perizinan pengumpulan limbah B3 skala Provinsi kecuali pelumas/oli bekas; c. rekomendasi pengumpulan limbah B3 skala Nasional kecuali pelumas/oli bekas; d. pembinaan pengelolaan limbah B3; dan e. pengawasan pengelolaan limbah B3. Bagian Ketiga Tujuan dan Sasaran Pasal 3 Penyusunan Peraturan Gubernur bertujuan untuk a. meningkatkan ketaatan pengelolaan limbah B3; b. meningkatkan kinerja pengelolaan limbah B3; dan c. mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pasal 4 Sasaran pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 adalah: a. meningkatkan pemahaman terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah B3; b. meningkatkan ketaatan pelaku dalam pengelolaan limbah B3; c. berkurangnya jumlah residu limbah B3 yang dihasilkan oleh penghasil limbah dengan upaya 3R (reuse, recycle, recovery); d. meningkatkan pemanfaatan sarana dan prasarana pengelolaan limbah B3; dan e. meningkatkan pengendalian dan pengawasan Ialu lintas limbah B3 mulai dari sumber atau penghasil sampai pada fasilitas pengelolaan dan/atau pembuangan akhir. BAB II 4 / 11

PERIZINAN DAN REKOMENDASI Bagian Kesatu Perizinan Pasal 5 (1) Jenis-jenis perizinan yang diatur dalam pengelolaan limbah B3 adalah a. izin penyimpanan sementara limbah B3; dan b. izin pengumpulan limbah B3 skala Provinsi kecuali pelumas /oli bekas. (2) Kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 dan pengumpulan limbah B3 skala Provinsi kecuali pelumas/oli bekas wajib mendapat izin dari SKPD. (3) Izin penyimpanan sementara limbah B3 dan izin pengumpulan limbah B3 skala Provinsi kecuali pelumas/oli bekas, harus memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Bagan prosedur penerbitan izin penyimpanan sementara limbah B3 dan pengumpulan limbah B3 skala Provinsi kecuali pelumas/oil bekas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b seperti yang tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur ini. (5) Izin dapat dikeluarkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja apabila persyaratan administrasi dan teknis perizinan limbah B3 telah dipenuhi dan setelah dilakukan verifikasi lapangan. (6) Masa berlaku izin penyimpanan sementara limbah B3 dan pengumpulan limbah B3 skala Provinsi kecuali pelumas/oli bekas selama 3 (tiga) tahun. (7) Permohonan perpanjangan izin diajukan paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sebelum masa izin berakhir. (8) Apabila terjadi perubahan terhadap jenis limbah, lokasi penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 skala Provinsi kecuali pelumas/oli bekas, maka badan usaha wajib mengajukan permohonan izin baru. Bagian Kedua Rekomendasi Pasal 6 (1) Badan Usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan limbah B3 skala Nasional kecuali pelumas/oli bekas wajib mendapat rekomendasi izin dari SKPD. (2) Rekomendasi izin pengumpulan limbah B3 skala Nasional kecuali pelumas/oli bekas dikeluarkan setelah memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Rekomendasi izin dapat dikeluarkan paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah verifikasi lapangan. (4) Persetujuan rekomendasi izin pengumpulan limbah B3 skala Nasional kecuali pelumas/oli bekas hanya berlaku untuk 1 (sate) kali pengajuan permohonan izin. (5) Bagan prosedur penerbitan rekomendasi pengumpulan limbah B3 skala Nasional kecuali 5 / 11

pelumas/oli bekas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) seperti yang tercantum dalam Lampiran 11 Peraturan Gubernur ini. Pasal 7 (1) Pemilihan lokasi untuk penyimpanan sementara limbah B3 dan pengumpulan limbah B3 kecuali pelumas/oli bekas harus sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan oleh Dinas Tata Ruang. (2) Izin dan rekomendasi pengelolaan limbah B3 diberikan setelah mendapat rekomendasi AMDAL atau UKL-UPL dari SKPD. BAB III PENANGANAN LIMBAH B3 Bagian Kesatu Pengelolaan Pasal 8 (1) Setiap pengelolaan limbah 63 wajib dilaksanakan oleh Badan Usaha. (2) Daerah dapat membentuk Badan Layanan Umum dan/atau Badan Usaha lainnya untuk melakukan pengelolaan limbah B3 khususnya yang bersumber dari kegiatan skala kecil. (3) Limbah 63 yang terkumpul dari kegiatan usaha skala kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya dikirim ke Badan Usaha pengelolaan limbah B3. Pasal 9 (1) Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum menyerahkan kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. (2) Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per hari, penghasil Limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya lebih dari 90 (sembilan puluh) hari sebelum menyerahkan kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3 setelah mendapat persetujuan dari SKPD. (3) Prosedur mengenai persyaratan teknis tentang tata cara pengelolaan limbah B3 mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Kewajiban Pasal 10 (1) Setiap Badan Usaha yang menghasilkan Limbah B3 wajib: 6 / 11

