dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) (Centers For Diseae Control and Prevention, ginjal (Foote & Manley, 2008; Haryono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. kronik atau disebut chronic kidney disease(ckd). Chronic kidney disease

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai peran penting dalam sistem ekskresi dan sekresi pada tubuh manusia. Apabila ginjal gagal melakukan fungsinya, maka akan terjadi kerusakan pada pembuluh ginjal sehingga ginjal tidak bisa mempertahankan keseimbangan cairan dan zat zat kimia di dalam tubuh. Zat kimia akan masuk kedalam tubuh dan menimbulkan penyakit gagal ginjal. Gagal ginjal yang terjadi secara menahun akan menyebabkan penyakit gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang sering di temukan pada pasien Gagal ginjal kronis antara lain: anemia, osteodistofi ginjal, gagal jantung, dan disfungi ereksi. Pasien yang terdiagnosis gagal ginjal kronis harus menjalani hemodialisis untuk memberihkan toksik dalam tubuhnya (Saragih dalam Yanti 2011). Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa, transplantasi ginjal, dialisis peritoneal, hemodialisis dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black, 2014). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian dan prevalensi gagal ginjal meningkat 50% di tahun 2014. Data menunjukkan bahwa setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani hemodialisis karena gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam satu juta orang Amerika adalah pasien dialisis (Widyastuti, 2014). 1

2 Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2013, dengan menggunakan unit analisis individu menunjukan bahwa secara nasional 0,2% penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronis. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa = 504.248 jiwa), prevalensi nasional penderita gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Adapun provinsi yang mempunyai prevalensi tertinggi adalah Sulawesi tengah (0,5%), sedangkan aceh, Sulawesi utara, gorontalo, (0,4%) dan jawa tengah menempati peringkat ke 3 yaitu (0,3%) dan ada 7 provinsi yang mempunyai prevalensi terendah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Kota Semarang pada tanggal 17 November 2016, di dapatkan jumplah pasien hemodialisis 1 tahun terakhir yaitu ± 840 pasien, dengan jumlah rata-rata perbulan yaitu ± 70 paisen. Menurut Smeltzer & Bare (2010) hemodialisis atau tranplantasi ginjal diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien gagal ginjal kronis. Dialysis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah didalam tubuh ketika ginjal tidak dapat melakukan hal tersebut. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal dialysis. Terapi hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan oleh ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapi terhadap kualitas hidup pasien. Pasien harus menjalani dialysis sepanjang hidupnya atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan. Menurut Desita (2010) dalam Batur (2013), kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sosiodemografi dan keadaan medis. Faktor sosiodemografi terdiri dari jenis kelamin, umur, suku/etnik, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan, sedangkan faktor keadaan medis terdiri dari lama menjalani hemodialisis, stadium penyakit, dan penatalaksanaan

3 medis yang dijalani. Penelitian yang digunakan Nurchayati (2010) menghasilkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan umur dengan kualitas hidup, sedangkan lama menjalani hemodialisis akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Putri et al. (2014), menyatakan bahwa pasien yang menjalani terapi hemodialisis dalam jangka panjang harus dihadapkan dengan masalah medik, sosial dan ekonomi, sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Kualitas hidup merupakan gabungan berbagai aspek kehidupan yang terdiri dari kesehatan jasmani, kesehatan mental, derajat optimis, serta kemampuan dalam berperan aktif dan menikmati aktivitas sosial sehari hari yang berhubungan dengan pekerjaan, kehidupan rumah tangga, kehidupan sosial dan hobi ( Wijaya, 2005 dalam Adhyatma, 2011). Penelitian yang dilakukan Ka et al. (2014) menunjukan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis di Rumah Sakit Pendidikan Hubert Koutouku Maga di Benian antara lain vitalitas, keterbatasan yang berkaitan dengan kesehatan mental dan kondisi fisik, beban penyakit ginjal efek penyakit pada kesehatan sehari hari dan status pekerjaan. Menurut silva et al. (2012), menunjukan hasil, bahwa pasien gagal jinjal kronik merasakan kelelahan setelah melakukan hemodialisis, sehingga pasien mengalami gangguan dalam bekerja dan kegiatan sehari hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syamsiah (2011) faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien Chronic Kidney Disease (CKD) adalah faktor usia, pendidikan, lamanya hemodialisa, motivasi dan dukungan keluarga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurchayati (2010), hal-hal yang mempengaruhi kualitas hidup diantaranya adalah aspek kesehatan fisik, kesehatan mental, nilai dan budaya, spiritualitas, hubungan sosial ekonomi yang mencakup pekerjaan, perumahan, sekolah dan lingkungan pasien. Menurut Pernefri (2009), hemodialisis idealnya dilakukan selama 10-15 jam per minggu. Namun waktu yang dibutuhkan terlalu lama, sehingga hemodialisis sering dilakukan selama 4-5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu

