BAB I PENDAHULUAN. potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. 1 Anak adalah bagian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai tanggung jawab. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual dewasa ini bukan

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. martabat serta hak-hak asasi yang harus dijunjung tinggi. 1 Hak-hak asasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. secara utuh dilindungi hak asasinya termasuk yang masih dalam kandungan. Setiap anak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah : Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta. kepentingan pribadi mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

III. METODE PENELITIAN. normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan untuk memahami persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

BAB I PANDAHULUAN. berusaha memposisikan secara positif kedudukan, fungsi dan peranan. sendiri, merupakan sejarah yang unik.

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. profesi sebagai acuan, sama seperti hakim dan jaksa. karena hal seperti itu tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah

berlandaskan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang Indonesia harus taat dan patuh terhadap hukum yang ada di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang belum tercukupi kebutuhan hidupnya. Hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

SKRIPSI. SINKRONISASI HAK-HAK ANAK DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA (Kajian Tentang Sinkronisasi Hak Anak Sebagai Pelaku Kejahatan)

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanah dari Tuhan YME, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, maka anak merupakan tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. 1 Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri serta sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh serasi, selaras dan seimbang. 2 Anak perlu dibimbing dan dilindungi agar pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial anak dapat terjaga dari kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan kepentingan bangsa di masa depan. Dalam pertumbuhan anak sangat rentan terhadap pengaruh-pengaruh yang diterima dari luar baik dari lingkungan masyarakat maupun keluarganya. Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, lembaran Negara tahun 2002 Nomor 109 BAB II Pasal (2) mengatur bahwa penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan 1 Konsideran Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Citra Umbaran,Bandung,2003.hlm.1. 2 Konsideran Undang-undang Nomor, 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,Djambatan,Jakarta,2000.hlm.133. 1

2 Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 serta prinsi-prinsip dasar konvensi hak-hak anak meliputi: a. non diskriminasi b. kepentingan yang terbaik bagi anak c. hak untuk hidup, melangsungkan hidup dan berkembang d. penghargaan terhadap pendapat anak. Perlindungan anak juga diatur dalam Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 setiap perbuatan terutama terhadap seorang perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaran atau pendeitaan fisik, seksual, psikis, penelantaran rumah tangga, pemaksaan serta perampasan kemerdekaan serta melawan hukum lingkup rumah tangga. Menurut Pasal 2 Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah tangga korban KDRT meliputi suami istri dan anak dan orang-orang yang memiliki hubungan kelurgasebagaiman dimaksud dalam huruf a) karena hubungan darah, perwalian, persusuan, pengasuhan, perwalian yang menetap dalam rumah tangga dan orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga sehingga dipandang sebagai keluarga. Perwujudan sumber daya manusia yang berkualitas mulai dipersiapkan sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan. Insan kecil ini membutuhkan perlindungan agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani atau rohani maupun sosialnya, sehingga kelak menjadi pewaris masa depan yang berkualitas. Hal itu bisa terwujud, apabila anak mendapat jaminan

3 perlindungan dan kesejahteraan anak yang memadai, namun demikian kenyataannya menunjukkan bahwa upaya untuk memenuhi kegiatan perlindungan dalam mengoptimalkan pelaksanan perlindungan anak belum terwujud seutuhnya karena masih banyak anak yang menjadi korban kekerasan fisik, psikis dan seksual maka kepastian hukum haruslah diupayakan. Dengan adanya Undang-undang Perlindungan Anak diharapkan dapat ditemukan solusi untuk mencegah dan menanggulangi segala bentuk kekerasan terhadap anak. Dari berbagai kasus kekerasan yang dilakukan terhadap anak, kekerasan seksual atau pencabulan membawa dampak yang sangat buruk bagi perkembangan anak, karena tidak hanya mengalami kekerasan seksual tetapi juga psikis yang membuat korbannya menderita trauma atas peristiwa yang dialaminya, serta sikap tertutup dan rasa malu yang menjadikan korbannya tidak melaporkan kepada polisi sebab dianggap aib karena berbagai alasan berikut: Pertama, si pelaku dengan si korban memiliki hubungan keluarga. Hal ini biasanya menyulitkan karena keengganan untuk melaporkan mengenai apa yang telah terjadi kepada mereka. Pemikiran yang ikut mendasari alasan ini adalah rasa takut pada si korban karena si pelaku biasanya tinggal dalam satu atap dengan mereka sehingga apabila korban mengadukan apa yang telah terjadi kepadanya pada pihak yang berwajib, si korban akan mendapatkan perlakuan yang lebih parah dari pelaku ketika korban pulang atau bertemu kembali.

4 Kedua, keengganan korban mengadukan kekerasan yang telah menimpanya dapat juga disebabkan masih dipertahankannya pola pikir bahwa apa yang terjadi di dalam kelurga, sekalipun itu perbuatan kekerasan, sepenuhnya merupakan permasalahan rumah tangga pribadi. Dengan demikian, melaporkan hal tersebut atau bahkan hanya membicarakanya saja, sudah dianggap membuka aib keluarga. Ketiga, kurang percayanya masyarakat kepada sistem hukum Indonesia sehingga mereka tidak memiliki pegangan atau kepastian bahwa mereka akan berhasil keluar dari cengkraman si pelaku 3. Maka kekerasan seksual terhadap anak menjadi bertambah jumlahnya. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka judul penulisan hukum yang ditetapkan penulis adalah: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PERKARA NO.87/PID.B/2010/PN.SLEMAN. B. Rumusan masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka permasalahan yang dicari pemecahannya, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan seksual menurut kasus putusan perkara No.87/PID.B/2010/PN.SLMN? 3 Rena Yulia,Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,Graha Ilmu,Yogyakarta,2010,hlm.4.

