BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengolahan dan ruang pengolahan (BPOM RI, 2008). Keracunan makanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Escherichia coli merupakan bakteri fakultatif anaerob gram negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seluruh dunia setiap tahun (Salni et al.,2011). Penyakit infeksi banyak diderita

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bersosialisasi tanpa mengalami ketidaknyamanan, penyakit atau rasa malu (Kwan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian obat tradisional untuk analgesik (mengurangi rasa nyeri)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan terutama pada kehidupan sehari hari. Dalam aktivitas yang relatif

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan lain-lain (Darmadi, 2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

baik berkhasiat sebagai pengobatan maupun pemeliharaan kecantikan. Keuntungan dari penggunaan tanaman obat tradisional ini adalah murah dan mudah

I. PENDAHULUAN. pangan, pakan, pertanian, kesehatan, biokimia, genetika, dan biologi molekuler

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah infeksi rongga mulut hingga menyebabkan abses atau

BAB I PENDAHULUAN. adalah bakteri. Penyakit karena bakteri sering terjadi di lingkungan sekitar, salah

I. PENDAHULUAN. makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, masyarakat banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Labu kuning merupakan bahan makanan yang sering digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP SEL VEGETATIF DAN SPORA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontaminasi yang terjadi pada makanan dapat menyebabkan makanan tersebut menjadi media bagi suatu penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh makanan yang telah terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food borne disease) yang umumnya disebut dengan keracunan makanan (Susanna, 2003). Pencemaran mikroba pada makanan dapat terjadi melalui polusi lingkungan (debu, udara, tanah, dan air), perilaku pengolahan makanan, alat-alat pengolahan dan ruang pengolahan (BPOM RI, 2008). Keracunan makanan memiliki beberapa gejala dan tanda dari gangguan saluran cerna seperti diare, muntah-muntah, keram perut dan demam (Porotu o dkk., 2015). Bakteri yang mengkontaminasi makanan sehingga dapat menyebabkan keracunan makanan adalah Bacillus subtilis (Constantin dkk., 2009). Bacillus subtilis dapat menyebabkan gejala nyeri abdominal, mual, muntah dan diare. Bacillus subtilis menghasilkan enzim proteolitik subtilisin dan endospora yang memungkinkan bertahan terhadap suhu tinggi (Sundaram dkk., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Porutu o dkk, 2015, menunjukkan bahwa pada jajanan jagung bakar di pinggir jalan ditemukannya bakteri Bacillus subtilis dengan persentase sebesar 31,25% yang disebabkan oleh kontaminasi polusi udara dan pengolahan yang tidak higienis. Bacillus subtilis jika menyerang kelompok yang memiliki sistem imun rendah, dapat menyebabkan iritasi sinus dan mata, sakit tenggorokan, 1

endokarditis, pneumonia, bakteremia, dan septikemia (Samiullah dan Bano, 2011). Bakteremia dalam kedokteran gigi sering terjadi karena prosedur invasif seperti ekstraksi, bedah periodontal, prosedur non invasif seperti periodontal probing, perawatan saluran akar, dan perawatan ortodontik. Pada orang yang sehat, bakteremia dalam aliran darah akan dilawan dengan mekanisme pertahanan tubuh (Daly dkk., 2001). Sedangkan pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, bakteremia dapat menyebabkan Infektif Endocarditis (IE) terutama pada pasien dengan anomali jantung (Janket dkk., 2003). Sedangkan penelitian Anand dan Mala, 2014, mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri patogen gigi pada dental implan, karies gigi dan gigi abutment untuk gigi tiruan cekat, menunjukkan bahwa pada karies gigi ditemukan bakteri Bacillus subtilis, Streptococcus sp dan P. aeruginosa. Secara umum infeksi seringkali dimulai pada suatu tempat yang disebut membran mukosa. Membran mukosa ditemukan di seluruh tubuh termasuk mulut, faring, esofagus, saluran urin, pernapasan, dan gastrointestin. Rongga mulut menjadi gerbang pertama masuknya segala jenis makanan sampai bakteri maupun virus ke dalam tubuh. Bakteri patogen Bacillus subtilis memiliki flagel pada permukaannya sehingga dapat memudahkan kolonisasi dan penyebaran dari tempat awal (Kusnadi, 2003). Mengurangi bakteri yang masuk ke rongga mulut dapat dilakukan dengan penggunaan obat kumur antiseptik. Larutan antiseptik obat kumur biasanya mengandung alkohol yang dapat menyebabkan mulut kering, mengurangi produksi air liur sehingga memengaruhi bau mulut dan menyebabkan seseorang 2