4 pada interval 2 hari diantara hemodialisis. Lama menjalani hemodialisis berperan penting dalam mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian Sofiana, (2010) mendapatkan bahwa lama pasien menjalani hemodialisa memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup pasien hemodialisa. Pasien yang belum lama menjalani hemodialisa memiliki 2,6 kali beresiko terhadap hidupnya kurang berkualitas. Hasil penelitian Oktavia (2014) didapatkan bahwa 50% responden yang belum lama menjalani hemodialisis memiliki kualitas hidup buruk 62,5%. Hemodialisis juga dapat menimbulkan masalah fisik dan psikososial yang besar bagi penderita maupun keluarganya. Timbulnya suatu penyakit pada proses maturasi fisik dan psikososial dapat mengganggu kualitas hidup seseorang pada individu tersebut dapat terlihat gejala secara fisik, psikologis dan sosial (Loonen et al., 2001, dalam Agung 2012). Masalah dengan penyakit kronik tergantung cara pasien memahami dirinya, penyakitnya, pengobatan yang diterimanya dan kematian menurut Soetjiningsih (2003, dalam Agung 2012). Perawatan yang lama dan sering dirumah sakit, tindakan pengobatan yang menimbulkan rasa sakit dan pikiran tentang masa depan yang tidak jelas, kondisi ini memiliki implikasi yang serius bagi kesehatan sehubungan dengan kualitas hidupnya menurut Eister (1997, dalam Agung 2012). Pengukuran kualitas hidup dapat digunakan sebagai dasar perencanaan suatu program penatalaksanaan, monitoring kemajuan klinis dan hasil pengobatan yang nantinya diharapkan dapat mengurangi tingkat ketergantungan atau beban bagi pasien, keluarga, dan lingkungan sekitar. Penelitian mengenai kualitas hidup pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis sendiri masi belum banyak dilakukan. Hal ini menarik peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai masalah tersebut. Peneliti tertarik untuk meneliti apakah lama sakit yang lebih lama dapat menyebabkan perubahan kualitas hidup bagi penderitanya. Menindaklanjuti kondisi ini, perlu dilakukan penelitian kualitas hidup terhadap pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Ruang Hemodialisa RSUD Kota Semarang C. Tujuan 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum ingin menganalisis kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Ruang Hemodialisa RSUD Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menggambarkan karakteristik pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan di RSUD Kota Semarang. b. Untuk mengidentifikasi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Kota Semarang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi : 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya masalah pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dan bagaimana penanganannya dalam meningkatkan kualitas hidup. 2. Manfaat Praktis a. Rumah Sakit Sebagai masukan bagi institusi pelayanan rumah sakit dalam meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis melalui asuhan keperawatan berkualitas dalam pelayanan hemodialisis.

6 b. Ilmu Keperawatan Diharapkan dapat memberikan gambaran yang nyata tentang bagaimana kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisa dan mampu mendukung terwujudnya evidence based dalam praktik keperawatan. c. Masyarakat Sebagai bahan informasi dalam menambah wawasan atau pengetahuan bagimasyarakat khsusnya pasien gagal ginjal kronis yang belum atau yang sudah menjalani hemodialisis untuk lebih proaktif meningkatkan kualitas hidup melalui hemodialisis. d. Peneliti Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam menambah pengetahuan tentanggagal ginjal kronik dan penanganannya serta tindakan hemodialisis dalam meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. E. Bidang Ilmu Penelitian yang akan dilakukan termasuk dalam bidang Ilmu Kesehatan Khususnya Ilmu Keperawatan Jiwa.

7 F. Keaslian Penulisan No Nama peneliti /Tahun 1 Rahman, Kaunang, Elim (2016) Judul/Variab el yang diteliti Hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tabel 1.1 Keaslian penelitian Desain penelitian Observasi analitik dengan pendekatan Cross sectional Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup dengan nilai P=0,579. Tidak terdapat hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisis. Kesamaan dan perbedaan Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan saya ambil adalah pada variabel terikatnya. Sedangkan perbedaan nya yaitu pada variabel bebasnya, dimana variabel bebas dalam penelitian saya yaitu kualitas hidup Objek dalam penelitian berbeda yaitu pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Kota Semarang. 2 Situmorang (2015) Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjaani hemodialisis di RSUD Dok II Jaya Pura. Ex post facto yaitu penelitian yang mengungkap kan peristiwa peristiwa yang telah terjadi Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan kluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis dengan taraf signifikasi α = 5%. Hubungan tersebut adalah termasuk dalam kategori tinggi dan searah yang ditunjukan oleh koefisien R = 0,78. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan saya ambil adalah pada variabel terikatnya. Sedangkan perbedaan nya yaitu pada variabel bebasnya, dimana variabel bebas dalam penelitian saya yaitu kualitas hidup Objek dalam penelitian berbeda yaitu pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Kota Semarang.