5 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan seksual menurut Undang-undang No.23 tahun 2002 dan Undangundang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalamrumah tangga berdasarkan kasus putusan perkara No.87/PID.B/2010/PN.SLMN. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kepentingan: 1. Manfaat Akademis Manfaat penelitian ini secara akademis memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pengetahuan hukum, serta manfaat bagi peneliti peneliti hukum yang selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dalam menegakkan hukum bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak dan bentuk perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan seksual serta sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Hukum Strata 1(satu) untuk dapat menjadi seorang Sarjana Hukum.

6 E. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan dengan judul Tinjauan Yuridis terhadap Perkara No.87/Pid.B/2010/PN.Slmn. Sampai penelitian ini disusun, berdasarkan penelitian dan penelusuran melalui media internet dan Perpustakan di Universitas Atmajaya Yogyakarta Fakultas Hukum belum ada karya ilmiah dengan judul dan permasalahan seperti yang diteliti sehingga hasil penelitian ini adalah karya asli penulis dan bukan hasil duplikasi atau plagiasi dari karya atau penelitian lain. Apabila ternyata ada penelitian yang sama, maka penelitian ini dapat digunakan sebagai pelengkap atau pembanding dari penelitian yang lain. Letak kekhususan penelitian terletak pada Perlindungan Anak dengan pendekatan kasus putusan perkara No.87/Pid.B/2010/PN/Slmn. Dalam perkara kekerasan seksual terhadap anak. F. Batasan konsep Dalam penulisan ini terdapat beberapa pengertian, antara lain: 1. Pengertian umum tentang tinjauan adalah mengkaji sesuatu. 2. Pengertian yuridis adalah menurut hukum, secara hukum. 3. Putusan menurut KBBI adalah perihal yang berkaitan dengan putusan; segala putusan yang telah ditetapkan. 4. Kasus dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah masalah, perkara. 5. Perkara dalam pengertian Kamus Bahasa Indonesia adalah persoalan, masalah, urusan yang harus diselesaiakan.

7 G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penulisan ini menggunakan penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang terfokus pada norma hukum positif yang berupa peraturan perundanmgundangan tentang perlindungan anak dan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Dalam jenis penulisan ini dilakukan abstraksi melalui proses dedukasi yang kemudian dilanjutkan proses deskripsi, sistematisasi, analisis, interpretasi, dan menilai hukum positif. 2. Data Penulisan hukum ini menggunakan hukum positif yang memerlukan data sekunder(bahan hukum) sebagai data utama terdiri dari: a. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan(hukum positif) antara lain 1) Undang-Undang dasar 1945. 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan KDRT. 5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

8 b. Bahan-bahan hukum sekunder berupa pendapat hukum yang diperoleh dari buku-buku tentang Perlindungan Anak, Penghapusan KDRT, Perlindungan Saksi dan Korban serta pendapat dari ahli dalam bidang perlindungan anak dan perlindungan anak korban kekerasan seksual, serta dari narasumber yang bernama Putut Trisunarko,S.H.,M.H di Pengadilan Negeri Sleman guna menjunjung penelitian lapangan, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan anak korban kekerasan seksual. c. Bahan-bahan hukum tersier adalah berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3. Metode Pengumpulan Data Melalui studi pustaka dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan, literatur, hasil penelitian dan pendapat para ahli berhubungan dengan obyek yang diteliti, serta dilengkapi dengan pendapat hukum hasil wawancara dengan narasumber yaitu Putut Trisunarko,S.H.,M.H ketua majelis hakim yang memutus perkara No. 87/Pid.B/2010/PN.Slmn. 4. Analis data Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini, dianalisis secara kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan merangkai data yang telah dikumpulkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang sistematis dan tidak berdasarkan pada angka-angka sehingga diperoleh gambaran mengenai masalah yang diteliti. Setelah

9 data tersebut dianalisis, selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berfikir secara deduktif yaitu suatu pola pikir yang mendasarkan pada hal-hal yang bersifat umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat khusus, dalam hal ini proposisi umum yaitu tentang peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perlindungan hokum terhadap anak korban kekerasan seksual, serta proposisi khusus yaitu melihat pada pendekatan kasus perkara No.87/Pid.B/2010/PN.Slmn. mengenai kekerasan seksual terhadap anak. H. Sistematika Penulisan Hukum Penulisan hukum ini, disusun dengan menggunakan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, batasan konsep dan metode penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini. BAB II : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KASUS KEKERASAN SEKSUAL (STUDI KASUS TERHADAP PERKARA NO.87/PID.B/PN.SLEMAN). Bab ini menguraikan tentang perlindungan anak dan perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan seksual menurut Undang-undang

10 Nomor 23 Tahun 2002 dan Undang-undang Nomor 23 tahun 2004, dalam perkara No.87/Pid.B/2010/PN.Slmn. BAB III : PENUTUP Bab ini berisi : A. Kesimpulan Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perlindungan hukum terhadap hak-hak korban kekerasan seksual belum diatur sepenuhnya, hukum masih mengedepankan hak-hak tersangka. Dalam kasus kekerasan seksual di atas hakim memutus perkara menggunakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak karena mengunakan asas lex sepecialis derogat legi generalis. B. Saran Perlindungan anak di dalam keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat hendaknya memberikan perlindungan dan pendidikan terhadap anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secar fisik dan mental. Di sisi lain hakim di dalam memutus perkara harus memperhatikan hak-hak korban agar diperoleh keputusan yang seadiladilnya.