menjadi lebih beresiko terkena kerusakan gigi (Talumewo dkk., 2015). Sedangkan untuk mengurangi bakteri yang masuk ke saluran cerna sehingga menimbulkan keracunan makanan dapat diberikan obat antibiotik secara sistemik (Rakasiwi, 2014). Sehingga untuk menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis yang masuk ke rongga mulut dan saluran pencernaan perlu dilakukan pembuatan larutan antibakteri oral nutraceutical (Widiyarti dkk., 2014). Oral nutraceutical merupakan sediaan farmasi mengandung senyawa bioaktif dari bahan alam yang dapat diminum. Saat ini telah dikembangkan larutan oral nutraceutical dengan bahan dasar tanaman yang mempunyai khasiat antibakteri dengan efek samping minimal. Bahan alam yang telah diteliti dan memiliki daya antibakteri serta dapat dimanfaatkan sebagai oral nutraceutical adalah gambir (Widiyarti dkk., 2014). Bahan alam yang sejak dari zaman Rasulullah digunakan sebagai tanaman obat adalah delima. Buah delima disebutkan di dalam Al-Qur an dan Hadits. Firman Allah di dalam Al-Qur an : Artinya : Di dalam kedua surga itu ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta buah delima. [Ar-Rahman:68] Sedangkan Harb dan lainnya meriwayatkan juga dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah saw. bersabda, Makanlah buah delima beserta minyak atau lemaknya karena ia dapat mengaktifkan pencernaan. (HR. Imam Ahmad). Delima (Punica granatum L.) memiliki kandungan senyawa bioaktif dari semua bagian tanamannya yaitu bagian kulit, buah, biji, bunga, dan daun serta 3

telah digunakan untuk pengobatan selama berabad-abad (Hajimahmoodi dkk., 2013). Delima diketahui sebagai antidiabetik, antibakterial, antikarsinogenik, antiatherogenik, dan antihipertensi (Rummun dkk., 2013). Analisis kandungan fitokimia ekstrak bunga delima mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan anthocyanin (Elfalleh dkk., 2012). Ekstrak bunga delima diketahui memiliki kandungan flavonoid (21,45 mg/g), tannin (148,24 mg/g) anthocyanin (80,20 mg/g) yang tertinggi di banding biji, daun, dan kulit. (Elfalleh dkk., 2012). Suatu bahan obat dapat dilihat dari stabilitasnya terhadap temperatur, ph, cahaya, kandungan oksigen dan waktu penyimpanan (Aulton, 2008). Umur simpan merupakan periode waktu suatu produk pangan aman untuk dikonsumsi dan masih memiliki kualitas yang masih dapat diterima oleh konsumen (Ansar, 2011). Faktor yang menyebabkan perubahan hambatan pertumbuhan bakteri karena waktu penyimpanan adalah faktor lingkungan, meliputi suhu, cahaya, dan kelembaban (Niazi, 2009). Sehingga yang perlu dilakukan adalah menyimpan larutan oral nutraceutical dalam suhu kamar serta dalam botol kaca coklat bertutup untuk mencegah bahan aktif terurai karena cahaya (Widiyarti, 2014). Serta diberikan penambahan bahan pengawet agar daya simpan produk menjadi lebih lama (Rienoviar, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Widiyarti, 2014, menunjukkan sifat antibakteri larutan oral nutraceutical dari ekstrak gambir menghasilkan diameter hambatan yang cenderung tetap selama tiga bulan penyimpanan. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh waktu penyimpanan larutan oral 4

nutraceutical ekstrak bunga delima merah (Punica granatum L.) terhadap perubahan hambatan pertumbuhan Bacillus subtilis (In Vitro). B. Rumusan masalah Apakah waktu penyimpanan larutan oral nutraceutical ekstrak bunga delima merah (Punica granatum L.) berpengaruh terhadap perubahan hambatan pertumbuhan Bacillus subtilis (In Vitro)? C. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh waktu penyimpanan larutan oral nutraceutical ekstrak bunga delima merah (Punica granatum L.) terhadap perubahan hambatan pertumbuhan Bacillus subtilis (In Vitro)? D. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Fissy dkk (2014), Efektivitas Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis, menyebutkan bahwa efektivitas gel anti jerawat ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis terjadi penurunan aktivitas antibakteri setelah penyimpanan. 2. Penelitian Ibrahim dkk (2014), Aktivitas sediaan gel antiseptik tangan berbahan aktif ekstrak fraksi etanol daun sungkai (Peronema canencens jack.) terhadap beberapa bakteri patogen, menunjukkan bahwa ada pengaruh lama penyimpanan terhadap kestabilan senyawa kimia dalam formula gel antiseptik pada beberapa bakteri patogen. 5

3. Penelitian Widiyarti dkk (2014), Pembuatan sediaan oral nutraceutical dari ekstrak gambir, menunjukkan sifat antibakteri dari sediaan oral nutraceutical ekstrak gambir cenderung stabil selama penyimpanan. Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengaruh waktu penyimpanan larutan oral nutraceutical ekstrak bunga delima (Punica granatum L.) terhadap perubahan hambatan pertumbuhan Bacillus subtilis (In Vitro) belum pernah dilakukan sebelumnya. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademis a. Dapat mengetahui pengaruh waktu penyimpanan yang berbeda dari larutan oral nutraceutical ekstrak bunga delima merah terhadap perubahan hambatan pertumbuhan Bacillus subtilis. b. Sebagai tambahan informasi di kedokteran gigi tentang larutan oral nutraceutical ekstrak bunga delima merah sebagai larutan antibakteri. 2. Manfaat praktis a. Dapat membuat larutan oral nutraceutical ekstrak bunga delima merah yang dapat disimpan lebih lama karena memiliki kestabilan terhadap daya antibakteri. b. Dapat membuat larutan oral nutraceutical ekstrak bunga delima merah yang tersedia dan siap dipakai oleh masyarakat. 6