a. melakukan 3R (reuse, recycle dan recovery) terhadap limbah B3 yang dihasilkannya; b. melakukan analisis laboratories TCLP untuk limbah yang tidak terdaftar dalam. limbah B3; c. melakukan pemisahan limbah B3 dengan sampah domestik; d. mengisi neraca limbah sesuai dengan format yang berlaku; e. mendapatkan salinan manifest limbah B3 dari pengangkut limbah B3; dan f. menyampaikan laporan pengelolaan limbah B3 sekurang-kurangnya I (satu) kati dalam 3 (tiga) bulan kepada SKPD. (2) Setiap Badan Usaha yang melakukan pengangkutan limbah B3 wajib disertai dilengkapi dengan dokumen limbah atau manifest. (3) Setiap Badan Usaha yang bergerak dalam pengelolaan limbah B3 wajib memiliki standar operasi prosedur yang disesuaikan dengan karakteristik dan spesifikasi limbah B3 yang dihasilkan, meliputi: a. sistem tanggap darurat; b. penanggulangan kecelakaan pengelolaan Iimbah B3; dan c. pemulihan akibat pencemaran limbah B3. BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 11 (1) Pembinaan terhadap Badan Usaha yang bergerak dalam pengelolaan limbah B3 di Daerah dilaksanakan oleh SKPD berkoordinasi dengan Instansi Pembina Teknis dan Instansi lainnya. (2) Pembinaan pengelolaan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) meliputi a. memasyarakatkan peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan limbah B3; b. bimbingan teknis; dan c. penjelasan mengenai prosedur pengelolaan limbah B3. Pasal 12 (3) Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing Instansi Pembina Teknis. (4) Pertemuan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pengelolaan limbah B3 dengan Instansi Pembina Teknis secara berkala dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. Bagian Kedua Pengawasan 7 / 11

Pasal 13 (1) Pengawasan pengelolaan limbah B3 dilakukan terhadap kegiatan/usaha pengelolaan limbah 63. (2) Pengawasan pengelolaan limbah B3 dilaksanakan oleh SKPD dan dapat berkoordinasi dengan Instansi Pembina Teknis. (3) Pengawasan pengelolaan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari : a. pengawasan langsung ke lokasi kegiatan pengelolaan limbah B3; dan b. pengawasan tidak langsung dengan mengevaluasi pelaporan kegiatan pengelolaan limbah 83. (4) Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. (5) Petugas pengawas wajib melaporkan secara tertulis hasil pengawasan pengelolaan limbah B3 kepada SKPD. Pasal 14 Tugas pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 meliputi a. melakukan inventarisasi jenis-jenis limbah yang dihasilkan oleh Badan Usaha; dan b. melakukan pengawasan, pemantauan dan verifikasi pengelolaan limbah B3 terhadap Badan Usaha yang menghasilkan dan/atau melakukan pengelolaan limbah B3. Pasal 15 Petugas Pengawas dalam melakukan peninjauan lapangan berwenang: a. memasuki area pengelolaan limbah B3; b. mengambil sampel limbah B3 untuk diperiksa di laboratorium apabila diperlukan; c. meminta keterangan berhubungan dengan pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah B3; d. melakukan pemotretan kegiatan pengelolaan limbah B3; dan e. membuat berita acara hasil peninjauan lapangan yang diketahui oleh pihak kegiatan usaha yang dikunjungi. Bagian Ketiga Pengawasan, Tanggap Darurat dan Penanggulangan Kecelakaan Pengelolaan Limbah B3 Pasal 16 (1) SKPD wajib memiliki standar operasional prosedur pengawasan sistem tanggap darurat pengelolaan limbah B3 sesuai dengan kewenangannya. (2) Pelaksanaan pengawasan kegiatan tanggap darurat dan penanggulangan kecelakaan dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku. 8 / 11

(3) Pelaksanaan tanggap darurat dan penanggulangan kecelakaan dilakukan oleh Badan Usaha yang bersangkutan. (4) SKPD dapat berkoordinasi dengan instansi lain/pihak lain dalam penanganan dampak yang lebih besar dan tidak tertangani oleh sumber pencemar. Pasal 17 (1) SKPD wajib memiliki standar operasional prosedur pengawasan pemulihan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan kewenangannya. (2) Pelaksanaan pengawasan kegiatan pemulihan dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku. (3) Pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah B3 menjadi tanggung jawab sumber pencemar/penghasil limbah. (4) Biaya pemulihan akibat pencemaran limbah B3 menjadi tanggung jawab sumber pencemar/penghasil limbah. (5) Pelaksanaan pemulihan menjadi tanggung jawab Daerah apabila a. penanggung jawab kegiatan dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan. b. tidak diketahui sumber pencemar dan penanggung jawab kegiatan. BAB V PELAPORAN Pasal 18 (1) Hasil pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 16 dilaporkan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah dengan tembusan ke Menteri Negara Lingkungan Hidup. (2) Masyarakat dapat ikut berperan serta dengan melaporkan setiap kejadian pelanggaran dalam pengelolaan limbah B3 kepada SKPD. Pasal 19 Bagan prosedur pembinaan dan pengawasan limbah bahan berbahaya dan beracun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 18, sesuai yang tercantum dalam Lampiran III Peraturan Gubernur ini. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 20 Biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Peraturan Gubernur ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan sumber biaya lainnya yang sah dan tidak mengikat. 9 / 11

BAB VII SANKSI Pasal 21 (1) Setiap Badan Usaha pengelola limbah B3 yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Peraturan Gubernur ini dikenakan sanksi administrasi. (2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; b. upaya paksa; dan c. pencabutan izin pengelolaan limbah B3. (3) Sanksi administrasi berupa peringatan tertulis dan upaya paksa atas pelanggaran pengelolaan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b dikeluarkan oleh SKPD. (4) Sanksi administrasi berupa pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diberikan oleh instansi pemberi izin. (5) Apabila pelanggaran yang dilakukan oleh Badan Usaha sudah bersifat kejahatan, akan dikenakan sanksi hukum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Nomor 103 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 23 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 26 Mei 2009 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Ttd. FAUZI BOWO 10 / 11

Diundangkan Di Jakarta, Pada Tanggal 3 Juni 2009 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Ttd. MUHAYAT NIP 050012362 BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2009 NOMOR 79 11 / 11